webnovel

Ayo, Aku Ingin Bertemu Adik Ipar

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Supir telah mengubah panggilan Qiao Mianmian menjadi Nyonya dan tidak lagi memanggilnya Nona Qiao.

"Apa kau ingin pergi ke rumah sakit untuk menemui adikmu?" tanya Mo Yesi. Mata dinginnya jatuh ke wajah Qiao Mianmian.

"Mm." Qiao Mian mengangguk.

"Pergi ke rumah sakit dulu," perintah Mo Yesi.

Qiao Mianmian berkata dengan ragu-ragu, "Saya bisa naik taksi sendiri."

Qiao Mianmian tahu bahwa Mo Yesi sedang sibuk. Ada setumpuk kertas di meja Mo Yesi saat mereka tadi meninggalkan Perusahaan Mo. Meski keduanya sudah menikah, itu bukan karena mereka saling mencintai. Ia tidak benar-benar memperlakukan Mo Yesi sebagai seorang suami, jadi ia tidak ingin terlalu mengganggu pria itu.

Mo Yesi mengabaikan Qiao Mianmian dan langsung berkata kepada pengemudi, "Pergi ke rumah sakit."

Karena Mo Yesi bersikeras, Qiao Mianmian tidak akan bisa menolak lagi. Ia terdiam selama beberapa detik, lalu mengerutkan bibir dan berkata pelan, "Terima kasih."

Begitu Mo Yesi mendengar suara Qiao Mianmian, ia menutup matanya yang gelap dan dalam. Kemudian, ia mengerutkan dahinya memutar alisnya dan melihat ke arah Qiao Mianmian dengan tidak terlalu senang. "Masih harus begitu sungkan dengan suami sendiri? Qiao Mianmian, aku tidak peduli apakah kau masih belum bisa beradaptasi dengan hubungan kita atau tidak, tetapi nanti aku tidak ingin lagi mendengar dua kata itu keluar dari mulutmu."

Saat Mo Yesi berbicara seperti ini, ruang di dalam mobil mendadak terasa sempit. Auranya yang kuat membuat Qiao Mianmian sedikit sesak hingga terengah-engah. Ia menelan ludah dan nyalinya menciut. Tanpa sadar, ia berbisik, "Iya, saya tahu."

Tampaknya, Qiao Mianmian tiba-tiba menyadari bahwa suami yang dinikahinya kaya dan tampan namun memiliki temperamen yang tidak begitu baik. Benar juga kiasan yang mengatakan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

———

Sesampai mereka di rumah sakit, supir turun dari mobil dan membukakan pintu belakang mobil. Kemudian, ia bergeser ke samping dengan hormat untuk memberikan jalan. Qiao Mianmian mengira bahwa Mo Yesi hanya mengantarnya saja. Ia pun mengambil tasnya, keluar dari mobil, dan melambaikan tangan pada orang-orang di dalam mobil. "Kalau begitu, saya pergi dulu. Kalian hati-hatilah di jalan."

Qiao Mianmian benar-benar tidak terbiasa dengan hubungannya dengan Mo Yesi sekarang. Dua detik yang lalu, keduanya hanyalah orang asing yang tidak saling kenal. Sekarang, pria ini telah menjadi suaminya. Setelah selesai berpamitan, ia berbalik untuk pergi. Namun, ia tiba-tiba mendengar suara yang dingin di belakangnya.

"Ada apa? Siapa yang bilang aku akan kembali ke perusahaan?"

"Hah?"

Qiao Mianmian berbalik dan melihat Mo Yesi juga keluar dari mobil. Pria itu merapikan kancing kemejanya dan berjalan perlahan ke arah Qiao Mianmian. "Kau…"

Qiao Mianmian hanya tertegun saat Mo Ye Si mendatanginya. Sementara itu, Mo Yesi merentangkan tangannya dan segera menarik Qiao Mianmian ke lengannya. Kini, Qiao Mianmian dikelilingi oleh aura Mo Yesi yang hangat dan menggoda. Tangannya yang panas masih menggenggam pinggang Qiao Mianmian hingga wajah perempuan itu mendadak memerah.

Ketika Qiao Mianmian hendak mendorong Mo Yesi menjauh, pria itu berkata dengan dingin. "Qiao Mianmian, aku ingin kau menikah denganku bukan untuk menjadikanmu istri palsu. Sekarang, kita sudah menikah. Aku juga harus bertemu keluargamu."

Qiao Mianmian mendadak menjadi tegang. Ia tahu itu. Sebelum mereka pergi untuk mendaftarkan akta nikah, Mo Yesi sudah mengatakan bahwa ia ingin menjadi pasangan suami istri yang nyata dengan Qiao Mianmian. Jadi, setiap kontak fisik adalah normal. Ia seharusnya tidak mendorong Mo Yesi menjauh. Ia hanya bisa membeku dalam pelukan Mo Yesi selama beberapa detik tanpa melawan. Mo Yesi tersenyum puas dan pegangan tangannya semakin erat. "Ayo kita pergi melihat adik ipar."

Ketika Qiao Mianmian mendengar Mo Yesi menyebut adiknya 'adik ipar', seluruh tubuhnya semakin membeku. Saat Mo Yesi mengantarnya ke pintu rumah sakit, ia menarik lengan baju pria itu. "Tunggu sebentar. Ada yang ingin aku katakan."

Qiao Mianmian berhenti dan Mo Yesi ikut berhenti.