webnovel

Aku Bisa Memanfaatkannya dengan Menikahinya

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

"Kakak, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apakah kalian melakukan pernikahan kilat?" tanya Qiao Chen. Ia sedikit khawatir jika pengkhianatan Su Ze membuat Qiao Mianmian mencari pria secara acak untuk segera dinikahi. Namun, Kakak Ipar tidak terlihat seperti pria yang mudah berhubungan sembarangan dengan wanita.

"Kau tidak perlu memikirkan hal lain, Chenchen. Bagiku, yang paling penting saat ini adalah kesembuhanmu. Kakak iparmu... adalah ahli bedah kardio serebrovaskular. Jika dia mengoperasimu, peluang kesembuhanmu dari penyakit ini menjadi sangat tinggi."

Setelah mendengarkan penjelasan Qiao Mianmian, Qiao Chen langsung mengerti segalanya. "Kakak," panggilnya dengan mata yang tiba-tiba memerah, "Apakah kau menikah dengannya karena aku? Benar begitu?" tanyanya. Ia tidak menyangka bahwa kakak perempuannya bahkan rela melepaskan kebahagiaan hidup demi menyembuhkan penyakitnya. Namun, jika penyakitnya sembuh, ia pasti akan merasa sangat bersalah.

"Chenchen..." Qiao Mianmian menghela napas pelan. Ia meletakkan pisau buah, menyeka tangannya dengan tisu, dan memegang tangan Qiao Chen dengan lembut. "Sebenarnya, aku tidak merasa sedih dan bersalah. Kakak iparmu itu bukan pria tua yang botak dan jelek. Aku tidak tahu berapa banyak wanita yang mau menikah dengannya. Sebenarnya, aku bisa memanfaatkannya dengan menikahinya."

"Kakak…"

"Menurutmu, mana yang lebih baik? Kakak Ipar atau Kakak Aze?"

"Tentu… Tentu saja, Kakak Ipar."

"Benar," setuju Qiao Mianmian. Ia mengeluarkan tisu untuk menyeka air mata di sudut mata Qiaochen, lalu tersenyum sambil berkata, "Aku menemukan seorang pria yang lebih baik daripada Aze. Kau seharusnya bahagia untukku. Kalau tidak, bukankah menyedihkan jika kakakmu ditinggalkan dan masih sendirian sampai sekarang?"

———

Qiao Miaomian dan Qiao Chen tidak tahu bahwa di luar pintu ada seseorang yang merekam pembicaraan mereka dan mengirimkannya kepada Mo Yesi yang sedang mengadakan pertemuan tingkat tinggi. Saat pertemuan berlangsung, biasanya semua ponsel harus diatur dalam keadaan diam. Ketika terdengar suara ponsel bergetar, semua orang di ruangan itu pun sontak saling memandang dan mencari sumber suara.

Setelah beberapa detik, perhatian semua orang tertuju pada Mo Yesi yang duduk di kursi presiden dan sedang mengambil ponsel. Para petinggi hanya bisa terdiam melihatnya. Bukankah biasanya Tuan Mo tidak pernah membuka pesan di ponselnya saat pertemuan sedang berlangsung? begitu pikir mereka. Hal yang lebih aneh lagi terjadi setelahnya. Mereka bahkan melihat Tuan Mo yang tampak seperti tersenyum. Meskipun senyum itu hanya sebentar, mereka jelas-jelas melihatnya.

Mo Yesi sedang membaca pesan WeChat yang dikirim oleh Lu Rao.

Ye Moye sedang memutar rekaman WeChat yang dikirim oleh Lu Rao.

| Lu Rao: Aku baru saja mendengar gadis kecil itu mengatakan bahwa kalian sudah menikah!!! Jangan katakan padaku bahwa itu benar!!!

| Lu Rao: Kau mengancam seseorang agar mau menikah denganmu dengan berjanji untuk mengoperasi adiknya? Aku tidak menyangka ternyata kau orang yang seperti itu.

| Lu Rao: Gadis kecil itu sebenarnya mengatakan bahwa dia mengambil keuntungan dengan menikahimu.

| Lu Rao: Dia juga mengatakan bahwa kamu lebih baik daripada mantannya. Bukan! Dia bertanya pada adiknya, dan adiknya yang mengatakannya.

Setelah membaca semua pesan WeChat yang dikirim oleh Lu Rao, sudut bibir Mo Yesi sedikit terangkat hingga tersenyum simpul. Jarang sekali orang-orang melihat Mo Yesi menjadi linglung saat pertemuan masih berlangsung. Mo Yesi membalas Lu Rao hanya dengan satu kata, lalu Lu Rao membalasnya dalam hitungan detik.

| Mo Yesi: Hm.

| Lu Rao: Hm maksudnya apa? Kau benar-benar mengintimidasi orang?

| Mo Yesi: Aku lebih baik dari mantannya.

Beberapa detik setelah Mo Yesi membalas, Lu Rao kembali mengirim satu pesan.

| Lu Rao: …

| Lu Rao: Benar-benar menikah?

| Mo Yesi: Bisakah pernikahan itu dipalsukan?

| Lu Rao: Apa-apaan ini!! Yang benar saja!!!

———

Tepat pukul enam sore, sopir Mo Yesi telah tiba di rumah sakit untuk menjemput Qiao Mianmian. Sopir itu memperlakukan Qiao Mianmian dengan sangat hormat. Ketika ia bertemu dengan gadis itu, ia langsung menyapa dengan hormat, "Nyonya."