webnovel

SAMPAI

Setelah mengudara hampir 8 jam, akhirnya pesawat pun transit terlebih dahulu untuk mengisi bahan bakar.

Pesawat mendarat di bandara internasioanal Dubai sebelum ke Amerika. Seluruh penumpang diminta untuk turun dari pesawat, namun Sky, Leo dan yang lainnya malah memutuskan untuk tidak turun dari pesawat.

"Jangan ada yang keluar. Sebab di antara kita semua bisa menjadi tersangkanya. Demi memastikan agar kabar ini tidak bocor keluar, maka di antara kita semua tidak ada yang boleh keluar," kata Sky.

Yang lainpun diam. Tidak ada satu orang pun yang berani menjawab, sebab di antara mereka tidak ada yang ingin menjadi tertuduh.

Tentu yang Sky katakan benar. Kepolisian Dubai dan hukum yang ada di negara Dubai sangatlah ketat. Kita tidak boleh sembarang mengatakan informasi pembunuhan ini, karena bisa berakibat fatal.

Mereka semua ketakutan. Stella yang semula hanya ingin buang air besar saja, sekarang harus terlibat dalam sebuah masalah besar.

Sedangkan Stevi yang hanya seorang pramugari, tidak akan mengira, dari penglihatannya dia bisa menjadi saksi mata dari kasus pembunuhan.

Sedangkan petugas yang tidak tahu apa-apa itu, ikut terbawa dalam masalah serumit ini hanya karena ia mememiliki kunci cadangannya.

Sky bahkan enggan melihat temannya tersebut. Leo sampai detik ini, terlihat seperti patung batu yang tidak bergerak dan hanya diam di posisinya saja.

"Kenapa kamu melakukan ini, Leo?" 

Sorot matanya Sky langsung tertuju kepada Leo. Seolah-olah melakukan telepati, Leo pun membalas.

"Bukan diriku yang membunuh pria itu, tetapi ada orang lain yang melakukan hal tersebut," batin Leo untuk membalas pertanyaan Sky yang sebelumnya.

"Tapi mengapa pramugari itu mengatakan dirimulah pelakunya?" cecar Leo kembali.

Keduanya masih saling mengobrol meskipun hanya sebatas tatapan mata saja.

"Aku sendiri tidak tahu. Aku memang menemui pria itu, jujur. Tapi, setelah itu diriku pergi meninggalkannya. Pria itu masih bernyawa setelah aku pergi," kekeh Leo.

"Jadi, kemungkinan ada yang masuk setelah dirimu pergi, tetapi pramugari itu tidak melihatnya?" terka Sky.

Keduanya sudah saling memahami. Sky kini mulai lebih tenang. Tentu dia  sadar bahwa Leo memang bukan pelakunya, hanya saja tidak ada bukti yang menguatkan bahwa Leo tidaklah bersalah.

"Lalu, siapa pelakunya sebenarnya?" tanya Sky yang masih memberi kode kedipan mata pada Leo.

"Tidak tahu." 

Leo menggelengkan kepalanya. Dirinya melihat ke atas dan ke bawah. 

Leo sedang mencari kamera pengawas, kenapa juga di ruangan ini tidak ada kamera CCTV yang bisa dijadikan barang bukti sebagai penguat dirinya tidak bersalah.

"Kita harus mencaritahunya. Aku tidak terima jika dirimu dijadikan tersangka, sedangkan dirimu tidak melakukan apapun."

Mereka berdua mengakhiri perbincangan yang melelahkan tersebut. Kondisi sekarang mulai kacau.

Stella mulai merasa bosan, haus dan lapar. Dan begitu juga dengan yang lain. Mereka sudah berada di sana sekitar 10 jam, tanpa makan dan minum.

"Sudah cukup! Aku tidak ingin lagi berada di tempat ini! Aku ingin makan dan minum," kata Stella.

 "Lagi pula bukan diriku yang membunuh pria itu. Bahkan pelakunya saja sudah ada di sini, untuk apa kita repot-repot ada di tempat ini untuk menunggu hal yang tidak jelas," imbuhnya menambahkan.

Stella sudah tidak bisa berlama-lama di sana. Ruangan ini semakin terasa sesak. Pasokan oksigennya terasa sudah hampir habis. Gadis belia ini tidak akan bisa menunggu lagi meskipun hanya sedetik saja.

"Yang dia katakan benar. Mengapa kita tidak pergi saja. Lagi pula kita bukanlah pelaku, tetapi pria itu lah yang sudah membunuhnya!" sambung yang lain.

Sepemikiran dengan Stella, petugas itu juga mengeluhkan hal yang sama. Dia pula sudah percaya bahwa Leo adalah pelakunya.

"Sebaiknya aku pergi saja," tutup petugas itu dan setelahnya ingin pergi.

"Aku ikut denganmu, Pak," kata Stella mengikut di belakang.

Jika Stella dan petugas itu memilih untuk pergi, maka lain halnya dengan Stevi. Dia masih berada di sana dengan terus memperhatikan Leo dan Sky.

"Kau masih ada di sini? Mengapa kau tidak pergi seperti yang lain juga? Bukankah kau pula merasa bahwa Leo adalah pelakunya? Mengapa tidak pergi saja?" cecar Sky demikian.

"Aku pun ingin meninggalkan tempat ini, tetapi aku tidak bisa melakukan itu. Aku tidak ingin dia meninggalkan pesawat ini dan tidak bertanggung jawab atas kesalhannya," kilah Stevi.

Stevi tidak menampik bahwa dirinya juga ingin keluar seperti yang lainnya, namun saat ini dia menjadi saksi kunci dari kasus pembunuhan di pesawat yang ia tumpangi.

"Baiklah jika kau ingin masih berada di ruangan ini," ujar Sky malas.

Stevi membalas kembali, "Aku tidak percaya kepada kalian, terutama kau!" tunjuknya kepada Sky.

"A-ku? Mengapa harus diriku? Aku merasa tidak bersalah," elak Sky dari tuduhan.

Pemuda blak-blakan tersebut memang pantas untuk dicurigai. Bahkan Leo sampai tersenyum ketika mendengar Sky ikut menjadi tertuduh.

"Mengapa kau tertawa seperti itu? Apa ada yang lucu dariku?" kesal, dengan menyembunyikan wajahnya.

"Aku tidak sedang tertawa. Hanya saja aku tidak berpikir jika kau juga berhak untuk dicurigai," balas Leo.

"Astaga, kau pun ikut mencurigai temanmu sendiri. Aku memang patutu dituduh. Aku memang pantas. Tuduh saja aku yang tidak berdosa ini."

Menutupi dirinya yang dicurigai, Sky membuat suasa tegang ini menjadi mencair. Dengan gaya khasnya Sky membuat lelucon kecil untuk mencairkan keasaan.

Meskipun tidak menutup kemungkinan di hati masing-masing merasa takut. Setidaknya untuk sementara waktu tidak ada saling menuduh di antara mereka. 

Namun, Leo masih berpikir untuk mencari alibi agar dirinya bisa terbebas dari jerat masalah ini.

****

Setelah menempuh hampir 24 jam, akhirnya pesawat mendarat juga di internasional Amerika.

Semua penumpang turun dengan perasaan yang baik-baik saja. Beda dengan Leo, Sky, Stevi. Mereka tampak terlihat sangat lesu, pucat bahkan Stevi sampai tidak bisa berjalan karena tenaganya sudah habis.

Para petugas medis pun dikerahkan untuk mengepakuasi jasad pria itu dan yang lainnya juga.

Stevi dilarikan ke rumah sakit karena dirinya yang jatuh pingsan setelah tim medis datang.

Sedangkan Leo dan Sky hanya mendapatkan pertolongan pertama, yaitu makan dan minum. Dan sedikit viamin menjadi penambah tenaga mereka.

Mendengar keterangan dari petugas pesawat dan Stella, yang mengatakan bahwa Leo adalah pelaku pembunuhan, maka aparatur keamanan Amerika segera meringkus Leo ke kantor polisi setempat.

Bagaimana bisa Leo masih tetap tenang disituasi seperti ini?

Sky yang satu penerbangan dengannya sekaligus rekannya, tidak luput dari pemeriksaan polisi.

"Apa benar, jika tuan tuan yang sudah membunuh Steven, pria yang ada di kamar kecil pesawat itu?" tanya salah seorang petugas polisi.

"Menurut laporan saksi mata, bahwa anda yang sudah membunuh Steven, warga Kanada yang sedang berlibur di Indonesia dan ingin kembali ke Amerika. Apakah itu benar, tuan Leo Sukma Atmaja?" cecarnya lebih lanjut.

"Sudah pasti tuduhan itu palsu, Pak. Temanku tidak mungkin melakukan itu, Pak. Ketika kejadian Leo sedang bersama denganku," debat Sky.

Dia membuat pembelaan yang memberatkan bahwa Leo tidaklah bersalah.

"Apakah itu benar tuan, Leo?" kembali polisi itu bertanya.

"Ini!" Leo tidak banyak bicara, tetapi dirinya menyerahkan barang haram yang pemililnya adalah Steven.

"Apa ini?" Petugas itu pun memeriksa benda yang ditunjukan oleh Leo.

Mereka pun berbincang dengan bahasa ingris, sebab di Amerika memang bahasanya inggris.

"Itu adalah barang haram dari Kanada yang sengaja dimasukan ke dalam tempat sekecil itu. Tujuannya agar terbebas dari pemeriksaan petugas," beber Leo mengungkapkan fakta baru.

"Barang haram?"

Petugasnya masih memeriksa keaslian dari barang haram yang dimaksud Leo tersebut.

"Selama kami memeriksa benda tersebut, kalian tidak bisa pergi meninggalkan kantor polisi ini," kata petugasnya tegas.

"Tapi ….," keluh Sky.

"Baik, kami tidak akan pergi."

Jika Sky tidak ingin tinggal, maka lain halnya dengan Leo. Dia memelih menyetujui permintaan petugas tersebut.

Sky menggelengkan kepalanya. Bagaimana dirinya harus terjebak dalam masalah serumit ini?

Baru pertama kali mendapat tugas dari ayahnya, mangapa dirinya harus mendekam di kantor polisi tanpa tahu apa sebabnya?

Penasaran?

JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!