webnovel

Dia Ternyata Takdirku

Pernahkah kalian membayangkan jika orang yang selalu ada denganmu adalah takdir hidupmu? Sangat mengejutkan dan terkadang tak masuk di akal jika dipikir dengan logika. Namun kejadian ini bisa di bilang dengan takdir yang sedang di alami gadis belia nan rupawan. Gadis ini bernama Rachel dengan usianya yang baru menginjak 17 tahun. Dimana masa puber pada seorang gadis sedang bergejolak. Ia tak menyadari jika teman dekatnya yang selalu menemaninya selama 10 tahun ini adalah takdir cintanya. Seorang pria bernama Johan yang berumur 18 tahun, satu tahun lebih tua dari Rachel, tetapi mereka besar dan tumbuh bersama karena kedua orang tua mereka saling mengenal. Lalu bagaimanakah perjalan cinta Rachel hingga akhirnya jatuh kedalam pelukan Johan?

Rachel_Oktafiani · Teen
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 02

Semua mata terpana.

Semua mata terkagum.

Semua mata memandang.

Cantik parasnya bagai bidadari.

Bentuk badannya bagai gitar spanyol.

Tinggi semampai dengan kaki yang jenjang serta kulit putih mulus membalut tubuhnya.

Gerai rambut berwarna kuning keemasan menghiasi kepalanya.

Yah.. guru bahasa inggris yang baru ini berasal dari Australia yang telah lama tinggal di Bali. Namanya miss Kathline yang menjadi idola baru di sekolahku. Tidak hanya cantik dengan body goalsnya, namun juga cerdas dan baik hati. Sehingga tak salah jika baik murid cowok maupun cewek menyukainya.

" Good morning guys..". Sapa Miss Kathline ketika memasuki kelas. Kita mengira jika mulai hari ini kelas bahasa Inggris akan full bicara menggunakan bahasa Inggris, yaahhh.. namun untungnya tidak. Miss sudah sangat fasih sekali dalam bahasa Indonesia. Jadi ketika kita berbicara santai beliau menggunakan bahasa Indonesia.

" Oke guys.. hari ini kelas akan berlangsung dengan sangat menyenangkan dan tidak bosan. Soo.. ikuti kelas saya dengan seksama dan tetap fokus ya..". Ujarnya memberi pembukaan ketika awal mengajar.

" Yap, sekarang kalian buat satu buah kalimat, bebas, yang menceritakan pengalaman atau hobby kalian. Lalu jika sudah siap, silahkan angkat tangan dan maju ke depan untuk menceritakan kalimat yabg kalian siapkan dengan bahasa Inggris dan menuliskannya di papan tulis. Oke guys? Sudah ada yang siap maju?". Ucapnya.

Kami mengikuti kelas hari ini dengan seksama dan memang sangat menyenangkan hingga seluruh kelas berpartisipasi untuk maju. Karena kelas saat itu sangat mengasikkan dan seru hingga tak terasa lonceng jam istirahat telah berbunyi. Kelas di akhiri dengan riuh dan gembira sehingga rasanya tak ingin mengakhirinya.

" Oii Jo, ngapain lu di depan kelas gue? Tungguin Rachel ya?". Tanya teman kelasku Doni.

" Oii Don, iya gue nungguin Rachel.. belum keluar ya?". Jawab Johan.

" Belum tuh.. masih di dalem rasanya.. samperin aja kalii..by the way kalian jadian?"

" Hah?? Nggak. Gue cuman sahabatnya aja dari kecil".

" Terus kenapa gak jadian aja kalian? Cocok kok."

" Hahahhaha.. nggak bro! Belum waktunya juga gue mikirin tentang pacaran. Tapi kalau emang jodoh ya pasti ada jalannya untuk di temukan dan bersama. Whahahahaha..".

" Wennaaakkk.. ya udah bro, gue ke kantin dulu ya.. kalau lu beneran sampe merit sama Rachel jangan lupain gue ya.. hahahaha".

" Siippp..". Setelah itu Johan langsung masuk kelasku dan memberikan bekal yang ia bawakan untukku dan kami makan siang bersama.

" Mel, Mel, lihat tuh si Jojo sama Angel." Ucap Bella.

" Biarin aja, nanti aku mau samperin Jojo. Ehmmm rasanya mereka sudah selesai deh.. bye guys aku mau ke pujaan hati dulu ya..". Ujar Melinda sambil melangkah menemui Johan yang hendak keluar kelas.

" Haii.. Jo..". Sapa Melinda.

" Oh, iya Mel.. sori aku duluan ya..". Ucap Johan.

" Iihhhh... mau kemana? Kok buru-buru banget sih?".

" Ya terus?"

" Kok ya terus sih Jo? Kan aku kesini nyamperin kamu.. kenapa dingin banget sih sama aku?". Ucap Melinda dengan manjanya.

" Oh, sori Mel kalau kamu tersinggung. Tapi aku mau balik kelas dulu". Langsung saja Johan meninggalkan Melinda dan membuatnya cemberut. Aku yang melihatnya dari kejauhan tertawa melihat Melinda yang tak mendapat perhatian dari Johan.

" Apa lu lihat-lihat?! Lu ngetawain gue ya ngel?!". Teriak Melinda padaku dengan rasa malunya dari depan kelas dan memalingkan badannya kembali ke tempat duduk dimana teman-temannya berada.

" Eh, chel lihat nih!". Ucap teman sebangku ku Maya.

" Apa'an?". Tanyaku.

" Ini lhooo.. kak Rico.. ihhh cakep banget gak si dia waktu pose gini..". Sambil memperlihatkan foto kak Rico padaku melalui akun Enstagramnya.

" Iihhh kamu kok jadi tukang stalker sih May? Hahahaha.."

" Yaaaa tapi cakep kaaannn kak Riconyaa???". Ujar Maya menggodaku.

" Iya sih.. cakep.. apa lagi pas pose waktu main basket.. uuugghh.. cakepnya bukan main.. kriteriaku banget nih May..".

" Lah terus di Johan di kemana in chel kalo kamu naksir kak Rico?" Tanya Maya padaku.

" Hah? Johan?? Dia itu cuman sahabatku dari kecil May.. sudah kaya sodara sendiri juga.. ya gak mungkin lah aku taruh perasaan ke dia..".

" Hush.. ati-ati kalau ngomong chel.. nanti bisa suka beneran lho!".

" Ahhh kamu percaya yang begituan sih May.. Eh tapi lihatin lagi dong foto-fotonya kak Rico.. nama Enstanya apa? Aku follow ahh.."

Bermula melihat enstagramnya dan seringnya aku memperhatikan postingan-postingannya kala itu membuatku jatuh hati. Parasnya yang tampan membuatku tak mudah untuk berpaling. Namun sayangnya, selama di sekolah aku jarang banget bisa bertemu dengan kak Rico. Jangankan bertemu, berpapasan aja susah. Iya siihh.. dia sudah kelas 3.. jadi pasti lebih fokus ke studynya.. Namun aku benar-benar terkagum akan ketampanan kak Rico. Sejak saat itulah aku mulai menyukai kak Rico dalam diam karena aku sangat maku jika dia maupun orang lain yang mengetahuinya. Serta aku saat ini masih belum siap untuk berpacaran..

" Eh May, kamu kan stalkernya kak Rico, dan fans beratnya, kamu tahu nggak kak Rico sudah punya pacar apa belum?". Tanyaku pada Maya.

" Ehhmmm.. setahuku sih dia banyak deket sama cewek-cewek selebgram gituu..".

" Cewek selebgram itu apa May? Artis? Apa model?".

Sambil melihatku dengan tatapan yang tajam, Maya memperhatikanku berkali-kali hingga ia meneluk jidatnya karena kepolosanku.

" Ampuh dah ni anakkk.. pinter sih pinter, cantik iya, tapi kok kudet ya??" Sambil menggelengkan kepala melihatku dengan senyum polosnya.

" Yaaaa... aku kan gak pernah kaya kamu gituuu... Jangan gitu doonggg malu niihhh..."

" Gini ya neng, Kanjeng Ratu mau kasih tahu kamu, selebgram itu artis enstagram. Nih, contohnyaaa.. Annya Mclawranch.. Otto Galileo, Dina Agnesia.. nah orang-orang gini nih yang dinamakan selebgram.. mereka artis tapi hanya di enstagram..". Jelas Maya.

"Oohhhh gitu to... yayayaya.. paham aku sekarang May.. hehehehe.. Jadi, kalau begitu kak Rico belum punya cewek kan?".

" Emangnya kenapa kalau belum punya cewek? Kamu mau ngelamar jadi ceweknya?"

" Yaaa nggak juga sih... tapi kan jadi seneng aja.. cowok yang kita suka sama-sama single. Hehehehe.."

" Heeemmmm.. mimpi! Udah ah.. bu Milla sudah masuk tuh!".

" Iya-iyaa...".

Akhirnya aku mengikuti pelajaran hari itu dengan fokus hingga tak terasa jam pulang sekolah tiba. Aku segera membereskan seluruh buku dan alat tulisku. Tak lupa aku mengirim chat pada Johan untuk menungguku di perpustakaan jika ia sudah keluar kelas lebih dahulu. Ketika aku telah selesai mebereskan buku-buku ku, aku segera pergi menuju perpustakaan sekolah yang berada di ujung gedung, saat perjalanan aku melihat kak Rico yang sedang bermain basket di lapangan bersama teman-temannya. Ia terlihat sangat tampan ketika bermain hingga membuatku terpukau.

" Eh Ric, sini dulu deh." Panggil temannya Bimo.

" Apa'an bro?"

" Ituhh.. liat ke arah jam sebelas deh, itu cewek rasanya liatin elu terus dari tadi. Elu kenal?". Tanya Bimo.

" Kagak. Eh tapi tu cewek cantik juga ya? Hemm.."

" Wadaww.. si raja penakluk wanita mulai beraksi nih. Hahahahahaha..". Tawa si Bimo menggoda Rico.

" Yaaa biarin.. bekum kena juga mangsanya.. masih kita lihat duluuu.."

Tanpa sadar aku terlalu lama melihat kak Rico di lapangan basket hingga lupa akan tujuanku ke perpustakaan. Segera aku berlari menuju perpustakaan tak kngin Johan menungguku terlalu lama.

Dan benar saja Johan telah menungguku di perpustakaan sambil membaca buku-buku biologi. Langsung saja aku menghampirinya saat aku tiba di perpustakaan.