webnovel

Cemburu

Beberapa hari berlalu setelah itu sikap Ali kepadaku kembali cuek dan dingin seperti biasanya. Kadang kami tanpa sengaja dan kami saling memandang dengan penuh kebencian. Setelah kejadian di kantin, aku merasa Ali seperti sengaja menghindariku karena aku jarang melihatnya ada di sekitarku. bahkan dua hari ini dia sama sekali tak kelihatan di kampus

Terkadang saat aku tak sengaja melihat cincin di jari manisku, aku ingat kejadian malam itu dan tanpa sadar dadaku akan berdesir. Meski aku belum bisa menemrima kenyataan itu tapi terkadang tanpa sadar aku membayangkan Ali sebagai suamiku. Selama ini aku tak pernah perduli padanya dan kehidupan pribadinya tapi sejak kejadian malam itu aku merasa penasaran padanya.

Aku berjalan cepat menuju perpustakàan mencari Tia, akhir-akhir ini anak itu getol banget datangke perpustakàan dan meninggalkan aku begitu saja begitu waktu istirahat tiba. Tepat saat aku berada di depan pintu perpustakaan, ponselku tiba-tiba berdering.

"Halo," aku segera mengangkatnya, sebuah panggilan dari Harsya.

"Halo, sayang," suara merdu Harsya segera saja terdengar di telingaku.

"Ada apa?" tanyaku manja.

"Nanti malam senggang, gak? kalau senggang, kita makan malam, yuk? Nyobain steak di cafe Biru, yang baru buka minggu lalu," Harsya berceloteh penuh semangat.

"Boleh, mau jam berapa?" tanyaku dengan antusias.

"Terserah kamu."

"Jam tujuh ya, jemput aku,"

"Siap tuan putri.. " Harsya terkekeh di ujung sana.

Aku tertawa kecil, tetiba aku ingat Tia, "Aku ajak Tia?"

Harsya tertawa, "Boleh aku makan sama tunanganku saja?"

"Oke, nanti malam aku tunggu ya?"

Aku segera menutup panggilan setelah tak ada lagi yang kami bicarakan. Aku segera masuk ke dalam perpustakaan dan mencari Tia. Aku melihat Tia tengah duduk di sebuah kursi sambil memegang buku di depannya ada Widya dan Nita, ia terlihat tengah berbincang dengan mereka dengan merendahkan suaranya. Mereka segera tersenyum dan menyapaku saat aku bergabung dengan mereka.

Setelah mengobrol beberapa saat dengan mereka, tiba-tiba mataku menangkap punggung seorang cowok yang berada tak jauh dari posisi kami. Cowok itu duduk di kursi membelakangiku sedikit tertutup rak buku. Di depan cowok itu ada seorang gadis cantik yang aku tahu sebagai Fina, seorang mahasiswi kebidanan tingkat pertama yang menjadi primadona para cowok itu kampus. Gadis itu tampak tersipu saat tangan laki-laki itu mengacak rambutnya.

Entah mengapa aku merasa cowok yang memunggungiku adalah Ali, hal itu karena rumor yang kudengar mengatakan kalau Fina pacar Ali, mereka jadian beberapa saat setelah Fina masuk ke kampus ini. Saat mataku bertemu dengan mata Fina, gadis itu tersenyum malu membuat cowok di depannya memalingkan wajahnya ke arahku.

Dan ternyata dugaanku benar, cowok itu ternyata Ali. Aku segera membuang muka saat tatapanku bertemu dengan tatapan Ali, Aku sempat melihat senyum sinis Ali saat aku pura-pura bertanya bertanya pada Tia meski pertanyaanku gak nyambung dengan apa yang mereka bicarakan. Aku berusaha mengikuti pembicaraan Tia dan kedua temannya tapi pikiranku malah tertuju pada pasangan itu, bahkan sesekali mataku berusaha melihat apa yang terjadi di antara mereka. sebuah perasaan tak nyaman tiba-tiba saja merasukiku dan membuatku terkejut.

"Tumben hari ini Zie gak nyambung, Lola banget, pasti kepikiran kak Harsya terus ya." goda Widya membuatku mengerutkan bibirku.

Tia dan kedua temannya tertawa agak keras, membuat Ali menoleh merasa terganggu. Ali kemudian menggeser duduknya menjadi berada di sebelah Fina, dan dengan aktraktif memegang dan membelai tangan Fina yang membuat gadis itu tersenyum bahagia.

Aku memaki diriku dalam hati saat perasaan terluka tiba-tiba menyusup ke dadaku. Harusnya perasaan ini tak pernah ada, aku tak pernah memiliki hubungan apapun dengannya selain perasaan benci yang begitu mendalam. Aku mengingatkan diriku sendiri bahwa aku sudah memiliki Harsya yang sangat sayang padaku, Harsya yang selalu cinta dan perhatian padaku dan Harsya yang selalu menjadi tujuan hidupku.

Meski sudah berusaha keras meyakinkan hatiku nyatanya perasaanku terasa makin perih saat melihat Ali merangkul pundak Fina. Aku tak pernah merasa sesakit ini saat Harsya merangkul rekan perempuannya. Aku mulai merasa ada yang salah pada diriku saat aku merasa asam di tenggorokanku Aku pamit pada ketiga orang di depanku untuk ke toilet. Aku berjalan dengan cepat menuju toilet dan berdiri di depan cermin untuk melihat mukaku. Aku terkejut saat melihat mukaku yang menyedihkan dan kedua mataku terlihat memerah karena menahan tangis.

Aku segera membasuh mukaku berulang ulang dan mengeringkannya dengan tissu. Aku menunduk untuk mengambil bedak di dalam tas untuk memperbaiki riasanku agar terlihat pucat.

"Cemburu?" sebuah suara berbisik di telingaku.

Tubuhku menegang mendengar pertanyaan itu, sontak aku melihat ke cermin dan menemukan sesosok cowok tampan itu sudah berdiri di belakangku dan tersenyum jail!

***

Next chapter