121 120. Senyuman

Julio berbaring di atas ranjang. Matanya menatap kosong langit-langit kamar. Ini sudah seminggu Cicil pergi dan Julio masih saja bermurung durja. Nindi, Kafka dan kedua adik kembarnya bahkan sampai bingung harus menghibur Julio seperti apa lagi.

Suara ketukan pintu kamar membuat Julio menoleh. Siapa yang mengetuk? Kalau Nindi sudah jelas akan langsung masuk saja. Apakah Dewa?

Julio memperhatikan pintu kamarnya yang sama sekali tidak terbuka. Padahal lelaki itu menunggu sosok yang mengetuk pintu tersebut membuka pintu lalu masuk.

Menghela napas kesal, Julio bangkit dan membukakan pintu kamarnya karena suara ketukan tetap saja masih terdengar.

Julio menatap Dewa di depannya yang tersenyum. "Ayo makan malam, Ayah sekalian mau bicarain sesuatu sama kamu," ujarnya.

Julio ingin menolak, tapi tatapan tegas Dewa menatapnya membuat Julio sedikit segan. Yang dilakukan lelaki itu hanyalah mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Dewa.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter