webnovel

Devil into Angel

Jovanka Alexandra, seorang gadis yang beranjak dewasa tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi fakultas hukum menjalani hidupnya yang penuh dengan ke normalan dan penuh kebahagiaan. Memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat riang namun pemalas tapi tetap disukai oleh banyak orang. Akan tetapi, semua hal-hal indah dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya mendadak harus lenyap karena Jovanka mengalami suatu kejadian buruk yang menimpa dirinya. Dan sejak saat itu, kehidupan Jovanka berubah hanya dalam waktu sekejap. (Terdapat unsur-unsur kalimat 18+) [HIATUS]

Wassap29 · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Don't Worry

Bukan suatu hal yang tabu jika seorang remaja ingin mencoba dan mengetahui tentang apa saja isi dunia, bagaimana orang-orang lain berperilaku, baik-buruknya suatu lingkungan dan lain sebagainya. Namun, setelah mengalami fase-fase seperti itu akan tercipta tiga golongan. Yang pertama adalah golongan para remaja yang betah dan terus mempertahankan sisi gelap dari dunia baik siang maupun malam hingga dirinya beranjak dewasa, golongan yang kedua adalah golongan yang memilih untuk menjauhkan dirinya dari "hal-hal" tersebut, sementara golongan ketiga yaitu para remaja yang memilih untuk mengikuti alur dari lingkungan pertemanannya dan Jovanka termasuk pada golongan yang ketiga.

Jovanka memang bukan seorang girls next door biasa, dia bisa menjadi sosok seperti itu, akan tetapi Jovanka juga sewaktu-waktu bisa berubah menjadi sosok Jovanka yang party hunter. Hal ini tentu karena Jovanka mengikuti alur pertemanannya yang tidak ke kanan ataupun ke kiri. Tetapi di tengah-tengah, oleh karenanya Jovanka memegang prinsip "nakal boleh, goblok jangan" yang memiliki makna Jovanka bisa nakal sebagaimanapun juga, tetapi dirinya tidak boleh melewati batas-batas yang sudah ditentukan oleh dirinya, kedua orang tuanya, agama, nusa dan bangsa. Tentu saja Jovanka bisa melakukan "hal-hal nakal" tersebut kalau ada tidak lain dan tidak bukan Hans.

Seperti malam ini, Jovanka di undang oleh teman SMPnya pada acara pesta ulang tahun di salah satu club. Jovanka mengajak pergi Hans karena kalau tidak bersama dengan Hans sudah pasti ayahnya tidak akan mengizinkan, dan lagi agak aneh juga kalau Jovanka harus mengajak Phill. Akan tetapi, sebelum itu Hans sempat menolak. dirinya malah sempat bernegosiasi dengan Jovanka, memberikan penawaran kalau dirinya akan mengajak Jovanka ajojing dilain hari. Namun Jovanka menolak dengan alasan dirinya merindukan "teman-teman"nya itu. Alasan Hans menolak tentu saja karena selain tidak diundang, Hans juga tidak menyukai orang yang berulang tahun ini, penyebabnya tentu saja karena Jovanka.

Hanya saja Hans tau, kalau sahabat kesayangannya ini perlu bersenang-senang setelah melalui satu minggu yang penuh dengan kuis, membuat paper, tugas yang tiada henti. Setidaknya masih ada sisi yang membuat Hans langsung meluluhkan hatinya untuk mengiyahkan permintaan dari Jovanka.

"Hai om!" sapa Hans saat pintu rumah Jovanka dibukakan oleh ayahnya Jovanka.

"apa kabar Hans?"

"om, baru juga kemaren ketemu"

"kamu ini ga ngerti basa-basi banget" Hans langsung tertawa menanggapi balesan dari ayahnya Jovanka.

"Alex udah siap om?" tanya Hans, "udah, ke atas aja kamu. Gatau tuh dia lagi ngapain" titah ayahnya Jovanka yang diangguki oleh Hans, setelahnya Hans pun masuk kemudian berlalu menuju lantai dua- tepatnya menuju kamarnya Jovanka.

--

Tok

Tok

"Jo, lagi bugil ga?" selesai Hans bilang seperti itu, pintu kamar Jovanka langsung terbuka lebar, muncul Jovanka yang menatap Hans tajam. "kalo gue bugil kenapa?" serang Jovanka, Hans bukannya menjawab malah tertawa lalu menoyor kepalanya Jovanka sembari kakinya melangkah masuk ke dalam kamar gadis itu.

"lo belum siap gini mending gausah aja lah, males gue"ucap Hans seraya menjatuhkan badannya ke atas kasur milik Jovanka.

"engga. lagian kan sekarang baru jam 8, masih ada satu jam lagi. bukan acara resmi juga.. jadi kalau telat juga gapapa" bales Jovanka tanpa mengalihkan pandangannya dari kaca rias dan setelahnya tidak ada lagi sautan dari Hans, Jovanka membalikan badannya sejenak. Terlihat Hans yang tiba-tiba saja sudah memeluk guling miliknya sambil memejamkan mata membuat Jovanka tersenyum melihatnya.

"masih ada sejam lagi, bobo yang nyenyak ya Hans" saut Jovanka.

Dirinya membiarkan Hans seperti itu, kalaupun Hans ketiduran beneran pun tidak masalah. Pasalnya Jovanka merasa bersalah juga kepada Hans, Jovanka tau betul kalau Hans tidak suka dengan temannya ini. Sebenarnya Jovanka juga bisa saja menerima tawaran Hans untuk ajojing di lain waktu, tapi Jovanka juga merasa tidak enak dengan temannya ini kalau dirinya tidak datang.

Katakanlah kalau Jovanka sangat baik, tetapi bagi Jovanka bukan masalah baik atau tidaknya. Jovanka hanya lebih kepada menghargai temannya ini yang sudah mengeluarkan effortnya untuk datang ke rumah Jovanka hanya untuk memberikan undangan.

--

"ayah, Alex sama Hans pergi duluya!" seru Jovanka sembari menghampiri ayahnya yang sedang duduk santai di ruang tv, ditemani dengan teh jasmine yang sepertinya baru saja dibuat karena asapnya yang masih mengepul.

"hati-hati ya, Hans.. om titip Alex ya? awasi dia jangan terlalu berlebihan disana, pokonya ayah mau ngeliat kamu pulang kerumah dalam keadaan sober" peringat ayah Jovanka kepada putrinya itu. Jovanka langsung tersenyum lebar mendengarnya, karena Jovanka pernah pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Alhasil ayahnya sempat kewalahan menghadapi Jovanka yang meracau tidak jelas.

"tenang aja om, soal itu bisa Hans jamin. Kalau perlu Hans bakal bawa pulang Jovanka jam 12 malem aja om, takut mantra sihirnya ilang juga kalau lebih dari jam 12" timpal Hans, ayahnya Jovanka hanya tertawa saja sedangkan Jovanka menatap Hans sinis. Tidak terima dengan ucapan Hans barusan, lagipula Jovanka juga takut kalau ayahnya akan terpengaruh dengan ucapan dari Hans.

"yaudah kalau gitu. Alex pergi ya ayah, bye ayah!" selepas mengecup pipi sang ayah, Jovanka menarik tangan Hans kemudian menyeret laki-laki itu keluar dari rumahnya.

--

Sesampainya di club, Jovanka langsung saja mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yaitu sebuah kotak berukuran sedang yang tidak dibungkus dengan kertas kado, tetapi kotak tersebut dihias dengan pita yang cantik. Sehingga membuat kotak tersebut tidak terlihat monoton. Sementara itu, Hans yang sedaritadi hanya melihat gerak-gerik Jovanka menatap sahabatnya gusar. Karena Hans merasa tidak nyaman untuk datang kemari, apalagi situasi Jovanka yang over excited membuat Hans semakin khawatir Jovanka akan hilang arah.

"Jo" panggil Hans.

"hm? kenapa?"

"Sebelum kita turun, gue mau kasih warning dulu sama lo"

"apa lagi sih? tenang, gue ga akan mabok sampe jackpot.. gue ga akan nyusahin lo, gue juga ga bakalan asal terima minuman, gue ga akan jauh-jauh dari lo." cerca Jovanka seraya menatap Hans jengah, padahal dirinya tidak sepolos dan sebodoh itu terhadap orang-orang yang berusaha menjebak atau mencekoki dirinya dengan minuman.

"Hans, percaya deh sama gue. Ini bukan kali pertama gue dateng ke tempat ginian loh"

"gue percaya soal itu, tapi Jo-"

"Hans, gue tau lo khawatir karena orang-orang yang ada di dalem sana itu orang-orang yang manfaatin gue dulu, yang jahat sama gue dulu, bahkan ada yang hampir mau perkosa gue dulu. Tapi lepas dari itu semua, gue ke sini cuman karena menghargai. Ga lebih dari itu, jadi setelah gue kasih kado ini... gue bakal seneng-senengnya sama lo.. cuman sama lo doang, jadi lo bisa kontrol gue. ok?"

"yaudahlah, terserlah lo aja- tapi awas! lo harus nempel sama gue"

"posesif banget sih!"