webnovel

Devil CEO

Devil CEO

"Siapa namamu?"

Sebuah pertanyaan yang menjebak. Datang dari seorang yang memegang posisi tinggi juga.

Siapa kalau bukan pemimpin tertinggi di sebuah perusahaan alias CEO.

Lalu apa gunanya biodata terlampir jika ujung-ujungnya masih bertanya.

Dasar menyebalkan.

Regianis jelas kesal tapi dia berusaha mempertahankan citranya pada pertemuan pertama dengan sang pemimpin.

Untuk itu harus sabar.

"Regianis, Pak," jawab perempuan tersebut. Ia adalah lulusan universitas ternama.

"Anda tidak perlu menanyakan nama saya lagi, itu sudah tertulis di surat lamaran kerja."

Regianis menggerutu.

Dasar, buang-buang waktu. Hal yang harusnya tak perlu dilakukan.

"Usia?"

Wanita itu tidak langsung menjawab, yang justru ia lakukan adalah mengepalkan tangannya karena kesal. Akan tetapi pada akhirnya tenggelam berganti tersenyum ramah.

A question. Why angry?

Bagaimana tidak, sudah 30 menit wanita itu berdiri menunggu CEO yang sibuk dengan arsipnya.

Lalu setelah wawancara panjang lebar dan berkas, ia malah dapat pertanyaan seperti ini?

Dasar tidak berguna. Orang itu seharusnya tidak menjadi CEO jika dia memiliki sikap buruk.

Apa sifat seseorang berpengaruh terhadap posisi yang mereka sandang, tidak. Semua tergantung pada apa yang orang itu miliki di otak briliannya.

Lima menit tambahan, pada akhirnya sang CEO tersebut pun melihat Regi yang masih berusaha menahan diri.

Sabar...

Memangnya sekarang pelatihan militer, sampai Regi harus berdiri?

Apa guna kursi kalau bukan untuk duduk!?

Dendam pribadikah sampai duduk pun tak boleh?

Terlebih CEO tersebut sibuk membaca arsip perusahaan hingga membuat Regi terlihat seperti pajangan.

Halo, seorang Regianis telah melalui berbagai tahap seleksi untuk sampai ke posisi sekarang.

Lalu saat ini yang dia dapatkan hanyalah pertanyaan tak berkelas!?

Yang benar saja!?

"Oh oke, nona Regianis. 21 tahun, lulusan terbaik universitas ternama. Kamu pantas mendapatkan posisi ini. Hanya saja tidak semudah itu, Nona," kata pria tersebut sambil menyeringai.

Regi sendiri hanya menguatkan tekadnya untuk mengabaikan semua ekspresi gila sang atasan.

Orang yang sedang berada dihadapannya adalah presdir pemegang semua sifat buruk, namun selama orang itu tidak melakukan kesalahan, Regianis akan berusaha menahan diri.

Of course, anggaplah Regianis adalah salah satu orang paling beruntung di dunia ini karena dia berhasil di posisi tersebut.

Sekertaris.

Pemimpin perusahaan perusahaan besar tetapi tidak pernah mempekerjakan seorang sekretaris wanita.

Kemudian sekarang tiba-tiba ingin mengubah sekretaris prianya menjadi seorang perempuan yang tak sembarang wanita.

Sekali lagi, nasib Regi sangat beruntung.

Lalu tahukah kalian tentang rumor yang beredar tentang CEO tersebut?

Dia adalah orang yang tidak berperasaan. Sekali saja karyawan kantor membuat kesalahan, maka tanpa pikir panjang dia akan langsung mengeluarkan karyawan tersebut dari perusahaan.

Yosefa Corp sendiri bergerak di bisnis penjualan barang elektronik. Sebagian besar barang di rumah Anda adalah produk perusahaan yang dipimpin oleh seorang Gerand Yosefa.

"Ya Pak, itu adalah saya."

"Oke, aku tidak suka obrolan ringan. Aku ingin kamu bekerja untukku sekarang."

"Tentu saja Pak, saya datang untuk bekerja," kata wanita yang siap memukul saat melihat CEO tak berperasaan itu mendekat.

Sebuah pertahanan diri.

"Tenang sayang, aku tidak akan menyakitimu. Hanya akan membuat beberapa tawaran," katanya masih dengan tersenyum misterius.

"Kalau terkait pekerjaan kantor, saya akan selalu siap Pak."

"Kamu tahu bagaimana sistem kerja di perusahaan ini, kan?"

Gerand bertanya saat sudah tiba tepat di depan Regi. Sementara itu, wanita itu menatap lurus ke arah manik gelap calon atasannya.

"Tentu Pak," jawab Regi masih menatap lurus.

Regianis merasa sangat tidak nyaman ketika calon bosnya memperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tatapan yang seperti menerkam kapanpun ia mau.

Why, ada yang salah dengan penampilannya?

"Tidak buruk."

"Maaf?" ucap Regi spontan.

"Bagus jika kamu sudah tahu besok datanglah sesuai jadwal. Jika kamu terlambat sedetik saja, aku akan memberimu hukuman khusus."

"Apa hukuman istimewanya, Pak," kata Regi yang tak ingin terjebak dalam permainan ekstrem CEO-nya.

Menurut rumor yang beredar selain kejam dan tak berperasaan, Gerand Yosefa juga adalah orang yang suka main perempuan.

Sangat tidak lucu kalau Regi menjadi korban yang selanjutnya.

Gerand adalah seorang pemain, akan tetapi bukan gamer.

Untuk itu Regi harus membela diri agar tidak menjadi korban berikutnya.

Regi datang untuk bekerja bukan jadi mangsa yang sedang menyerahkan diri. Ibarat seekor kelinci kecil masuk kandang macan.

Seorang Regianis tidak akan mudah terjebak.

Gerand terlihat menyeringai sebelum menjawab pertanyaan Regi, calon sekretaris barunya.

"Bagus, aku suka sesuatu yang menantang dan tangguh. Sesuatu yang mudah tidak menarik. Itu sangat membosankan. Soal hukuman, satu kesalahan kecil hukumannya adalah mencium pipiku. Lalu untuk kesalahan terbesar hukumannya adalah menjadi budak seksku."

Tangan Regi spontan mengepal tangan kuat sampai buku jari memutih. Lalu secepat itu juga ia pun langsung melayangkan pukulan. Namun sayang pukulan tersebut berhasil ditangkis oleh Gerand.

Pemuda berusia 27 tahun itu memelototi Regi yang lancang melayangkan satu pukulan ke arahnya.

"Wow, kamu belum bekerja, tapi sudah berani bersikap lancang padaku?"

Regi melepaskan tangannya dari cengkeraman Gerand.

Tidak perlu repot-repot, perempuan seperti Regi bisa lepas dengan cukup mudah.

Selain pintar, orang tersebut juga dikenal sebagai pemegang sabuk hitam karate. Ia bahkan kerap menjuarai lomba pada bidang itu hingga tingkat provinsi.

"Maaf Pak, kalau tidak berperilaku tak pantas maka saya pun juga akan bersikap buruk. Apa yang ditanam, itulah yang akan Anda ambil," ucap Regi yang langsung mengalihkan pandangan.

Muak.

"Oh ya, ya, Nona Regianis. Kalau begitu saya minta maaf."

Tak perlu repot-repot berpikir Regi paham betul bahwa itu bukanlah sesuatu yang tulus. Hanya lelucon kecil.

Gerand sedang bermain-main.

"Jadi, apakah saya masih dipekerjakan, Tuan?" Regi bertanya pada orang sang dominan.

Terserah jika ia tidak jadi bekerja di perusahaan yang telah menghabiskan banyak waktu dan pikiran tersebut. Walau pintar Regi harus belajar keras. Kualifikasi karyawan perusahaan tak main-main.

Namun kalau pemimpin terlihat gila, akan lebih baik jika Regi tidak ambil kesempatan tersebut.

Lagi pula, Regi mendapat tawaran pekerjaan dari banyak perusahaan. But, dia ingin mencari peruntungan bekerja di perusahaan Yosefa Corp.

Itu sudah menjadi mimpinya sejak Regi duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.

Karena itu Regi ingin mengutamakan perusahaan impiannya terlebih dahulu.

"Oh course, Anda terlalu berharga untuk aku sia-siakan."

Kata-kata ambigu, tetapi Regi tidak ingin terlalu memikirkannya. Terserah sang atasan. Kalau berani main-main Regu tak segan-segan memukul.

Iblis, itu terlihat bagus dan tepat untuk orang tersebut.

"Silakan pergi, kamu mengganggu pekerjaanku. Ingat, besok kamu tidak boleh terlambat kalau tidak ingin punishment kiss."

Regi tersenyum meremehkan. Kemudian tidak lama setelahnya ia pun membalas kata-kata orang tersebut.

"In your dream, Mr Gerand Yosefa. Excusme." Regi langsung melangkah keluar ruangan CEO tersebut tanpa memperdulikan apa pun.

Tanpa Regi tahu, Gerand sedang tersenyum misterius. Sepertinya dia telah menemukan sesuatu yang menyenangkan. Target berikutnya.

"Wah…, aku sudah tidak sabar. Nona Regianis yang pandai dan kuat. Kamu akan habis di tanganku," ucap Gerand kembali melanjutkan pekerjaannya.

Satu hal yang harus diingat permainan Gerand tak pernah biasa. Ia menyukai hal ekstrem.

*****

Next chapter