webnovel

Terserahnya Cewek

"Jadi yang ngirim orang-orang itu elo?" tanya Ely sambil menunjuk lima orang yang sudah di atas truk.

Keynan mengangguk. "Bukan gue sih, tapi gue minta tolong sama orang tadi, mungkin di yang nyuruh mereka."

"Dino namanya. Bener Lo nyuruh orang itu?"

Keynan mengangguk lagi.

"Ah so sweet!" Ely memeluk Keynan. "Kalau kayak gini, gue bisa jatuh cinta beneran sama lo." Ely tertawa.

Lelaki yang dipeluknya hanya tersenyum masam. Hidungnya sudah tidak tahan mencium bau dari tubuh Ely, tapi bagaimana lagi, mau bilang langsung juga tidak mungkin. Yang ada dia pula yang nanti kena salah.

Kan semua gara-gara Jhon!

Keynan melihat lima orang ditambah dua petugas pengangkut sampah yang masih sibuk di atas truk. Mereka dengan semangat mengorek sampah demi mendapatkan jam tangan Jhon. Tapi sampai dua jam lamanya, belum juga ditemukan.

Ely khawatir, jangan-jangan Jhon bohong tentang jam tangannya yang masuk ke sampah.

"Em, Pak." Keynan memanggil orang yang bernama Dino. "Tolong kasih tahu ke mereka, kalau bisa menemukan jam tangan tersebut, saya kasih lima juta!"

Dino mengangguk. Dia kemudian memberitahukan kepada anak buahnya dan semua orang yang turut mencari tentang uang itu. Bahkan ia sendiri ikut terjun langsung mencarinya.

Keynan bersandar pada mobil. Diliriknya Ely yang tampak badmood di depannya. Gadis itu duduk di kursi plastik sambil memainkan ponselnya.

Bau sampah kembali masuk ke indera penciuman Keynan.

"El!" panggilnya.

Ely menoleh. "Ape?"

"Lo gak lapar?" Keynan mencoba berbasa basi.

Sejujurnya Ely lapar, tapi ia tidak mungkin membeli makanan dengan penampilan seperti ini. Apa lagi bau sampah itu sangat membuatnya merasa seolah baru keluar dari selokan.

"Gak. Lo kalau mau makan sana duluan. Gue nunggu jam tangan pacar lo ketemu!"

Keynan menghela napas. Ia mengambil ponselnya dan membuka marketplace.

Dicarinya toko pakaian yang paling dekat dengan tempat ini dan bisa COD. Tak lupa ia juga mengira baju dalam yang dipakai Ely. Rencananya, ia akan membelikan gadis itu pakaian untuk ganti, agar tidak terlalu bau tentu saja.

Sepasang outfit dengan atasan model crop tee dan celana jins menjadi pilihan Keynan. Di toko yang sama, ia juga memilih sepasang pakaian dalam untuk Ely.

Tak berselang lama setelah membuat orderan, sebuah chat masuk ke inboknya.

(Ini alamatnya benar, Kak?)

Keynan mengetik balasan. Setelah dikonfirmasi lagi, paket pesanannya segera meluncur menggunakan driver online. Kalau menurut jadwal yang tertera di aplikasi, dari toko sampai ke tempat Keynan berada tidak sampai 15 menit. Semoga saja lekas sampai, agar Ely segera bisa ganti pakaian dan terlepas dari bau tidak mengenakan itu.

Suami Ely tersebut heran, apa istrinya tidak merasa terganggu dengan bau itu? Mengingat dia sendiri saja merasa mual ketika mencium aroma sampah yang menempel di tubuh Ely.

"Gue haus!" Ely mendongak menatap Keynan. "Lo gak ada niatan mau beliin gue minuman gitu?"

"Iya gue beliin. Mau apa?" Lelaki itu membuka pintu mobil, diambilnya masker dan topi juga kacamata hitam untuk menyamarkan wajahnya.

"Apa aja deh, yang penting dingin. Siapa tahu otak gue bisa ikutan dingin."

"Ya bilang maunya yang apa."

"Terserah!" Ely kembali melihat layar ponselnya.

"Es krim?"

"Terserah." Tanpa melihat ke arah Keynan, Ely menjawabnya.

Keynan mengangguk paham, ia kemudian berjalan ke arah mini market yang lokasinya tidak jauh dari sana. Setelah melihat beberapa jenis es krim, akhirnya Keynan memilih tiga rasa untuk Ely. Biar nanti gadis itu memilih sendiri mau yang mana.

Selesai membayar, Keynan menghampiri Ely kembali. Diulurkannya kantong hitam berisi es krim ke arah gadis itu.

"Makasih!" Ely menerima kantong yang disodorkan Keynan. Dan ketika matanya melihat isi dalam kantong tersebut, ia menghela napas kesal. "Kok es krim!" protesnya.

Lelaki di depannya mengeryitkan kening. "Lah tadi katanya terserah!"

"Ya tapi kalau es krim aman bisa menghilangkan haus, Keynan!"

"Bisa! Coba aja. Itu ada tiga loh. Masa hausnya gak hilang."

"Lo mau bikin gue gendut?"

"Lah! Apa hubungannya?" Ia menggaruk belakang kepalanya yang mendadak gatal.

"Es krim itu bikin gemuk, Keynan. Ah, lo mah gitu. Kalau gak ikhlas bilang aja deh. Kan gue bisa beli sendiri." Ia menaruh kantong es krim tersebut di tanah dan membuang muka ke arah lain.

"Ya udah sana beli sendiri! Palingan nanti dikira gembel! Lo gak sadar bau badan lo itu bikin Jakarta mabok?" Keynan yang sudah kesal membalas perkataan Ely dengan nada tinggi.

"Heh, kok lo malah marah-marah sih!"

"Dahlah terserah! Kalau mau itu dimakan keburu mancair, kalau gak ya udah! Sana cari sendiri sesuai selera lo. Makanya kalau nyuruh itu yang jelas, jangan apa-apa terserah, pas dibeliin terserah lo-nya protes!"

"Kek emak-emak lo. Ngomel mulu!"

Ingin rasanya Keynan mengecup bibir Ely, agar tidak kebanyakan protes. Tapi ia urungkan ketika melihat satu sepeda motor menghampirinya.

"Maaf, ini tadi dengan Kak Key, ya!" Orang yang memakai sepeda motor tersebut membaca nama yang tertulis di aplikasi belanja online.

Keynan mengangguk.

"Oke benar. Ini pesanannya!" Ia menyodorkan tas dari kain. "Silahkan dicek dulu, mungkin ada yang kurang!"

"Oh gak perlu, Kak. Makasih, ya!" Keynan menerima kantong tersebut. Masalahnya di dalam ada pakaian dalam wanita, ya kali ia mengeluarkannya, kan?

Setelah memastikan tidak ada masalah lagi, kurir tersebut berpamitan.

"Lo beli apaan?" Ely melongok ke dalam kantong yang Keynan pegang. Ditangannya sepotong es krim sedang ia nikmati.

Keynan melihat ke bawah, satu bungkus kosong es krim sudah tercecer di dekat kakinya. Katanya tadi tidak mau es krim! Tapi dimakan juga. Dasar cewek! Membingungkan!

Ia tersenyum masam. "Lo doyan es krim juga?" sindirnya.

Ely meringis. "Sayang kalau gak dimakan. Kan tadi belinya pake uang, kalau gak dimakan buang-buang uang dong."

"Nah, tumben pinter! Nih ganti baju sana. Jangan lupa beli sabun, tubuh lo bau banget!" Ia menyodorkan kantong tersebut ke arah Ely.

Gadis di depannya melongo. "Ini buat gue?"

Keynan mengangguk.

"Lo beliin buat gue?"

"Iya, Ely Angelica. Gue beliin lo baju biar lo gak bau lagi. Ada dalaman juga itu, tapi gue gak tahu persis sih ukuran lo berapa, cuma ngira-ngira aja. Kan gue belum pernah pegang!" Keynan meringis sambil melihat dada Ely yang tampak rata. "Palingan kek tutup gelas doang, ye kan?"

"Sembarangan!" Ely menyilangkan tangannya di depan dada.

Keynan tertawa. "Coba gue cek! Biar valid gitu!" Keynan mengulurkan tanggannya. Senyum menggoda dia berikan, ditambah tatapan seolah memang benar-benar ingin memegangnya, membuat Ely mundur selangkah.

"Lo mau ngajak gue gelut hah?!"