webnovel

Suara Menjijikan

"Bisa gak, sih kasih tahu pacar lo itu!" Ely membanting pintu kulkas. "Dia bikin gue dapat SP 1. Shit!" Diputarnya tutup minuman botol itu, lalu setelah terlepas, dia segera meneguk isinya.

Lega. Air yang dingin membasuh tenggorokan dan turun sampai ke lambung. Sayangnya, tidak bisa naik ke otak, biar otaknya juga dingin sekalian.

Emosi sekali ketika dengan sengaja Jhon menjatuhkan dirinya sendiri dan melempar kesalahan padanya. Padahal dinding pun tahu, kalau lelaki menyebalkan itu hanya akting.

Sayangnya, Jhon termasuk orang yang paling banyak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan di tempatnya bekerja, hingga apa pun kesalahannya, selalu termaafkan.

Dia yang harus mengalah. Sialan. Kalau saja supervisor-nya tadi mengecek CCTV di tempat itu, pasti ketahuan siapa yang salah siapa yang benar. Tapi kembali lagi, Jhon tidak akan dipersalahkan, dan memilih memperingatkan Ely agar tidak main-main sama lelaki itu.

"Iya, nanti gue bilangin!" Keynan melempar blazer abu-abu ke sofa. "Lo dari mana? Jam segini baru pulang."

"Lah suka-suka gue dong. Emang lo doang yang bisa main." Ely menghempaskan tubuh ke sofa. "Capek banget hari ini, Tuhan!"

Keynan mengendalikan bahu. Lelaki itu melangkah ingin masuk ke kamarnya, tapi di depan pintu dia berhenti. "Lupa. Nanti pacar gue ke sini, kalau dia datang pas gue mandi, langsung suruh ke kamar aja!"

"Siapa? Jhon itu?"

Keynan mengangguk.

"Mau ngapain? Kan udah tengah malam."

"Dia nginep di sini!"

Mampus!

Ely menepuk keningnya. Sudah dapat dipastikan, kalau nanti akan ada perang di antara mereka.

"Bodo amat. Gue mau langsung tidur, jadi lo bukain pintu sendiri!" Ely bangun dari sofa, dia berjalan masuk ke kamarnya yang ada di sebelah kamar Keynan.

Lebih baik mengurung diri di kamar, dari pada ketemu sama lelaki berkepribadian ganda. Kadang cowok banget, tapi bisa jadi kemayu seperti cewek ketika sama Keynan.

Ely memutar matanya sambil menarik satu ujung bibir. "Bisa-bisanya Keynan suka sama orang kek gitu. Hii."

Gadis itu menghapus make up, lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Sebelumnya di sudah mengunci pintu, jadi aman, jika ada yang ingin masuk paksa ke kamarnya tidak akan bisa.

Keynan menghela napas. Kalau dari chat kekasihnya, sepetinya Jhon sudah hampir sampai. Jika dia di kamar mandi dan Jhon datang, siapa yang akan membukakan pintu? Jadi dia putuskan untuk menunggu sampai Jhon datang.

Diambilnya ponsel yang ada di meja, lalu duduk dan menyalakan televisi.

[Sampai mana?]

Keynan menunggu balasan. Terlihat online, tapi tidak dibaca.

[Masih jauh, gak?]

Baru saja pesan dikirim, terdengar bel pintu. Keynan segera berjalan dan membukanya.

"Sayang!" Jhon langsung memeluk Keynan begitu pintu terbuka. "Kangen tahu! Berapa minggu kita gak bersama, kan."

Jhon langsung masuk dan duduk di sofa. Hidungnya mengendus bau di ruangan itu. "Ih, aku gak suka sama aroma orang lain selain kamu!" Dia mengeluarkan parfum dari tas, lalu menyemprot seluruh ruangan dengan parfum mahalnya.

Ely yang sedang berendam mencium bau wangi. Dia mengangkat tangan, lalu mengendus ketek. Bukan dari sini! Diciumnya juga sabun yang dia pakai. Beda wanginya!

Lalu dari mana? Apa jangan-jangan ada setan di flat Keynan?

Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah sepuluh menit berendam. Tubuhnya lebih segar sekarang, jadi tinggal pakai skincare dan tidur.

Dia mengeryitkan dahi, saat baru mengoleskan krim malam, ada suara aneh masuk ke telinganya.

"Ish! Semakin horor tempat ini,' ucapnya sambil melirik ke pojok kamar.

Wait! Ely mencoba fokus dengan suara itu. Seperti suara orang yang dia lihat di dalam vidio yang temannya putar waktu itu. Tapi masa sih, ada yang menonton video seperti itu di sini? Masa Keynan?

Eh, tapi suaranya kok seperti nyata, ya?

Ely mendekatkan telinga ke pintu.

"It's fucking!" Dia menendang pintu. Itu suara Keynan, dia yakin sekali.

Ely mencoba membuka pintu, dan pemandangan yang ada di depannya membuat perutnya mual seketika.

Jika laki dan perempuan yang sedang melakukan itu, mungkin rasanya tidak sejijik ini! Tapi di depan matanya, Keynan dan Jhon?

"Woy! Kalian punya malu gak? Di kamar kek! Menjijikan!" Ely membanting pintu, lalu menguncinya lagi.

Ely masuk ke kamar mandi, dia memuntahkan semua isi perutnya ke wastafel.

"Gila!"

Dia berhasil mengeluarkan seluruh isi perut, tapi saat akan mengambil air minum di dapur, teringat lagi dengan Keynan dan pacarnya yang sedang di ruang tamu.

Ah, menyebalkan sekali, sih!

Ely mengusap air mata yang jatuh! Jika bisa mundur, dia akan melakukannya sekarang. Dia tidak sanggup melihat pemandangan serupa di lain waktu. Apa lagi dia hanya berdua dengan Keynan di sini.

Akhirnya Ely hanya bisa menahan rasa hausnya sambil menutup telinga dengan headset. Suara itu sudah berhenti memang, tapi untuk mengantisipasi hal itu terjadi lagi, Ely mencari amannya saja.

Keynan menjambak rambutnya. Sedangkan Jhon yang ada di sebelahnya kesal karena kesenangannya terganggu.

"Kenapa gak mau lagi? Kan kita udah di kamar!" Dia merajuk.

"Sorry. Aku gak bisa." Keynan tersenyum miris. Dia teringat dengan wajah Ely yang marah dan memandangnya jijik.

Memang dia semenjijikan itu. Tapi selama ini, tidak ada orang lain yang memandang dia melebihi pandangan Ely terhadapnya. Hatinya tercubit! Entah karena apa.

"Sayang!" Tangan Jhon meraba tubuhnya lagi.

"Please! Untuk sekarang aku gak bisa!" ujar Keynan lembut.

"Karena wanita itu?"

"Bukan."

"Iya, pasti karena wanita itu!" Jhon mengambil celana, lalu memakainya.

"Kamu tidur dulu aja, ya!" Keynan menyunggingkan senyum. "Aku mau merokok sebentar!"

Dia membuka laci. Setelah setahun tidak menyentuh benda bernikotin itu, entah kenapa hari ini dia ingin sekali menghisap nikotin tersebut.

Pikirannya tidak setenang biasanya.

Pagi harinya, Ely sengaja pergi sebelum Keynan keluar dari kamar. Pukul lima pagi. Dia tidak tidur semalaman, karena bayangan Keynan bersama Jhon terus saja berputar di kepalanya.

Gadis itu ingin menenangkan diri, merenungi nasib karena terjebak dalam permainan yang Keynan ciptakan. Sayangnya dia sudah menerima, dan tanda tangan.

Karena tiga ratus juta, dia harus melihat sesuatu yang tak pantas dilakukan dua orang manusia berakal. Sialan sekali.

Ely mengetuk pintu kosan Anie, tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul enam pagi.

"Lah, lo jelek banget!" Anie yang baru bangun disuguhi wajah Ely yang kusut berdiri di depan pintu.

"Gue bawa sarapan. Mau numpang mandi tapi!"

Anie menggeser tubuhnya ke samping. Lalu setelah Ely masuk, dia menutup pintunya lagi.

"Gue semalam gak tidur." Ely mengeluarkan pakaian dari dalam tas yang dia bawa. "Lo ada stok kopi?"

Anie mengangguk. "Lo mandi aja dulu. Gue buatin kopi."

Ely berjalan gontai ke kamar mandi. Sepertinya tinggal di sini lebih enak dari pada di flat Keynan. Nanti, dia akan bicara dengan Keynan, kalau bisa diizinkan tinggal tidak serumah, dia memilih keluar dari flat Keynan saja.

"Beb, ini kan, hari Minggu. Lo ngapain bawa seragam kerja?" teriak Anie dari luar pintu kamar mandi.

Ely melihat pakaian yang sudah dia gantung di tembok. Bodo amat. Biarin saja seharian pakai seragam di weekend, anggap saja lembur.