Craang!
Suara kaca jendela pecah mengangetkan Capelion yang sedang berdiri menatap ke arah Silvia.
Pecahan kaca yang tejam bertebaran di lantai penginapan, terlihat seorang perempuan mencoba memasuki penginapan melalui kaca jendela yang telah dihancurkan.
Lima orang di belakang mulai waspada, mereka semua mulai menarik pedang dari gagang sarungnya.
Mata mereka menatap ke arah jendela, seorang wanita berambut merah dengan mata merah menyala bagaikan Ruby ada di hadapan mereka.
Mereka melangkah pelan mundur ke belakang, setelah melihat seorang wanita iblis ada di depan matanya.
Satu persatu orang mulai siaga, mereka memegang gagang pedang kuat-kuat, siap menyerang wanita yang ada di dapannya.
Detak jantung berdabar kencang setelah melihat mata merah yang menyala seperti permata Ruby.
Mereka akhirnya ketakutan dan dari mulutnya keluar kata, "Iblis Vampire!"
Capelion kaget dengan kehadiran Eva yang merupakan seorang Vampir, dia semakin waspada.
Terlihat Silvia sedang memegang erat-erat kedua belati dari kedua jemari tangannya siap menyerang Capelion.
Capelion telah memasang kuda-kuda dan siap menyerang Silvia yang ada di hadapannya.
Capelion segara menyerang Silvia dengan pedang di tangannya, ketika pedang itu hampir memotong tubuh Silvia, Silvia berhasil menghindari dan pedang tersebut menebas pintu yang penginapan hingga hancur.
Silvia melangkah cepat, segara menyerang dengan belati ke arah Capelion, dengan cepat capelion menangkis serangan tersebut.
Capelion sejenak memandangi Silvia, perempuan berambut perak itu mempunyai warna mata yang sama dengan gadis yang ada di dalam penginapan.
Kini mereka berdua berada di luar penginapan, menghadap kaca jendela yang ada di sampingnya, kaca itu bisa pecah kapan pun dan mendorong siapa pun untuk terjatuh dari lantai dua ini.
Silvia memandangi Capelion, di jemari tangan kirinya terlihat dia memakai cincin emas dengan permata sihir berwarna merah.
Silvia yakin cincin permata merah yang dilihatnya adalah permata sihir merah yang bisa memancarkan serangan element api.
Cincin merah itu memiliki kapasitas sihir yang lumayan besar, ketika mana yang tersimpan di dalamnya sudah habis terpakai maka cincin itu akan retak dan hancur.
Lima orang pria yang berwatak jahat dengan wajah bengisnya menjadi siaga, jemari tangannya tiada berhenti mengengam pedang siap melukai Eva dengan serangnya.
Salah satu orang di antara mereka berlima cukup yakin mampu memanandingi kekuatan dari Vampir berambut merah tersebut.
Dia sejenak meremehkan kekuatan Eva, tanpa pikir panjang dia menyerang Eva yang sedang berdiri menatap mereka berlima.
Mencoba menusuk tubuhnya, tangannya bergerak cepat namun Eva lebih dulu mengengam bilah pedang tersebut dan menghancurkannya.
Pria itu semakin waspada dan melangkahkan kakinya mundur, tiada dia duga Eva sangat kuat.
Tidak perlu menunggu lebih lama lagi, Eva memakai kemampuan sihir memanipulasi grafitasi, kekuatan grafitasi dua kali lipat lebih kuat telah membuat mereka berlima tidak mampu bergerak.
Silvia dan Capelion yang ada luar penginapan mulai merasakan tubuhnya sangat berat, Silvia menyadari itu adalah kekuatan grafitasi Eva.
Kelima orang tersebut tidak bisa bergerak lalu Eva membunuh mereka semua dengan bunga-bunga mawar yang tajam seperti serpihan kaca, membuat mereka terluka disekujur tubuhnya.
banyak darah yang keluar berceceran mengotori lantai, bunga-bunga mawar itu sangatlah tajam hingga mampu memotong tubuh mereka menjadi sepuluh bagian.
Teriakan histeris terdengar dari dalam ruangan penginapan, kelima anak buah Capelion tewas ditangan Eva dengan sihir khususnya
"Argh... Argh... Argh... Hyaaa Tidak.... Arghhh...."
Capelion terkejut mendengar teriakan mereka semua, sejenak terpikirkan apakah mereka semua akan tewas di tangan Eva.
Tidak lama kemudian tidak ada suara dari dalam penginapan, Capelion memastikan, dia masuk ke dalam penginapan, kelima anak buahnya terbunuh dengan bagaian tubuhnya yang terpotong-potong.
Pemandang yang sangat menjijikkan terlihat di dapan Capelion sedangkan Eva sudah pergi dari dalam penginapan.
Dia tidak tahu kemama perginya Vampir itu, Silvia mengejar Capelion ke dalam penginapan dan melihat kelima anak buah Capelion sudah tewas dengan begitu tragis.
Bagian tubuhnya yang terpotong-potong dengan begitu banyak darah tidak membuat Silvia meresa jijik.
Mungkin hal seperti itu sudah terbiasa dilihat oleh Silvia sejak kecil.
Bagaimanapun keadaannya, Silvia harus membalaskan dendamnya kepada Capelion yang telah membunuh keluarganya dan menjual dirinya menjadi budak.
Capelion merasa jijik melihat bagian tubuh anak buahnya terpotong-potong, ini pertama kalinya dia melihat orang yang begitu sadis membunuh lawannya dengan membelah bagian tubuhnya.
Tidak pernah dia duga, selama hidupnya dia hanya membunuh targetnya dengan busur dan anak panah serta pedang dan alat sihir jemari tangan kanannya.
Melangkah mundur, Capelion mulai muntah, dia menyadari mungkin Silvia yang ada di depannya sama kuatnya dan kejamnyanya dengan Eva.
Percikan api mulai muncul dari dalam penginapan, Capelion segera keluar dari penginapan dan Silvia terlihat mengejarnya.
Capelion menoleh kebelakang, Silvia tidak mengejarnya, dia dapat beristirahat sejenak mengatur nafasnya dan detak jantung yang berdebar kencang.
Silvia melepaskan ikatan pelayan-pelayan penginapan tersebut dari ruang penyimpanan, mereka sadar dan segera berlari keluar.
Berteriak keras setelah melihat api besar melahap menginapan tersebut, mereka berhamburan keluar.
Capelion kembali menoleh ke belakang, melihat api itu semakin besar membakar tempat tersebut.
Capelion berusaha menjauh dari kerumunan orang yang berada di dekat kejadian tersebut sedang menyaksikannya.
Dia melangkah menjauh agar orang-orang itu tidak curiga dirinya sebagai tersangka yang membakar penginapan tersebut.
Ketika sudah menjauh, terlihat dari belakang Silvia mengejarnya, dia melemparkan pisau tepat mengenai kaki kanannya.
Dia tidak mampu untuk bergerak cepat, namun masih saja melangkahkan kakinya menjauh dari Silvia yang mengejarnya.
Akhirnya Capelion berlari ke arah barat mendekati perbukitan hutan yang dekat dengan kota Pruszjetheus.
Ketika sudah berada di sana, dia menjadi kaget melihat Eva ada di depannya, Eva berdiri di atas pohon menatap Capelion dengan tatapan tajamnya.
Silvia mengikuti jejak Capelion dari tetasan darahnya dan melihat Capelion sudah ada di depannya.
Capelion melihat mata merah Silvia memancarkan cahaya merah yang berkilau bersinar di dalam hutan yang gelap.
Silvia melangkahkan kakinya dengan pelan mendekati Capelion, sedangkan dia melangkah mundur.
Mulai dirasakan rasa takut dari dalam dirinya Capelion setelah melihat ada yang aneh dengan Silvia.
Keringat dingin bercucuran dan detak jantung tang sudah semakin cepat ketika Silvia melangkah semakin mendekati dirinya.
Capelion tersungkur, dia segara berdiri dan melangkah semakin menjauh.
Eva yang melihatnya lalu berkata, "Silvia jangan ragu-ragu untuk membunuh pria itu, bunuhlah tanpa belas kasih karna dia sudah menghancurkan hidupmu!"
Aura berwarna merah mulai menyelimuti tubuh Silvia dan dia tidak mampu mengendalikan kekuatan yang dimilikinya.
Eva, "Silvia ini adalah balas dendammu, tunjukkan siapa dirimu sebenarnya, tunjukkam bahwa kau mampu membalaskan semua perbuatan jahat yang telah dia lakukan!"
- To Be Continue -