1 Buah Iblis Tercipta

Fruit 1: Buah Iblis Tercipta

"Haahh... aahh.. jang—ahh ..nnhh.."

"Huurghh! Urghh! Apa.. hrrgh! Kau—ya.. rrghh.. kinnn..nnhh?! Urghh! Urrghh!"

Wanita yang terhentak-hentak di bawah kungkungan tubuh sosok lelaki itu hanya memandang pias penjajahnya. Meski didera rasa nikmat tiada tara namun akal warasnya masih terus menyuarakan bahwa ini sesuatu yang salah.

Benar-benar salah. Keliru. Tidak semestinya ini terjadi. Bahkan, ini adalah sesuatu yang tabu. Sangat amat tabu! Sebuah sensasi yang sama sekali tidak boleh disentuh manusia manapun atau mereka akan terlempar ke jurang paling hina yang paling suram.

Nyatanya, wanita itu tak tau harus bagaimana untuk meniadakan semua sensasi aneh yang terus menggempur menerjang dirinya bagai tsunami menghancurkan segenap batu karang jiwanya.

Sang wanita terpuruk, tak mampu melawan terjangan gelombang tabu yang terus menggerogoti sukmanya. Dia memilih memejamkan mata rapat-rapat dan berharap penghinaan ini lekas usai sebelum jiwa raganya hancur tanpa sisa.

Sebaliknya, mata sang dominan justru berkilat dengan senyum miring yang bukannya membuat ia terlihat tampan—meski memang dia tampak sangat tampan dan gagah—namun senyum itu sungguh mengerikan bagi sang wanita.

Sosok lelaki itu terus mendera sang wanita, mengguncang tubuhnya dalam irama tegas dan beringas bermaksud menghanyutkan sukma sang wanita dalam kenistaan tanpa ujung.

Tubuh lemah itu tak kuasa melawan hentakan kasar dan bernapsu sang pria yang terus menyeringai menjijikkan, seolah belum akan berhenti jika ia belum merasakan kepuasan hakiki.

"Per—annghh—giiihh..!! Jangan.. annghh! ganggu ak—hahh—kuu.. haakkhgghh~" Suara wanita terus melemah di tengah hujaman-hujaman yang diberikan lelaki itu tanpa berhenti. Tubuhnya berdenyut mencoba berkhianat.

"Ini... orrghh.. enakk.. ennaakk!! Ya kan?!" bentak sosok lelaki di kegelapan malam itu seraya terus mendesakkan miliknya menguasai lubang hangat milik si wanita. Satu tangannya sudah menahan dua tangan si wanita sehingga ia leluasa menyeruakkan seluruh dominasinya.

Peluh sudah membanjir di tubuh telanjang lawannya meski lelaki itu seolah tak ada lelah-lelahnya memberikan agresi tanpa jeda.

"Nnnhh!" Wanita muda di bawahnya menggeleng meski liang sucinya terjamah sodokan benda kenyal berotot besar lelaki di atasnya dan hampir membuatnya gila, namun ia amat berharap ini tak pernah terjadi. Sampai kapanpun ia tak sudi ini terjadi, setampan apapun pria itu!

"Manusia semua ... pendusta! Hrrrgghh!!" Dan lelaki itu mempercepat hentakannya diselingi erang tangis wanita muda yang mengiba dengan kedua tangan yang ditahan di atas kepalanya sementara si pria kini merunduk menjadikan mulutnya penguasa atas puncak dada sang wanita.

"Hyaaakkhh! Berhentiiii!" pekik wanita itu takkala mulut si lelaki beringas memberikan hisapan-hisapan kuat pada putingnya. Nyeri, terhina dan terjajah.

Setelah hujaman-hujaman keras dan cepat yang dilakukan tanpa jeda, akhirnya wanita itu menyerah. Demikian pula si pria yang menyudahi drama perkosaan di malam buta di sebuah desa.

"AAARRGGHH!!" Bersamaan, keduanya menjerit melepaskan beban pada inti tubuh masing-masing. Hanya, jeritan keduanya berbeda nuansa. Yang satu menjerit murka karena terhina, sedangkan satunya menjerit penuh kepuasan.

Herannya, meski suara mereka sebenarnya cukup nyaring, namun nyatanya tak ada satu pun orang di sekitar yang bisa mendengar. Seolah wanita itu sedang dikerjai di sebuah ruang kedap suara saja.

Usai malam jahanam itu, ia menderita lahir batin karena harus mengandung benih bukan dari lelaki yang ia cinta.

Orang-orang di desanya menghujat dirinya yang dikata murahan, pelacur, aib dan masih banyak lagi yang tentunya membuat telinga memerah tak nyaman mendengarnya.

Sang Ibu kerap menenangkan putrinya atas musibah yang terjadi meski bathinnya pun merintih tak terima.

Sang Ayah berusaha tegar dan terus berupaya menanyai anaknya siapakah lelaki bejat yang tega melakukan hal demikian.

"Nivria sayang, kumohon katakan pada Ayah siapa yang menghamilimu."

Namun yang ditanya malah memulai isaknya.

"Apakah kau sangat mencintai lelaki itu, anakku? Sehingga kau berat mengucapkan namanya?"

Wanita muda berusia 21 tahun yang dipanggil Nivria itu masih saja terisak. Bahunya berguncang sambil kedua tangannya lekat menutup wajah basahnya. Perutnya yang membuncit turut bergerak-gerak.

"Nivria, kau HARUS lekas katakan pada Ayah siapa lelaki bejat itu, Nivria! Karena kupingku sudah terlalu panas untuk mendengar berbagai omongan gila orang di desa tentangmu!"

"Ayah! Jangan bentak anakmu begitu!" Ibu langsung saja menegur suaminya yang mulai tak sabar. "Bicara dan tanyai baik-baik kan bisa. Kau tau sendiri kan, sudah tiga bulan ini Nivria diam tak pernah berbicara dan hanya menangis."

"Maka dari itu, Bu! Dia harus lekas mengatakan siapa nama lelaki bangsat itu!" Ayah makin berkobar menyuarakan isi hatinya. "Kau pikir aku ini tidak sakit dan tersiksa anak semata wayang yang aku amat sayangi menjadi begitu?! Setiap omongan gila yang ditujukan untuk Nivria, itu bagai mereka menusukkan belati ke jantungku!"

Nivria masih terisak menyaksikan kedua orangtuanya malah bertengkar tak jelas.

"Tapi pelan-pelan kan bisa, Yah." Sang Ibu memeluk anaknya sambil mengusap-usap punggung Nivria.

"Aku harus bersabar berapa lama lagi, Bu? Kandungannya dalam kurun 3 bulan sudah sebesar wanita hamil 7 bulan! Mereka kasak-kusuk mengatakan itu anak setan yang di dalam rahimnya! Kau pikir aku kuat mendengarnya, hah?!"

BRAK!

Ayah menghempaskan tangannya pada meja kayu di depannya mengakibatkan anak dan istrinya terlonjak kaget.

Tangis Nivria makin mengeras. "Bunuh Nivria saja, Ayaaahh... Ibuuuu... hwaaa~" Maka itulah ucapan kalimat lengkap pertama Nivria setelah 3 bulan ini bagai gadis bisu.

"Tidak! Ayah dan Ibu takkan membunuhmu, Nivria! Kami bukan orangtua laknat yang berani membunuh darah daging kami sendiri!" Ibu mempererat pelukannya.

"Daripada ucapan pertamamu setelah bungkam berbulan-bulan hanya omong-kosong begitu, lebih baik kau bicara tentang lelaki itu!"

"Ayah! Hantikan nada tinggimu itu! Dan jangan menunjuk-nunjuk anakmu!" Ibu masih membela sang putri yang makin sesenggukan di pelukannya. "Kalau kau menyakitinya, kau sama saja menyakitiku, Yah." Mata Ibu tajam memandang sang suami menjadikan lelaki tinggi besar itu menyurut menghela nafas.

"Malam itu..." tiba-tiba Nivria berujar sembari mencoba mengendalikan suaranya yang bergetar. Kedua orangtuanya lekas terdiam menunggu.

"Malam itu dia... dia tiba-tiba.. saja.. hiks.. muncul di kamar.. ku.. hiks.. wajahnya tampan dengan.. hiks tubuh tinggi gagah.. hiks.. dan mencoba merayuku.. hiks.. tapi.. tapi aku menolaknya dan menyuruhnya pergi.. bahkan aku berteriak minta tolong.. hiks.. tapi.. tapi.. uhuhuhuhuu~"

Dan kembali sang Ibu mendekap putrinya yang lagi-lagi terguguk di dadanya.

Kedua orangtua itu pun lemas. Putrinya diperkosa orang asing yang tidak ia ketahui.

Selang sebulan, tepatnya 4 bulan usai kejadian—Nivria melahirkan. Ya, tentu saja hal ini diluar prediksi dan menggemparkan seisi desa. Usai melahirkan yang hanya dibantu Ibunya, Nivria hilang secara misterius. Ia hanya sempat berkata lemah sembari tersenyum pada Ibunya, "Ibu, tolong rawat dan jaga anakku seperti kalian menyayangiku."

Karena bayi itu terus dituding sebagai anak setan, pembawa sial dan berbagai hujatan miring lainnya, maka ayah dan ibu Nivria memutuskan pergi dari desa tersebut menuju ke kota.

Satu lagi keajaiban yang ada pada bayi Nivria—yaitu sewaktu ia lahir, ia tak punya detak jantung namun ia bisa tetap menangis dan bernafas layaknya bayi normal lainnya. Namun kondisi aneh itu hanya terjadi selama 7 tahun pertama kehidupannya saja. Di tahun ke-8, jantung bocah itu bisa berdetak layaknya manusia normal.

avataravatar
Next chapter