1 Bagian 1-Anak Baru

Seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang itu melihat kesekitar. Bangunan besar yang akan menjadi sekolah barunya itu membuat bingung harus berjalan ke arah mana.

Natasha Seoyeon meniup poninya kesal. Ia berjalan malas kelorong sekolah didepannya.

"Hoi! Anak mana lo?"

Natasha membalikkan badannya begitu merasa dirinya dipanggil. Dibelakangnya ada pemuda yang menatapnya penasaran.

"Gue?" Tanya Natasha sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Bukan, tembok sebelah lo." Jawab pemuda. "Elo, lah."

"Anak baru." Jawab Natasha singkat.

Pemuda itu mengangguk pelan. Matanya meneliti Natasha dari atas sampai bawah. "Kelas berapa?" Tanyanya lagi.

Natasha mengangkat bahunya. "Gatau. Ruang guru dimana?"

Pemuda itu berjalan mendekati Natasha dan merangkulnya langsung, lalu membawa Natasha berbelok kekiri. "Yok, gua anter." Serunya.

"Gausah rangkul berapa a'?" Sindir Natasha sambil melepaskan rangkulan pemuda disampingnya. Sebenarnya ia sudah biasa dirangkul dengan teman di sekolah lamanya, tapi tetap saja risih bila seseorang yang belum dikenalnya melakukan itu padanya.

"Nih ruang guru." Ujar pemuda itu.

Natasha menengok sekilas kedalam lalu kembali melihat pemuda tadi yang sudah membalikkan badan.

"Eh, lo," panggil Natasha.

Pemuda itu berbalik dan menatap Natasha dengan alis terangkat. "Kenapa?"

'Kok baru keliatan ganteng?' Ujar Natasha dalam hati.

"Eng−, Gue Natasha Soeyeon." Natasha mengulurkan tangannya kedepan pemuda itu. "Lo?"

Pemuda itu membalas uluran tangan Natasha. "Jaemin Kenandra. Panggil aja Kenan." Jawabnya diiringi dengan senyum manis diwajahnya.

"Emm, Bu Nadi yang mana by the way?" tanya Natasha bingung.

Kenan menepuk dahinya. "Oh, lo belum tahu gurunya? Yaudah gua temenin."

Kenan dan Natasha segera masuk kedalam ruang guru dan berjalan kearah meja yang berada dipojok kiri.

Kenan menunjuk kearah guru yang tengah sibuk membereskan kertas dimejanya. "Yang itu tuh, yang lo datengin." Ujarnya.

"Yang boncel itu?" tanya Natasha memastikan.

Kenan sontak tertawa dan mengangguk. "Iya, yang boncel."

Tawa Kenan terhenti begitu sudah sampai dihadapan Bu Nadi. "Bu," panggilnya.

Bu Nadi yang sibuk membereskan kertas menoleh sekilas ke Kenan. "Ngapain kamu kesini? Ada masalah lagi?" tanyanya dengan nada sinis.

Kenan mengelus dadanya, sabar.

Kenan menggeleng. "Engga, Bu. Suudzon aja." Jawabnya. Kenan menunjuk Natasha membuat Bu Nadi memperhatikannya. "Nih, saya anterin anak baru. Dia gatau kelas berapa." Jelas Kenan.

Bu Nadi menepuk dahinya singkat. Matanya melirik jam yang berada diruang guru. "Ibu ada urusan penting, nih, gabisa ditinggal." Ujarnya. Nadanya terdengar sangat bingung. Matanya melirik Kenan sekilas. Ia menghela nafasnya sebelum tangannya meraih beberapa kertas yang disatukan kemudian memberikannya pada Kenan. "Kamu cariin, ya. Ibu harus pergi." Pamit Bu Nadi lalu keluar dari ruang guru.

Kenan segera menyerigai senang.

"YES!" serunya pelan membuat Natasha menatapnya bingung. "Bisa bolos pelajaran".

Natasha berdecih pelan. Matanya mengedar menatap ruangan itu.

"Liatnya di kantin aja, yuk!" ajaknya sambil menarik lengan Kenan.

≈≈

"Lo kelas 12 IPS 3."

Natasha yang tadinya sibuk memperhatikan kelas yang sedang berolahraga menjadi menatap Kenan. Bibirnya bergerak mengucapkan terima kasih.

"Lo kelas berapa, Nan?" tanya Natasha.

"12 IPS 5." Jawab Kenan sambil membereskan kertas-kertas yang berserakan.

Wajah Natasha sontak menekuk kecewa. "Yah," eluhnya.

Kenan mengangkat wajahnya, menatap Natasha yang cemberut. Ia tertawa kecil melihat wajah Natasha yang terlihat menggemaskan. "Kenapa?"

"Ga sekelas sama lo." Jawab Natasha. "Gua baru kenal sama lo disini."

"Anak 12 IPS 3 lumayan asik kok," ujar Kenan, "nanti lo duduk aja sama temen gua. Namanya Davin."

"Dia duduk sendiri?"

"Engga, ada orang."

"Lah, terus?"

"Nanti lo usir aja."

Natasha tertawa dan refleks memukul tangan Kenan yang berada di meja. "Bego."

Kenan ikut tertawa bersama gadis didepannya. "Nanti kalo mau istirahat bareng gua, bilang Davin aja."

Mendengar itu, mata Natasha langsung berbinar. "Boleh? Gapapa?"

Kenan mengangguk yakin. "Iya, gapapa."

Kenan membenarkan posisi duduknya dan menatap Natasha. "Nat, lo kenapa pindah?" tanya Kenan penasaran.

Natasha mengaruk tenguknya yang tak gatal. Ia meringis kecil sebelum menjawab. "Di-DO."

Wajah Kenan seketika berubah. Ia mengubah posisinya menjadi jongkok diatas bangku kantin. "Kok bisa?" tanyanya.

Natasha menaikan kedua alisnya sesaat. Bingung melihat reaksi Kenan. "Sering bolos, ketauan tawuran sama ngerokok." Jawabnya santai.

"Hah? Serius? Ngerokok? Tawuran?" tanya Kenan kaget.

Natasha terkekeh kecil dan mengangguk. "Kaget, ya?"

Kenan mengangguk, mengiyakan. "Muka lo kayak anak baik-baik." ujar Kenan.

"Muka baik ga selalu akhlaknya baik." Ujar Natasha pelan. Ia menatap Kenan, lalu tersenyum sinis. "Lo juga kayak gitukan?"

Kenan terkekeh kecil dan mengangguk. Posisi jongkoknya berubah kembali menjadi duduk. "Jelaslah." jawabnya. Jari telunjuk dan tengahnya terangkat, menandakan angka dua.

"Di sekolah ini, ada dua geng yang bermasalah." Ujar Kenan. Tangan kanannya menyentuh jari telunjuknya. "Satu, geng gua, The King." Jari telunjuk Kenan menekuk, menyisakan jari tengah. "Yang satu, geng kelas itu," tangan Kenan menunjuk kearah gerombolan anak cowo yang berolahraga. "12 IPA 3, Baster."

Natasha menatap Kenan serius. Penasaran dengan kehidupan sekolah barunya.

Kenan memandang sekilas kelas 12 IPA 3. "Geng gua sama mereka ga pernah akur."

"Kenapa?"

"Gatau. Dari mulai angkatan atas udah begitu."

"Ga pernah akur? Sama sekali?"

Kenan mengeleng. "Gapernah."

Keadaan menjadi hening.

Natasha menatap kearah 12 IPA 3. Melihat beberapa murid yang menonjol hingga matanya terfokus pada satu lelaki.

"Itu siap−"

"HEI, KALIAN! KENAPA DISINI?"

Natasha dan Kenan sontak menoleh kearah depan kantin. Disana, ada guru pria yang membawa penggaris panjang. Perutnya sedikit buncit, dan rambutnya botak, menyisakan beberapa helai rambut ditengah.

Natasha mendekatkan dirinya kearah Kenan. "Siapa?" bisik Natasha.

"Pak Fery, guru BK." jawab Kenan santai. Wajahnya tak terlihat takut sama sekali.

"Ngapain kalian disini? Bolos ya?" tanya Pak Fery galak. Logat batak terdengar jelas ditelinga Natasha.

"Eh, bapak," ujar Kenan cengegesan, "kita ga bolos kok, Pak." Lanjut Kenan.

Mata Pak Fery memincing curiga. "Terus ngapain disini?"

Kenan menunjuk Natasha. "Saya disuruh sama Bu Nadi nemenin anak baru nyari kelas." Jawabnya.

Natasha mengangguk. "Saya anak baru, Pak." Tambah Natasha. "Liat aja, seragam saya beda." Natasha memang masih mengenakan seragam sekolah lamanya.

Pak Fery memundurkan badannya, ragu.

Natasha yang melihat itu segera menarik kertas yang diberikan Bu Nadi. "Lihat nih, Pak." Ujarnya. "Kertas absen dari Bu Nadi."

Tangan Pak Fery bergerak mengambil kertas itu dan melihatnya. Sepuluh detik kemudian, ia mengangguk percaya membuat kedua murid didepannya mendesah lega.

"Yaudah, sana kalian kekelas."

Keduanya melesat pergi ke kelas.

≈≈≈

Tok Tok

Tangan Natasha mengetuk pintu kelas barunya. Setelah diizinkan masuk, kakinya melangkah masuk kedalam. Ia tersenyum kecil kearah guru yang sedang mengajar.

"Maaf, Bu, saya telat." ujar Natasha sambil menyalimi tangan guru tersebut.

"Anak baru, ya?" tanya sang guru.

Natasha mengangguk. "Iya, tadi saya nyari kelas dulu." Jawabnya.

Guru itu mengangguk, lalu menyuruh Natasha untuk memperkenalkan dirinya.

Natasha menatap keseluruh penjuru kelas. Menatap satu persatu wajah teman sekelasnya.

"Halo! Nama gue Natasha Seoyeon. Panggil aja Natasha pindahan dari SMAN 6." Natasha memperkenalkan dirinya.

"Gila cakep, bro."

"SMAN 6 bukannya bagus ya? Kok pindah?"

"Gila, punya gua tuh."

"Punya gua, njing."

Keadaan kelas berisik seketika, membuat guru yang mengajar segera menenangkan.

"Sudah, diam! Ada yang ingin bertanya pada Natasha?" tanya guru itu.

Tiga orang siswa dan satu siswi mengangkat tangannya. Guru menunjuk salah satu siswa yang mengangkat tangannya, agar mengucapkan pertanyaannya.

"Nomor hapenya berapa?" pertanyaan dari siswa itu berhasil dihadiahi sorakan.

Natasha mendengus malas. "Buat apa? Mau isiin pulsa?" jawabnya sinis.

Sorakan kembali mengisi suasana kelas.

Guru tersebut tersenyum mendengar jawaban Natasha. Lalu menyuruh siswi yang tadi juga mengangkat tangan untuk bertanya.

"Kenapa pindah kesini? SMAN 6 kan bagus." Tanya siswi itu.

Keadaan kelas menghening. Memfokuskan diri untuk mendengar jawaban dari Natasha.

"Di-DO." Jawab Natasha singkat, tetapi berhasil membuat seisi kelas mematung.

3 detik.

5 detik.

7 detik

Keadaan masih hening.

"Bu,"

Panggilan dari siswa yang berada dipojok seakan kembali memberi nyawa pada kelas 12 IPS 3.

"Iya, kenapa, Davin?" jawab guru.

Natasha segera menoleh, menatap Davin yang akan menjadi teman sebangkunya.

"Saya mau duduk sama Natasha." Pinta Davin.

"Loh, kamukan duduk sama Clara." Jawab guru itu.

Davin mengendikkan bahunya acuh. "Gamau tahu. Saya duduk sama Natasha." paksanya.

Guru tersebut menghela nafasnya sebelum bertanya pada Natasha. "Kamu mau?" tawarnya.

Natasha melihat sekilas kearah guru dan kembali menatap Davin. "Call. Gue duduk sama lo." Jawab Natasha sambil tersenyum girang.

Ia berjalan ke arah tempat duduknya dan tersenyum kecil kepada perempuan yang masih duduk disamping Davin. Tangannya mengibas-gibas seakan mengusir perempuan itu.

Clara mendesah pasrah dan segera membereskan barangnya.

Setelah itu, Natasha segera duduk disamping Davin. "Natasha."

"Davin." Jawab Davin sambil tersenyum kecil.

avataravatar
Next chapter