webnovel

Tim Detektif

Azaraa masih sangat terpukul selepas pemakaman ayahnya selesai.

Azara pulang dengan didampingi Lisa. Lisa yang selalu setia menemani Azara karena dia juga merasa sangat kehilangan Candra. Laki-laki yang sangat disukai oleh Lisa selama ini. Meskipun Lisa tahu bahwa Candra tidak membalas perasaannya karena dia hanya mencintai mendiang istrinya.

"Azara, kamu jangan sedih lagi ya. Ikhlaskan ayahmu."

"Aku sedih tante... Aku sangat merindukan ayah..."

"Aku juga sedih, aku juga rindu sama dia. Meskipun dia sangat ngeselin," sahut Lisa sambil merangkul bahu Azara.

Azara bersandar di bahu Lisa dan menangis di pelukan Lisa.

Lisa berusaha untuk tetap ada di samping Azara, karena hanya dia lah satu satunya orang yang selama ini mengerti perasaan Azara.

"Tapi kamu harus kuat ya. Kamu jangan sedih terus," kata Lisa sambil merangkul bahu Azara.

Azara mengangguk dan kembali menyandarkan kepalanya di bahu Lisa.

"Tidur lah. Kamu sudah tidak tidur dari kemarin. Nanti kamu bisa sakit," kata Lisa pelan.

"Baik tante."

Azara mengangguk dan melangkah pergi ke kamarnya setelah meminum teh hangat buatan Lisa tadi.

Masih didampingi oleh Lisa, Azara masuk ke kamarnya dan segera merebahkan badannya.

Lisa menutupi tubuh Azara dengan selimut dan menunggu di samping Azara sampai dia benar-benar tertidur.

Setelah Azara bisa tertidur pulas, Lisa keluar dari kamar Azara dan berjalan menuju ke ruangan tempat terjadinya pembunuhan itu.

Lisa menangis membayangkan sosok Candra yang terbunuh di ruangan ini.

"Bagaimana denganmu di sana? Apa kamu sudah bahagia di sana dan bertemu dengan istrimu? Aku sangat kehilangan kamu Candra. Aku sangat mencintaimu," kata Lisa meratapi ruangan ini.

Lisa lalu meneguk sebuah minuman sampai habis dan tidak lama setelah itu dia baru bisa tertidur dengan pulas.

***

Satu minggu kemudian

Lisa telah menyiapkan sarapan untuk Azara sebelum ia berangkat ke rumah sakit.

Lisa mencoba membangunkan Azara yang masih tertidur di kamarnya.

"Azara... Bangunlah! Kamu harus makan. Tante sudah buatkan kamu sup hangat untuk kamu sarapan. Ayo!" kata Lisa mengguncangkan tubuh Azara.

Azara terbangun, dia segera mandi dan bersiap untuk menikmati sarapan bersama dengan Lisa.

"Aku hari ini mau mulai bekerja lagi tante. Aku harus bisa menyelidiki kasus ini dengan cepat. Tante nggak ke rumah sakit?" ucap Azara sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Iya Azara, tante juga harus ke rumah sakit. Karena sudah banyak pasien yang menunggu di sana. Tante juga harus mengambil alih pasien ayahmu yang sangat banyak itu."

"Baik tante."

Lisa dan Candra adalah dokter psikiater. Mereka memiliki banyak sekali pasien di rumah sakit.

"Kamu harus semangat melakukan tugas ini ya. Jangan menyerah sampai kasus ini benar-benar terungkap."

"Pasti tante. Aku akan segera mengungkap pelakunya. Dia harus membayar semua perbuatannya itu."

"Tante akan selalu mendukungmu."

"Terimakasih Tante," jawab Azara.

Setelah sarapan, Lisa berangkat ke rumah sakit. Di sana sudah terlihat Mike yang tengah menunggu kedatangan Lisa.

"Astaga... Mike... Kamu ini selalu saja membuat jantungku hampir copot." kata Lisa ketika Mike tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Maaf Lisa. Aku hanya ingin melihat kondisimu sekarang. Apa kamu baik-baik aja? Gimana dengan anak Candra? Dia pasti sangat terpukul."

"Pasti. Dia masih sangat terpukul dengan kejadian ini. Aku pun masih sangat sedih karena kepergian Candra dengan cara yang mengenaskan seperti ini."

Mike mencoba untuk menenangkan Lisa. Meskipun Mike pernah sakit hati karena cintanya pada Lisa harus bertepuk sebelah tangan ketika Lisa mengatakan bahwa dirinya lebih menyukai Candra, tetapi Mike masih tetap setia di samping Lisa di saat Lisa sedang terpukul seperti sekarang.

Iya, sudah sejak lama Mike yang berprofesi sebagai seorang dokter bedah ini sangat menyukai Lisa. Namun duda beranak satu itu harus merelakan Lisa yang sudah lebih dulu menyukai Candra.

***

Di ruangan tim detektif, suasana semakin panas. Sudah hampir satu minggu kasus ini masih belum bisa terungkap.

Sedangkan mereka sudah semkin didesak oleh Jaksa Ilham yang ditugaskan mengurus kasus Candra.

"Kalian kerja lambat sekali sih. Sudah satu minggu belum ada bukti apapun yang kalian serahkan sama saya," kata Jaksa Ilham terus mendesak.

"Tenanglah, jangan marah begitu. Kami juga sudah berusaha semaksimal mungkin," ujar Ali, sebagai ketua tim ini.

Tanpa sepatah katapun, Jaksa Ilham pergi meninggalkan ruangan ini.

Setelah Jaksa Ilham keluar, masuklah seorang perempuan cantik ke ruangan itu dan membuat semua tim sangat terkejut. Karena tidak ada yang boleh masuk ke ruangan ini terlebih seorang perempuan.

"Saya Azara. Yang sudah dipindah tugaskan untuk masuk tim ini," kata Azara dengan sangat tegas sambil menyerahkan surat tugasnya kepada Ali.

Ali membaca surat itu dan mengumumkannya kepada seluruh anggota timnya.

"Di sini tertulis, Azara memang dipindahkan ke sini satu minggu yang lalu. Itu artinya Azara memang akan masuk tim kita. Kalau begitu perkenalkan, ini anggota tim saya, Arya, Azka, Angga, Dion, dan saya sendiri sebagai ketua tim, Ali."

Semua tim melakukan protes kepada Ali karena mereka tidak bisa menerima Azara masuk di tim ini.

Selain karena Azara adalah seorang perempuan, mereka juga memprotes karena Azara merupakan keluarga korban pembunuhan yang saat ini sedang mereka selidiki.

'Braaakk'

Azka menggebrak mejanya.

"Mana mungkin dia bisa masuk ke tim ini. Dia itu wanita, dan dia juga merupakan anak korban. Dia tidak bisa masuk ke tim kita," kata Azka dengan sangat keras.

Protesnya itu juga didukung oleh ketiga anggota lainnya yang merasa tidak bisa menerima Azara masuk ke dalam tim ini.

Keempat anak buah Ali keluar meninggalkan ruangan itu.

Ali merasa bingung dengan sikap mereka yang seperti itu. Sementara mereka tidak bisa menolak perintah dari atasan.

Terpaksa Ali harus mengejar anak buahnya dan membujuk mereka untuk tetap menerima Azara agar dia tetap bisa masuk ke tim unit ini.

Azara masih diam di dalam ruangan itu seorang diri. Karena semua rekannya telah pergi meninggalkannya di sana.

Ali berusaha untuk terus membujuk semua anak buahnya agar mau kembali ke ruangan dan menerima Azara untuk bergabung ke dalam tim mereka.

Setelah aksi protes mereka tak mendapat hasil dan tanggapan apapun dari Ali, maka keempat anak buah Ali ini akhirnya mau kembali ke ruangan dan terpaksa menerima Azara untuk masuk ke dalam tim unit mereka.

Meskipun mereka masih ragu, tapi apa boleh buat. Ini adalah perintah dari atasan yang tidak bisa diganggu gugat.

"Baiklah, terimakasih semuanya sudah mau menerima Azara untuk masuk ke tim kita. Besok kita akan langsung memulai pekerjaan ini. Jadi besok kita harus berkumpul di ruangan ini lagi. Jangan sampai ada yang telat. Dan kamu Azara, kamu harus tetap profesional meskipun kamu adalah keluarga dari korban yang sedang kita selidiki." Ali dengan tegas mengarahkan semua anak buahnya.

Mereka pun akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu dan kembali ke rumah.

Begitu pula dengan Azara. Dia harus mempersiapkan dirinya untuk mulai bekerja besok.