1 1.pria dikegelapan

<p>Bibir pria itu menyentuh rambutku, lalu turun ke dahiku, lalu mengecup kedua kelopak mataku, yang terpejam menahan degupan jantungku yang semakin lama semakin kencang, semakin turun ke ujung hidungku, dipangutnya bibirku perlahan, nafasnya terasa hangat dipipiku.<br/>Ya Tuhan....!! perasaan apa ini, bahkan aku tak ingin menyudahinya, semakin lama tubuhku semakin lemas, akhirnya aku merebahkan tubuhku diatas sofa, pangutan itu berhenti.<br/>Beralih ke arah leherku, rasanya aneh, terasa geli dan ada perasaan yang membuat pipi dan telingaku panas!<br/>" Aaaaakkkhhh!!!! sudah jangan dibaca lagi! Aku kok ngerasa novelnya lebih ngeri dari cerita horor sih!!!" Tata berteriak ke Reva, sahabatnya yang manyun karena protes Tata.<br/>" Siapa yang suruh aku baca keras-keras novel ini coba, udah sana download aplikasi novel sendiri, trus baca sendiri aja!!" Reva beranjak dari duduknya, lalu berlari ke meja mengambil sebotol soft drink.<br/>" Haus ya non? jangan baca yang genre romantis dong, baca yang cerita anak sekolah gitu, yang gak terlalu bikin deg degan." Tata merebut soft drink yang diminum Reva.<br/>" aku kan sukanya genre romantis, bikin aku jadi senyum-senyum gimana gitu." Reva merebahkan tubuhnya diatas kasur Tata, menyentuh kedua pipinya dengan kedua tangannya, dia tersenyum pipinya terlihat merona.<br/>" bukkk!!!" bantal terbang melayang tepat diwajah Reva, membuatnya tertawa terbahak bahak, melihat reaksi teman baiknya yang kesal.<br/>" Pasti kamu mikirin yang enggak-enggak?" Tata berjalan menuju ke jendela kamarnya, membuka jendela itu lebar, membiarkan hembusan angin dan suara dari luar leluasa masuk ke kamarnya yang berada di lantai 2.<br/>" Rumah yang tepat didepan rumahmu itu, apa bener gak ada penghuninya?" Reva beranjak berdiri disamping Tata.<br/>" Dilihat juga udah jelas kan? gak ada satupun lampu yang menyala! gelap gulita! mana ada orang yang berani, tinggal dirumah itu?" Tata menatap Reva, yang mengangguk setuju dengan ucapannya.<br/>" Tapi...!kenapa setiap malam, selalu ada suara piano dari rumah seberang?"<br/>" Tau ah, aku juga kadang penasaran sih, gimana klo kita selidiki?" Tata menggerakkan alis matanya naik turun, dibalas tatapan datar dari Reva.<br/>" Males ahh!! Aku mau pulang!" Reva membalikkan badannya berjalan keluar kamar.<br/>" Yee ngambek, gak mau aku anter? ntar ada hantu tanpa kepala loh-ehhhhhh???" Reva menarik tangan Tata menyeretnya keluar kamar.<br/>-<br/><br/>Tata berhenti didepan sebuah rumah berlantai dua, yang terletak diujung barisan perumahan blok F, rumah itu tepat bersebrangan dengan rumah Tata, yang berada dibarisan paling ujung blok G.<br/>" Ngapain berhenti? ayo jalan!" Reva menggandeng tangan Tata erat.<br/>" ssssttt!! Ada suara piano."<br/>" Kan udah biasa! ayo jalan!" Kini Reva mulai menarik tangan Tata.<br/>" Rumah ini ada pintu sampingnya kan? Sama kaya rumahku?"<br/>" Jangan mikir macem-macem yah! Aku gak mau!!" Tata malah menarik tangan Reva, masuk ke gerbang pintu samping, yang sedikit terbuka.<br/>" Tata....!!"<br/>" Sssttt!! Diem!! Kapan lagi ada kesempatan bisa masuk sini, mumpung pintunya kebuka." Tata menggandeng tangan Reva, yang gemetaran mengendap-endap memasuki pekarangan belakang rumah, yang bahkan tak ada sedikitpun cahaya di dalamnya, hanya cahaya bulan yang membuat mereka takjub! melihat taman belakang, dengan kolam renang ditengah taman, yang begitu terawat rapih.<br/>Setelah melewati taman itu, bahkan mereka tidak bisa berjalan lagi, begitu gelap! hanya dentingan piano yang suaranya begitu enak didengar, seakan menuntun Tata, semakin memasuki bagian belakang rumah itu, meninggalkan Reva yang terpaku ketakutan didepan kolam renang,' sejak kapan Tata melepaskan tangannya dari Reva? dan kemana dia pergi?'<br/>" Tata...!! kamu dimana? aku takut!!" Reva berteriak ketakutan, melihat sahabatnya yang kini tak terlihat lagi.<br/>Tata tersentak mendengar suara jeritan Reva, dan suara piano itu pun hilang, berganti suara langkah kaki yang seakan mendekatinya.<br/>" siapa kamu!!??" suara seorang pria yang setengah membentak Tata.<br/>Sepertinya suara itu berjarak sangat dekat dengan Tata.<br/>" Kyaaaaa...!!" karena kaget Tata berbalik dan berlari, begitu pula Reva dia berbalik dan berlari ke arah pintu samping pekarangan.<br/>Tapi karena tak ada sedikitpun cahaya di dalam rumah itu, entah Tata berlari kearah mana, membuatnya menabrak dan membentur sesuatu yang keras dan ambruk dilantai.<br/>-<br/>Tata mengedipkan matanya berkali-kali, membuka dan menutup mata pun seakan tak ada bedanya, Tata berusaha duduk, tidak tau apakah dirinya masih berada di dunia ini atau sudahhhh...<br/>" Kamu udah sadar? kepalamu sakit tidak?" suara seorang pria seperti berada dekat disampingnya.<br/>" Ehhh..sedikit sakit dibagian dahiku" Tata menyentuh dahinya terasa lengket seperti habis diolesi obat.<br/>" Gimana gak sakit? dahimu memar gitu!" Suara pria itu menjauhi Tata, lalu mendekat lagi, dan memberikan sebotol minuman dingin, ditempelkannya botol minuman itu, ke pipi Tata.<br/>" Diminum dulu, kamu kelihatan masih syok tuh."<br/>" Aku belum mati kan??" Tata membuka botol minuman ditangannya ragu.<br/>" Ngomong apa sih! Kamu tadi pingsan aku yang menggendongmu dan ngrebahin kamu disofa ini, tekuk kakimu aku juga mau duduk." Tata menekuk kakinya, tangannya meraba tempatnya duduk, menurunkan kakinya dari dudukan sofa, merasa seperti orang buta, yang tidak bisa melihat apapun, seseorang duduk disampingnya, terasa begitu dekat disamping Tata, tapi Tata tak bisa melihatnya.<br/>" siapa kamu? Ngapain masuk kerumah orang lain tanpa ijin, udah kaya pencuri aja." Suara pria disebelah Tata seperti tidak suka.<br/>"Aku cuman penasaran, siapa sih yang bisa main piano sehebat itu? Lagian rumah ini selalu gelap, tapi...setiap malam aku mendengar suara piano, yang seakan bisa membuat hatiku tenang." Tata berusaha bicara sesuatu, agar yang punya rumah tidak marah.<br/>" beneran yang kamu katakan itu? Kamu gak berusaha lagi bohongin aku kan?" suara pria itu terasa begitu dekat, bahkan nafasnya terasa berhembus dipipi Tata, seakan sedang menatap Tata dari dekat, membuat Tata sepontan meraba yang ada disamping kirinya.<br/>" heh mesum!! Ngapain ngeraba-raba tubuh orang lain?!" pria itu beringsut menjauhi Tata.<br/>" Maaf...habis rumahmu gelap gulita, gimana aku bisa ngeliat ada orang apa enggak? Kasih lampu sedikit kek! biar agak terang." Tata meneguk botol minuman yang ada ditangannya.<br/>" Aku nggak bisa ngeliat, klo ada cahaya sedikit saja." nada bicara pria itu tak lagi setinggi tadi.<br/>" Kamu bisa denger suara pianoku? Emang dimana rumahmu?" Entah pria itu ada dimana? bahkan Tata hanya bisa mendengar suaranya.<br/>" Diseberang jalan tuh depan rumah ini, matamu gak tahan liat cahaya? Trus klo gelap gini emangnya kamu bisa ngeliat, apa yang ada didepanmu?" entah Tata harus menatap kemana bicara dengan pria ini, gelap sekali.<br/>" Bisa kok! aku emang bisa melihat dalam gelap, karena udah terbiasa, kalau ada cahaya malah gak kelihatan."<br/>" Hah!! Bohong banget!! Klo kamu bisa ngeliat dalam gelap!? coba kamu jawab sekarang, aku ada dimana? Lagi ngapain? Trus wajahku seperti apa?" Tata menatap dengan ekspresi tak percaya, tapi entah dia menatap ke mana.<br/>" Kamu ada di rumahku, kamu lagi duduk di sofa, wajahmu juga lumayan cantik." Tata melongo tak percaya, jawaban macam apa itu.<br/>" Maksudku bukan jawaban yang seperti itu, anak kecil juga tau kali! kalau jawaban datar gitu, maksudku mataku seperti apa? rambutku segimana? Aku kurus atau gemuk?" Tata memanyunkan bibirnya kesal.<br/>" Kamu punya rambut lurus sebahu, sekarang bibirmu udah kayak ikan lohan aja." Tata tersentak, langsung mengatupkan bibirnya yang manyun.<br/>" Apa katamu?! Ikan lohan?! Emang sekarang kamu ada dimana bisa lihat sedetail itu?!" <br/>" Aku juga sedang duduk di sofa, tepat lurus didepanmu, tapi kita terhalang meja."<br/>" pletak!! Heiii!!" pria itu memijit dahinya karena lemparan botol kosong tepat mengenai dahinya.<br/>" uppssss maaf...!! aku gak bisa liat apapun." Tata menyeringai, rasakan seenaknya saja bilang bibir orang kayak bibir lohan.<br/>" brukkkk!!" sebuah bantal sofa tepat mengenai wajah Tata.<br/>"Heiii!! Coba aku bisa lihat kamu!! aku akan langsung hajar kamu, sampai masuk rumah sakit!!! Tata tak bisa lagi menahan emosinya.<br/>"Hahahaha!!! kamu ini lucu yah." Sebuah tangan mengacak rambut Tata.<br/>"Apa an sih!! sembarangan aja main pegang kepala orang!!" Tata menepis tangan itu.<br/>"siapa namamu? Dilihat dari postur tubuhmu, mungkin kamu masih SMP yah?" dia bicara apa lagi sih.<br/>"biarpun aku mungil, aku udah SMA tau, namaku Regita biasa dipanggil Tata, siapa namamu? berapa usiamu? Jangan aku aja dong yang diinterogasi."<br/>"Wajar kan, kalau orang yang punya rumah, bertanya pada seseorang yang masuk rumahnya tanpa izin? Panggil saja aku key, yang jelas aku lebih tua darimu, kalau ingin lebih sopan kamu boleh memanggilku kakak."<br/>"Key....? Kalau dalam bahasa Inggris, berarti namamu cuman satu huruf k dong?! irit banget namanya."<br/>"Jangan cerewet! orang-orang yang dekat denganku biasa memanggilku begitu, terserah kamu mau panggil kakak apa enggak."<br/>"iya deh-kak key."<br/>"Kamu juga boleh tiap malem kesini, kalo kamu suntuk dan mau dengerin suara piano yang menenangkan."<br/>"aku gak pernah merasa suntuk, karena tiap malem ada sahabatku yang selalu menemaniku." Tata mengernyitkan dahinya, baru saja dia teringat Reva, dia lari kemana yah.<br/>"Kalau aku juga punya sahabat yang bisa berbagi cerita, pasti menyenangkan...." nada suaranya sangat datar terdengar menyedihkan di telinga Tata.<br/>"oke deh!! kalau aku punya waktu aku sempatkan kesini." Tata berusaha menghilangkan perasaan sedih lawan bicaranya.<br/>"Aku tunggu yah!" Tata yakin sekarang bibir pria itu sedang tersenyum, seandainya Tata bisa melihatnya.<br/>"Tapi sekarang aku harus pulang, gara-gara pingsan, aku sampai melupakan temanku, dia lari kemana yah??"<br/>"Dasar!! Sahabat macam apa yang melupakan teman sendiri, sini ulurkan tanganmu!"<br/>"Eehhh mau apa??" key segera menggandeng tangan Tata, menuntunnya keluar rumah.<br/>" nggak usah kak, biar aku jalan sendiri aja!" Tata melepaskan tangan key, yang menggenggam pergelangan tangannya.<br/>"Yakin...???"<br/>"Iya!" sebenarnya Tata tidak yakin, rumah macam apa ini gelap gulita! bahkan Tata tidak tau kemana harus melangkah.<br/>"lurus aja!!" key memperhatikan Tata yang kebingungan, sebenarnya key ingin sekali tertawa melihatnya.<br/>"Dukkk!! Awww!!" kaki Tata menabrak sesuatu.<br/>"kamu serius menghawatirkan temanmu nggak sih?! Sini tanganmu!" key meraih tangan Tata, menggandengnya berjalan perlahan menuju pintu depan.<br/>Seperti cerita novel saja, Tata merasa berdebar, apa ini rasanya? digandeng oleh seorang pria??<br/><br/><br/>noe.<br/>jangan lupa like and favorit</p>

avataravatar
Next chapter