webnovel

Terror

Setelah keluar dari ruangan Kyuhyun, Beverly dan Ben tidak dapat menahan rasa penasaran mereka lagi dan menanyakan kebenarannya pada Chaewon.

"rahasiakan hal ini, jangan sampai hal ini bocor!" tegas Chaewon.

Mereka mengerti, "jadi.., dia ayah dari bayi itu 'kan?" tanya Beverly yang kepalang penasaran saat mereka berada di dalam lift. "percayalah apa yang kamu percaya" balas Chaewon tak acuh.

Beverly mencoba untuk megulik lebih dalam "apa itu cincin yang diberikan Presdir saat melamar anda?" Chaewon melihat cincin berliat yang tersemat di jari manisnya lalu bergumam mengakui. "sungguh beruntungnya dirimu.." ungkap Beverly disertai nada iri.

"Aku meragukannya" desis Chaewon seraya keluar dari lift.

Chaewon masuk ke dalam ruangannya dan melihat sebuah kotak berukuran cukup besar dan terbungkus kertas coklat berada di atas meja kerjanya. Dengan cermat ia mencari siapa pengirim paket tersebut tetapi tidak ditemukan, hanya ada alamat pengiriman dan namanya. Dia pun merobek bungkus paket dan membuka kotak hitam itu, dan sungguh ia terkejut bukan main.

Chaewon menjerit dan melempar kotak tersebut, lalu bergegas keluar sambil membungkam mulutnya dengan tangan. Para editornya juga ikut terkejut, karena selama ini mereka belum pernah mendengar Ketua mereka yang selalu tenang itu menjerit amat keras seperti tadi. Mereka yang penasaran masuk ke ruangan Chaewon dan memastikan apa yang terjadi. Mereka kembali dikejutkan ketika melihat sebuah kotak yang berisikan dua bangkai tikus dengan isi perut yang terburai.

Alex dan Ben mengumpat saat melihat itu, Alice dan Beverly kabur karena ingin muntah. Anna dengan tenang menutup kembali kotak itu dan mendiskusikan sekiranya siapa yang berbuat seperti ini. Alex pergi untuk memanggil petugas keamanan, Alice menyusul ke kamar mandi karena ingin memastikan keadaan Chaewon dan kedua rekannya.

"apa kalian baik-baik saja?"

"ya, sedikit" jawab Alice sedikit sulit, Beverly kembali mengumpat kepada siapapun yang mengirim paket itu.

"di mana Ketua?"

"aku tidak tahu, mungkin di salah satu bilik itu" tunjuk Alice.

"Ketua?" seru Anna.

"ya, aku di sini" Chaewon mengatur nafasnya sambil membuka kunci pintu bilik toilet yang ditempatinya.

"bagaimana keadaan anda?"

"tidak baik"

Mereka membantu Chaewon untuk kembali ke ruangan dan mendudukannya di sofa yang berada di ruang serba guna. Untuk saat ini Chaewon tidak ingin kembali ke ruang kerjanya dia tidak ingin mengingat kejadian tadi.

Ben dan Alex ikut menghampiri mereka, "apa yang dikatakan petugas keamanan?" tanya Anna.

"dia bilang, dia tidak melihat orang yang mencurigakan. Tetapi dia memang melihat seorang petugas kebersihan membawa paket tersebut dan menaruhnya di sana. Karena bertepatan dengan waktu makan siang, ruangan jadi kosong sehingga tak ada saksi" jelas Alex.

"di mana petugas itu sekarang?"

"petugas keamanan sedang mencarinya"

Tak berselang lama, petugas keamanan dan juga petugas kebersihan yang dimaksud memasuki ruangan mereka.

"bisa kau jelaskan asal dari paket itu?" pinta Ben.

"seorang pengantar paket memberikannya padaku, aku kira itu hanya paket biasa. Aku benar-benar tidak tahu isinya" ketara rasa takut dari suaranya.

"apa kau sudah mengecek cctv?" tanya Alex kepada petugas keamanan.

"kami sedang melakukannya"

"di mana paketnya sekarang?" tanya Chaewon yang sudah mulai bisa menyatukan jiwa raganya.

"kami telah menyingkirkannya" jawab salah satu petugas keamanan.

"tolong dikubur, aku tidak ingin kalian hanya membuangnya ke tempat sampah"

"baik, Bu." Mereka pun pergi setelah masalah terjelaskan.

Alex memberikan segelas air kepada Chaewon, ia berterima kasih kepada Alex dan meminumnya "untuk sementara ini aku akan menggunakan ruang rapat"

Mereka semua mengerti, dan membawakan barang Chaewon ke ruang rapat. Chaewon kembali berterima kasih dan menyuruh mereka untuk kembali bekerja.

Sore itu, Chaewon belum bisa berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Sesekali jemarinya berhenti mengetik, helaan nafas juga tak terhitung. Chaewon mengalihkan pandangannya ke luar, ia dapat melihat para editornya bekerja seperti biasa. Ia kembali menghela nafas, kini ia membenamkan wajahnya, sedang berpikir sekiranya siapa yang melakukan hal mengerikan itu dan apa maksud dibalik perbuatannya.

Waktu terasa lama untuk berlalu, Chaewon merasa dia membutuhkan udara segar untuk menjernihkan pikirannya. Chaewon keluar ruang rapat dan pergi ke taman atap gedung itu.

Memang tak luas, tapi setidaknya Chaewon bisa dengan tenang menatap langit karena tidak ada orang di sana. Setiap kali dirinya sedang kalut, ia sering kali memandangi langit. Memandang langit membuatnya merasa bebas, dan mendapatkan ide-ide untuk menulis.

Beberapa kali ia menarik nafas dalam-dalam, dirinya sudah mulai merasa tenang. Chaewon mengecek jam di ponselnya, masih ada satu setengah jam lagi sebelum waktu kerja mereka berakhir. Chaewon tidak langsung kembali ke ruangannya, melainkan ia duduk di salah satu kursi taman untuk beberapa saat. Hari ini ia sedang tidak memiliki kerjaan yang mendesak, moodnya juga sudah hilang akibat kejadian tadi.

"anda dari mana saja Ketua?" tutur Alice sekembalinya Chaewon dari menyegarkan diri.

"aku habis mencari udara segar", "ada apa?" Chaewon lanjut bertanya.

"kami hanya cemas, sesuatu akan terjadi lagi"

Chaewon tersenyum, kemudian menepuk pundak Alice "terima kasih, tapi tidak ada apa-apa"

Alice mengerti dan kembali ke mejanya, Chaewon juga melakukan hal yang sama. Waktu akhirnya berjalan sebagaimana mestinya, matahari juga sudah mulai menyembunyikan dirinya. Para pekerja mulai meninggalkan meja kerja mereka dan berbondong-bondong keluar dari gedung pencakar langit itu.

Chaewon dan para editornya menunggu lift, untuk turun ke lobi utama. Saat mereka menunggu, tiba-tiba saja Alice berceletuk "apa mungkin karena 'itu'?"

"apa?" sahut Anna.

"kabar yang ada di forum yang kemarin kita baca" bisiknya.

"tapi 'kan tidak ada yang mengenali wajah wanita di foto itu" Anna balas berbisik, sedangkan yang lainnya mendengarkan sambil sesekali mencuri lirik kepada Chaewon.

"ada apa?" Chaewon buka suara.

Alice dan Anna saling melempar tatap, mensiasatkan salah satu dari mereka untuk menjelaskan. Ben membersihkan tenggorokannya "sebenarnya.."

TING!

Lift telah sampai di lantai mereka berada, pintu lift pun terbuka menampilkan beberapa orang yang ada di dalamnya. Mereka ikut masuk tetapi hanya Chaewon yang tidak dapat masuk karena lift sudah penuh.

"Ketua saja yang masuk. Aku bisa tunggu lift yang lain" tawar Ben.

"tidak perlu, kalian duluan saja. Lift di sebelah sana sebentar lagi akan turun" Chaewon berjalan ke arah lift yang berada di serong kiri lift yang dinaiki para editornya.

Mereka masih ragu, tapi apa boleh buat pintu lift sudah tertutup dan mereka juga telah melihat Chaewon masuk ke dalam lift yang dia maksud. Sesampainya mereka di lobi, seperti waktu-waktu pulang kantor biasanya banyak orang berlalu-lalang. Beberapa orang sempat menggerutu karena salah satu lift mati.