16 Merasa Terganggu

Teriakan Valen membuat orang yang berada di balkon sebelah menoleh dengan ekspresi yang buruk.

Menyadari ada yang melihatnya, Valen pun langsung menoleh kearah balkon sebelah dengan cemberut.

"Kamu lagi ... Kenapa kamu selalu ada di semua tempat? Apa kamu mengikuti mu? Dan kenapa kamu melihatku seperti itu? Apa kamu tidak pernah melihat wanita cantik? " Kata Valen dengan ketus setelah melihat siapa orang itu. Dia adalah Justin yang sedang menginap di hotel itu karena ada pekerjaan yang mengharuskan nya untuk singgah semalam di hotel itu.

Justin tidak bisa menahan tawa nya saat ia mendengar Valen immengatakan dirinya cantik. "Hahahaha ... "

Ekspresi Valen semakin gelap karena emosinya sedang tidak bagus. "Kenapa kamu tertawa? "

Justin segera memalingkan pandanganya sembari berkata, "Hanya ingin tertawa saja sambil menikmati bintang!"

Valen tidak perduli lagi dengan Justin karena baginya yang terpenting adalah melampiaskan kekesalannya.

"Aarrrggg ... ... ... Kenapa aku terlahir dihari kematian ibuku? Dan ayahku sepertinya sangat membenciku." Setelah mengatakan itu Valen berjongkok lalu menangis dengan keras.

Justin kembali menatap gadis itu dengan ekspresi yang semakin aneh. Justin merasa kasihan namun dia benar-benar tidak tau bagaimana caranya membujuk seorang gadis karena dia sudah lama tidak dekat dengan seorang perempuan.

Lama kelamaan, tangisan Valen semakin kencang sehingga Justin merasa tergganggu dengan tangisan Valen sehingga ia ingin pergi dari balkon itu. Tapi, tiba-tiba dia menjadi dilema, antara kembali kekamarnya atau membujuk gadis itu agar tidak menangis dan berteriak lagi, sungguh dia merasa sangat terganggu.

'Dasar gadis menyebalkan ... Siapa dia? Apakah dia sedang mabuk?' Batin Justin.

Setelah membatin Justin menarik nafas panjang lalu melompat dari balkonya menuju balkon Valen dan bertengger sambil berjongkok diatas bibir balkon.

Menyadari kedatangan Justin, Valen pun langsung mendongak. Seketika itu ia kaget sehingga dia hampir rebah kebelakang.

"Astaga ... Kamu lelaki gila, ngapain kamu bertengger seperti burung hantu di sana? " Tanya Valen dengan kesal.

Justin menyipitkan matanya. "Karena disini ada Vampir!"

Mendengar jawaban Justin, Valen langsung bangun dan histeris, dia lalu menempelkan didekat Justin sambil menutup matanya, seketika itu tubuhnya menjadi gemetaran.

Justin merasa risih di dekat Valen sehingga ia segera menyingkirkan kepala Valen dengan telunjuknya.

"Apa yang kamu lakukan gadis gila?"

Valen terus bersembunyi dan semakin lengket dengan Justin karena ia sudah percaya kalau Vampir dan manusia serigala itu memang ada.

"Aku takut sama Vampir ... Karena menurut buku yang aku baca kalau Vampir itu meminum darah manusia sampai mati ... Sungguh menjijikkan ..."

Justin terdiam mendengar jawaban Valen. Kata jijik membuatnya tersinggung tapi ia harus menahan emosi nya.

Akan tetapi satu hal yang baru Justin sadari, yaitu nafsunya saat bersama Valen. Ia tidak merasa haus atau tergoda untuk menggigit nya padahal menurut nya Valen adalah manusia.

'Ini aneh. Kenapa aku tidak begitu menginginkan darah gadis ini? Bahkan aku merasakan perasaan yang membahagiakan setiap kali aku bersamanya. Aku ingin melindunginya dan aku ingin memeluknya. Ada apa denganku?' Batin Justin dengan bingung.

"Bagaimana mungkin Vampir takut sama Vampir?" Tanya Justin sembari menahan senyumannya.

"Apa maksudmu? "Valen membuka tutup wajahnya lalu mendongak menatap Justin, seketika itu jantung Valen berdetak sangat kuat sehingga ia mulai gugup.

"Vampir nya itu kamu ... " Jawab Justin sembari menunjuk kearah Valen dengan grogi.

Seketika itu Valen tidak terima. Ia geram lalu berfikir jika dia Vampir dan lelaki itu burung hantu maka dimana ada dia pasti akan ada lelaki itu, seketika itu dia merasa jijik.

"Jangan menuduh sembarangan! Atau kamu sendiri adalah Vampir?" Tanya Valen sembari menyeringai kearah Justin.

"Jika aku Vampir maka aku tidak perlu menunggu lama untuk memakan mu ... Tapi, melihat mu menempel padaku, membuatku curiga kalau kamu menyukai ku!" Jawab Justin dengan santai.

"Hahaha ... Siapa juga yang menyukaimu? Kamu itu menyebalkan, jelek, menyeramkan dengan wajah pucatnya. Aku pikir kamulah Vampir itu. Tapi, saat aku ingat kamu bisa berjemur di bawah panas aku pun ragu kalau kamu Vampir karena Vampir akan terbakar jika kena panas. Mungkin sebaliknya, kamulah yang menyukaiku! Apa aku benar?"Kata Valen dengan ketus.

Justin terdiam saat ia mendengar pendapat Valen tentang Vampir dan wajah pucat.

'Aku adalah Vampir terkuat yang memiliki kekuatan untuk tidak terbakar oleh sinar matahari.'Batin Justin sembari menatap tajam kearah Valen.

Tepat saat itu, Valen mendorong tubuh Justin, untungnya Justin bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga dia tidak jatuh kebawah melainkan jatuh menindih tubuh Valen.

Seketika itu Valen terkejut saat merasakan tubuhnya mati rasa karena di tindih oleh tubuh kekar Justin, terlebih bibirnya dan bibir Justin bersentuhan layaknya orang berciuman. Mereka berdua langsung mengedip-ngedipkan matanya dan jantung Valen terpacu lebih cepat.

avataravatar
Next chapter