webnovel

Dia Datang

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Itu adalah celana renang berwarna biru gelap.

Yang mengenakan itu adalah seorang laki-laki tinggi.

Kulitnya terlihat begitu sehat, otot tubuhnya terbentuk dengan sangat baik dan terlihat air yang menetes dari dadanya.

Li Beinian seketika dapat merasakan seluruh darahnya mengalir ke kepalanya dan dia seolah mendengar suara lebah mendengung di dalam kepalanya.

Dia dengan cepat memalingkan wajah dan kedua tangannya memegang pegangan tangga kemudian naik ke atas. Setelah itu dia menundukkan kepala dan berkata, "Maaf, saya tidak sengaja… Ah!"

Saat sedang mengatakan itu tiba-tiba Li Beinian tergelincir dan terjatuh ke depan.

Untung saja reflek Li Beinian cukup bagus, kedua tangannya menyentuh lantai terlebih dahulu untuk menumpu tubuhnya jika tidak maka dia pasti sudah terjatuh dengan wajahnya membentur lantai!

Saat dia mengangkat kepalanya Li Beinian merasakan hidungnya menempel pada sebuah benda yang basah dan juga hangat…

Jantungnya berdegup dengan cepat, dalam sekejap wajah Li Beinian menjadi sangat panas seperti air yang baru saja mendidih.

Li Beinian membelalakkan matanya karena terkejut, dia dapat melihat celana renang berwarna biru gelap itu dengan sangat dekat dan dia bahkan dapat melihat merek celana itu.

Itu adalah merek Perancis...

Saat Li Beinian mengangkat kepalanya untuk melihat wajah orang tersebut. Dia melihat tatapan yang dingin, spontan Li Beinian menarik dirinya ke belakang dengan cepat.

Karena dia menarik dirinya dengan cepat seluruh tubuhnya seolah terpental ke belakang hingga kepalanya terbentur pegangan tangga kolam renang dan ia pun merintih kesakitan.

Kemudian terdengar suara sesuatu yang jatuh ke dalam air, itu adalah Li Beinian yang lagi-lagi terjatuh ke dalam air lagi.

Di sini adalah kolam yang dalam, mungkin kedalamannya sekitar 2 meter sehingga ia tidak dapat menapakkan kakinya untuk berdiri.

Air itu masuk ke dalam hidungnya, Li Beinian berusaha mengangkat kepalanya dan berenang ke atas.

Tapi dalam sekejap tubuhnya kembali tenggelam seolah tertarik ke dasar kolam.

Dia tidak dapat menemukan pegangan apapun di sekitarnya dan menjadi sangat panik.

"Tol… Tolong a..." 

Setiap kali akan mengatakan sesuatu Li Beinian tidak dapat membuat dirinya menyelesaikan perkataannya dan kembali tenggelam.

Tiba-tiba dia merasakan ada yang menarik pergelangan tangannya dan membawanya ke tepi kolam.

Sentuhan laki-laki itu sama sekali tidak lembut, dia tidak terlihat seperti sedang membawa seorang perempuan.

Saat menaiki tangga, laki-laki itu melihat ke arah perempuan yang telah melanggar masuk ke tempat terlarang ini.

Rambutnya yang panjang basah terurai, dia mengenakan atasan berwarna putih dan karena basah laki-laki itu dapat melihat bagian dada perempuan ini dengan sangat jelas. Kemudian celananya yang berwarna merah muda juga menjadi tembus pandang hingga terlihat celana dalamnya.

Hanya saja, walau dalam situasi seperti ini laki-laki itu sepertinya tidak terlihat tergoda sedikitpun.

Laki-laki itu menggendongnya di depan dadanya di bawah sinar matahari yang bersinar dengan terangnya.

Pundak yang lebar dengan kancing kerah baju yang terbuka membuat tulang belikatnya yang indah terlihat dengan jelas.

Wajah Li Beinian memerah dan dia mulai batuk-batuk sehingga membuat tubuh pria yang menggendongnya ikut bergetar.

Bagi laki-laki itu penampilan Li Beinian sekarang sama sekali tidak menarik baginya, dia menganggap ini kekanak-kanakan.

Tapi walaupun Li Beinian terlihat kekanak-kanakan, laki-laki itu malah tidak dapat menahan dirinya untuk tidak menatap Li Beinian.

Pandangannya terarah ke celana merah muda yang digunakan oleh Li Beinian kemudian terlihat pandangannya semakin lama semakin dalam.

Setelah beberapa saat akhirnya Li Beinian berhenti batuk dan melihat tatapan dingin laki-laki itu.

Saat dia melihat ke atas, laki-laki itu sedang melihat ke arahnya tapi karena sinar matahari yang begitu menyilaukan membuat Li Beinian tidak dapat melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.

Tapi dia dapat melihat pandangan laki-laki itu, pandangannya begitu tajam hingga sinar matahari pun tidak dapat menghalanginya.