webnovel

Garin Anggara Merindukan Karin!

"Apa dia menganggap kami berdua ini sangat bodoh. Karin sekarang ini berteman dengan para selebriti kampus dan sudah menjadi bagian dari mereka. Karin jadi suka pesta dan sering clubbing!"_ Hati Kartina dan Bella, sama.

"Karin... apa tujuan kamu ke sini?" tanya Katarina. Dia tidak peduli dengan air mata palsu Widya.

Sikap Katrina sama seperti Bella. Tidak memberi hati ke Karin.

Widya (Karin) terdiam, tujuan dia datang ke kost Bella dan Katrina karena butuh bantuan mereka, menyelesaikan skripsi milik Karin.

Ayahnya, Raden Sasongko Wicaksono menginginkan dia segera lulus kuliah.

Garin Anggara baru saja selesai ujian skripsi, mereka berencana wisuda sama-sama, lalu mereka lanjut S2 ke luar negeri, ke Amerika.

Widya tidak bisa menyelesaikan skripsinya karena dirinya sekarang ini bukan Widya Saaongko lagi tapi Karin Meydina. Widya tidak mengganti judul skripsinya dengan milik Karin, dan dia juga tidak bisa melanjutkan penelitian Karin, karena mereka beda jurusan, dan berbeda fokus penelitian.

Satu-satunya cara sekarang supaya bisa lulus cepat adalah melanjutkan penelitian Karin yang sudah 75 persen itu. Widya ingin dua orang Bidadari Mimpi itu mengerjakan skripsi Karin. Dia akan membayar jasa meraka, kalau perlu dia akan menyerahkan mobil Karin.

Tapi dengan sikap kedua gadis itu ini, Karin memutuskan mencari orang lain saja. Lebih aman. Tidak banyak concong.

"Tidak ada gunanya aku bicara dengan mereka!"_ Widya geram dalam hati.

"Aku pulang saja!" Widya merajuk.

Bella dan Katrina tak peduli. Karin datang tanpa diundang, ngapain di cegah pulangnya.

Widya tercengang, sikap kedua orang ini tidak seperti harapannya. Dia minta di cegah pulang. Widya kesal.

Bella dan Katrina cuek melihat Karin melangkah ke pintu.

"Biar saja. Karin harus di beri pelajaran.

Jangan mentang-mentang menikahi orang kaya dan diambil anak oleh keluarga Sasongko Wicaksono, lalu menganggap pertemanan dengan kami tidak ada artinya!" _ Katrina geram.

Baru saja Widya melangkah ke pintu, seorang pria (kurir) berdiri di ambang pintu.

"Selamat sore. Nona Bella... nona Katrina?!"

"Ya kami!" kata Katrina dan Bella bersamaan.

"Ada paket untuk anda dari Turki!"

"APA?!" Bella dan Katrina saling pandang.

"Coba kami lihat!"

Pengirimnya "Zaenab Al Habsy"

"Zaenab Al Habsyi... dia kan murid nyonya Ana?!" Bella dan Katrina berseri dengan suara nyaring.

"Silahkan tanda tangan!"

Kurir itu pergi.

Karin/ Widya berdiri dengan wajah bingung,

"Zaenab Al Habsy!"_ Widya tidak mengenal wanita itu.

"Aku pergi saja!" Widya berniat kabur. Dia cepat-cepat melangkah ke pintu.

Bella dan Katrina terlihat bingung.

"Lihat! Aneh banget ...alamatnya di tulis tangan, tulisannya ini seperti...!" bisik Bella sambil melihat ke arah Karin

'Ini Tulisan Karin"! Tidak mungkin!"_ Bella tercengang.

"Kenapa?!" tanya Katrina ke Bella.

Bella menunjukkan tulisan tangan di kotak paket itu.

"Hah!" Katrina juga bingung.

Karin/Widya melangkah keluar rumah itu, dia sudah mencapai pagar.

'KARIN!" dua bidadari mimpi itu berseru nyaring.

Widya Karin tak peduli.

"KARIN... TUNGGU!!!"

Widya/ Karin berhenti melangkah.

Bella dan Katrina berlari keluar rumah. Bella menenteng paket dari Turki itu.

"Karin... kamu masih ingat kan dengan kak Zaenab Al Habsy?!"

"Kenapa?!" Karin berlagak cuek.

"Dia mengirimkan paket ini!"

kata Bella.

."Ambil saja. Dia mengirim Itu untuk kalian!" sahut Karin/ Widya angkuh.

"Ini tulisan kamu kan?" tanya Katrina.

Karin terkejut, tapi dia dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya.

"Dia meniru tulisan ku!" Widya cuek.

"Tapi... ini tanda tangan kamu kan?" Katrina menunjukkan tanda tangan di paket itu.

"Sudah Ku Bilang...Orang Itu... Meniru Tulisan Tangan Ku dan Tanda Tangan Ku Juga!" Widya ketus.

Bella dan Katrina saling senggol. Mereka melihat guratan cemas di wajah Karin.

Widya cepat-cepat pergi. Dia pergi seperti sedang di buru orang.

"Kamu lihat itu? Dia bukan Karin kita yang dulu!" kata Bella dengan wajah kesal.

"Iya! Jangan-jangan dia bukan Karin kita. Dia hanya orang yang mirip Karin!" Katrina juga curiga.

"Maksud mu?!" Bella bingung.

"Entahlah! Aku juga bingung. Dia seperti bukan Karin. Lihat pakaiannya. Dress-nya semakin kekurangan kain!"

Bella mengibaskan tangannya.

"Lupakan dia. Mari kita buka isi paket ini.

Dua orang ini membuka membuka paket dengan tergesa-gesa.

"Ya Tuhan. Kak Zaenab mengirimi kita tiket ke Turki, kartu debit juga, ada pin-nya!"

Bella menangis.

Katrina tidak langsung percaya. "Kita tes dulu Kartu Debit ini, asli apa tidak? Dan tiket ini... kita juga harus cek dulu maskapainya, jangan sampai kita kena prank!"

Katrina, orangnya sangat hati-hati, dia tidak gampang tertipu.

"Sekarang orang menipu dengan segala cara!" kata Katrina lagi.

"Kamu benar!" Bella sadar diri.

Dua orang gadis ini pergi ke kantor maskapai Turkish Airlines.

"Tiket ini asli, open date. Kalian mau berangkat kapan?" tanya gadis petugas maskapai Turkish Airlines

"Kami mau urus surat-suratnya!" jawab Bella.

"Kami bisa membantu anda menyiapkan berkas yang anda perlukan!" jawab gadis itu dengan senyum ramah.

"Benarkah?" kata Bella dan Katrina bersamaan. Dua orang ini seperti kembar, satu hati, satu pemikiran.

Gadis petugas itu mengangguk.

"Baiklah. Kami akan kembali lagi!" ucap Katrina.

Dua orang gadis ini kemudian ke ATM

"Asli Ada Uangnya... Banyaaak!" Katrina dan Bella Berpelukan.

"KITA KAYA!" Bella jingkrak-jingkrak.

"Ayo kita ke maskapai itu lagi. Kita berangkat ke Turki, besok!" putus Katrina.

Dua orang gadis itu berjalan kembali ke kantor maskapai Turkish Airlines.

Dua orang itu tidak sadar kalau ada orang yang mengikuti mereka.

Widya menggunakan jaket hoodie hitam panjang dan kaca mata hitam lebar, menyamar.

Widya duduk di mobil. Dia ingin tahu apa yang akan dilakukan kedua gadis itu.

"Mereka mau ke Turki? Untuk apa?" Widya penasaran.

Dia menunggu di mobil hingga lelah hingga ketiduran.

Dreedd... Dreedd... !" Ponsel bergetar.

Widya terbangun.

"Dimana kamu?!" Suara Garin Anggara terdengar marah.

"Aku di perjalanan!" Widya bohong.

"Cepat pulang!"

"Iya iya!" jawab Widya kesal. Garin Anggara suka kasar padanya.

Entah apa yang dilakukan Garin Anggara padanya. Widya sering menemukan memar di bagian tubuhnya setelah berhubungan dengan Garin Anggara.

Di luar kesadaran Widya, Garin Anggara sering melakukan kekerasan fisik padanya.

"Garin Anggara dia semakin menjengkelkan!"_

Di seberang telepon, Garin Anggara merasa, Widya tidak menyenangkan lagi. Dalam hati dia merindukan Karin yang asli. Saat Karin memasuki Tubuhnya lagu, Garin Anggara merasa bergairah dan bersemangat.

Hanya saja, belakangan ini jiwa Karin yang asli tidak muncul lagi.

"Karin...kenapa kamu tak muncul lagi? Apa kamu tidak merindukan tubuh mu?"_

Garin Anggara galau, dia merindukan Karin. Karin yang ganas dan kasar di tempat tidur.

****

Next chapter