webnovel

Dendam Masa Lalu (sudah terbit)

Seorang anak yang kehilangan orang tuanya akibat pembunuhan klan keluarganya, meyebankan ia diangkat oleh sahabat ayahnya. ia kemudian pindah dan menjalani hidupnya di rumah orang tua angkatnya. Ayah dan ibu angkatnya adalah seorang ahli bela diri tradisional. Ayahnya menguasai ilmu bela diri pencak silat, silat Sasak sedang ibunya seorang ahli bela diri pencak silat kera sakti. keduanya tidak pernah menunjukan keahlian yang mereka miliki. namun semua warga yang ada disana mengetahuinya. 20 tahun kemudian orang tua angkatnya meninggal dalam sebuah kecelakaan membuat ia memutuskan untuk kembali ke negara asalnya. ia membawa adik angkatnya ikut bersamanya. disana ia bertemu dengan seorang gadis yang ternyata anak dari pembunuh orang tuanya. keinginan untuk membalas dendam semakin berapi api. ia ingin orang itu menerima konsekuensi dari apa yang telah ia lakukan kepada keluarganya. bahkan ia ingin membalasnya berkali lipat. memasuki dunia gadis itu dan memporak porandakan hidupnya termasuk keluarganya.

Devy_shandra98 · Action
Not enough ratings
16 Chs

Nama Baru

"Akira, kesini nak". Ucap Rahman. Anak itu sedang bermain dengan putrid kecilnya.

"Iya, paman?". Ucap Akira menghampiri Rahman.

"Aku telah mengurus semua dokumen sipilmu. Namamu sekarang adalah Saepullah. Kamu adalah anakku, jika ada yang bertanya siapa orang tuamu. Kamu harus bilang Rahman dan Minah. Jangan pernah menyebut nama Hadji dan Kazumi, itu demi kebaikanmu. Mengerti?". Ucap Rahman pada Akira.

"Iya paman, maksudku bapak". Ucap Akira. Lidahnya masih kelu untuk menyebut kata bapak pada pamannya itu.

Rahman tersenyum mendengarnya. Tidak mudah memang mengubah sebuah panggilan.

"Aku ingin kamu membaca buku ini. buku ini dulu aku buat untuk mempermudah teman-temanku bisa berbahasa Sasak, termasuk juga ayahmu menggunakan buku ini". Ucap Rahman. Ia berbicara dalam bahasa Jepang karena Akira sama sekali tidak bisa berbahasa Sasak.

Akira mengangguk ia menerima buku tua yang sudah usang itu.

"Satu lagi, janngan keluar rumah jika kamu belum menyelesaikan menghapal semua kalimat dalam buku ini".

Akira mengangguk patuh, ia berjalan ke kamarnya melaksanakan tugas pertama dari pamannya yang sekarang menjadi ayahnya.

Akira belajar dengan tekun, ia tidak pernah keluar dari kamarnya kecuali untuk makan bersama, selain itu dia tetap belajar. Terkadang Minah sampai kasian melihat Akira yang terus terusan belajar tanpa henti. Ia hanya bisa memberikan semangat pada Akira membuatkan cemilan kecil dan memetik beberapa buah sebagai teman belajar Akira.

"Saep, apa kamu tidak lelah belajar?". Ucap Minah sambil meletakan buah anggur yang baru saja dipetiknya.

"Sejujurnya aku lelah, inak. Tapi aku belum selesai belajar. Bapak tidak mengizinkanku keluar rumah kalau aku belum selesai". Terang Akira.

"Bapakmu hanya melarangmu keluar rumah bukan berarti ia tidak memberimu izin belajar di halaman rumah kan?". Tanya Minah sambil tersenyum. Rupanya putra kecilnya telah salah paham pada ayahnya.

"Ayo keluar, sejak kamu datang sampai sekarang kamu belum pernah berkeliling rumah kan?". Tanya Minah.

Akira hanya mengangguk mengiyakan.

Minah lalu membawa Akira untuk berkeliling mulai dari dalam rumah hingga halaman rumah. Akira takjub dengan halaman rumah yang dimiliki orang tua angkatnya. Halamannya begitu luas dan tertata rapi. Banyak buah bertebaran di sepanjang jalan, aneka jenis bunga juga ada. Dibawah berugak terdapat kolam ikan yang ditumbuhi bunga lotus. Berugak adalah sebuah rumah khas Lombok berbentuk persegi yang terbuat dari kayu dengan atap terbuat dari daun rei.

"Kamu bisa menggunakan berugak ini atau rumah pohon itu untuk belajar. Petiklah buah sesukamu sebagai temanmu belajar. Aku tahu bapakmu memenag keras dalam mendidikmu, tapi percayalah itu semua untuk kebaikannmu". Ucap Minah.

"Terima kasih Inak". Ucap Akira. Beruntung kedua orang tua yang mengadopsinya memiliki keterampilan berbahasa Jepang sehingga ia tidak kesulitan untuk berkomunikasi.

Akira kembali membaca bukunya, ia duduk di pinggir kolam sambil menceburkan kakinya ke air. Ikan-ikan mulai menggerubuti kakinya, membuat sensasi geli pada dirinya. Tapi Akira menyukai itu. Itu terlihat mengasyikan.

Akira meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, ia menaruh bukunya disamping, kemudian melemaskan semua persendiannya. Setelah itu, ia menghitung lembaran-lembaran terakhir yang belum ia baca.

"Tinggal lima lembar lagi". Serunya bahagia. Dengan semangat ia kembali membaca bukunya.

Dari jauh ayahnya melihat senyum bahagia diwajah anaknya itu. "Kamu terlalu keras mendidiknya". Ucap Minah menyerahkan lembaran dokumen yang ketinggalan.

"Itu demi kebaikannya. Ia harus cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dia aman tinggal disini".

"Dia akan aman, disini tidak ada orang jahat". Ucap Minah.

"Kita tidak tahu kapan mereka akan datang. Semoga saja mereka tidak akan pernah datang". Ucap Rahman menerawang jauh kesana.

"Anak yang malang". Ucap Minah. "kamu harus cepat pergi, yang lain mungkin sudah menunggumu". Ucap Minah menyalami suaminya.

"Kamu mengusirku?". Tanya Rahman tidak percaya.

"Aku mengusirmu, maka cepatlah pergi". Ucap Minah lagi.

"Baiklah aku pergi. Assalamualaikum". Ucapnya mengecup singkat bibir istrinya. Lalu, berlari dengan tawanya yang renyah.

Minah terbelalak mendapatkan serangan mendadak seperti itu. Matanya melotot hampir keluar.

"Satu satu". Ucapnya saat berbalik melihat istrinya yang syok atas perlakuan nakalnya.

Minah berbalik masuk ke dalam rumah dengan wajah tersenyum merona. Ia akan membuat menu makan malam spesial kesukaan suaminya kal ini.