webnovel

Berpaling Pada Majikan Suami

Berbeda Dennis yang tampak begitu kaget melihat pemandangan di hadapannya, Raymond dan Jesselyn justru terlihat santai. Bahkan Raymond tetap melingkarkan jemarinya di pinggang Jesselyn seolah tidak peduli bahwa laki-laki di hadapannya kini itu masih berstatus sebagai suami sah Jesselyn.

"Oh, Dennis! Good morning! Maaf sekali, saya lupa memberi tahumu kemarin kalau hari ini saya sedang libur. Jadi kau juga boleh libur untuk hari ini," ucap Raymond sambil menyugar rambutnya yang basah, lagi-lagi tak ada rasa bersalah dalam raut wajahnya.

"Tuan … apa ini, Tuan? Kenapa Tuan tega mengkhianati saya seperti ini," desis Dennis.

"Sorry? Mengkhianatimu? Oh, Dennis, saya sama sekali tidak mengkhianatimu—"

"Tapi Tuan kan tahu bahwa Jesselyn adalah istri saya—"

"Ya, benar. Tapi dia sendiri yang datang pada saya dan mengatakan bahwa dia sudah tidak ingin menjadi istrimu lagi. Dan setelah saya pikir-pikir, perempuan secantik Jesselyn memang tidak pantas jika menjadi istri seorang supir sepertimu, Dennis. Akan jauh lebih pantas jika ia menjadi Nyonya di rumah ini, mendampingiku dan memuaskan. Oh, ngomong-ngomong soal memuaskan, Jesselyn memang jago sekali. Bukan begitu, Honey?" Raymond membelai lembut pipi Jesselyn hingga ke leher wanita itu.

Jesselyn semakin bergelayut manja pada sang CEO. "Benar sekali, Sayang. Aku pun merasa kau jauh lebih cocok menjadi suamiku. Kau bisa membahagiakanku dengan cara yang aku mau, sementara laki-laki miskin itu, ia hanya bisa membuatku menderita," balas Jesselyn sambil melirik sinis pada Dennis.

Masih di tempatnya berdiri, Dennis sudah merasa terbakar, bukan karena cemburu saja, melainkan karena amarah yang begitu besar. Dennis merasa begitu dihinakan, terlebih dua orang yang tak punya nurani itu mencaci Dennis di hadapan putrinya sendiri. Kendati kala itu Adelia belum mengerti apa-apa, tapi Dennis tahu hati putrinya itu pasti akan terluka.

"Bajingan…!" desis Dennis dalam geramnya.

Alis mata Raymond langsung terangkat. "Apa kau bilang? Coba ulangi sekali lagi, aku tidak mendengar," sinis Raymond.

"Kalian berdua bajingan! Tuan Raymond, selama ini aku mengabdi padamu, aku begitu menghormatimu, tapi kau justru merebut istriku sendiri. Dan kau Jesselyn, kau tidak pantas disebut seorang wanita, kau terlalu murahan, rela meninggalkan istrimu begitu saja hanya demi harta. Aku juga sangat menunggu surat putusan pengadilan. Mulai hari ini kau bukan lagi istriku. Dan Tuan Raymond, mulai hari ini kau bukan lagi majikanku," ucap Dennis dengan sepasang matanya yang memerah. Kalau bukan karena sedang membawa Adelia, Dennis mungkin tidak akan segan-segan menarik rambut Raymond dari dalam kolam berenang itu, lantas memukuli pria kaya itu tanpa segan sedikit pun. Lagi-lagi karena mengingat Adelia, putri semata wayangnya, Dennis pun lebih memilih terlihat kalah dan ke luar dari kediaman megah itu.

"Enyahlah dari rumahku! Aku juga tidak butuh sampah sepertimu!" seru Raymond dari dalam kolam berenang itu. "Heuh! Berani-beraninya dia bicara seperti itu padaku. Dia pikir dia siapa?" dengus Raymond lagi yang merasa kesal.

Jesselyn langsung mengusap dada Raymond yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Sudahlah, Sayang. Tidak perlu membuang tenagamu untuk memaki laki-laki itu. Lebih baik kita lanjut bersenang-senang," bujuk Jesselyn.

Raymond mengalihkan pandangannya pada Jesselyn, setidaknya paras Jesselyn yang jelita mampu membuat amarahnya sedikit reda. "Cepat selesaikan urusan pernikahanmu dengannya. Setelah itu aku akan menjadikanmu sebagai milikku yang sah. Dan kau tidak perlu memikirkan laki-laki itu lagi," ucap Raymond.

"Aku adalah milikmu, Sayang. Tidak ada yang dapat menggugat itu," balas Jessika sambil melingkarkan kedua tangannya di leher laki-laki itu.

Sementara itu, setelah mengambil tas kecilnya dari James, Dennis pun langsung meninggalkan kediaman megah itu bersama Adelia. Sepanjang perjalan ia berusaha untuk tidak menitikkan air mata sedikit pun, hanya dendam yang semakin ia tumpuk di dalam dadanya. Dennis begitu bertekad bahwa suatu saat kelak ia akan membuat Jesselyn dan Raymond bertekuk lutus di bawah kakinya, meski pada saat itu Dennis juga belum tahu bagaimana caranya.

Saat tiba di rumah, Dennis melihat ayahnya sudah duduk di teras, seperti sedang menunggunya.

"Ayah, kenapa ayah ke sini tidak mengabariku terlebih dahulu?" ujar Dennis begitu turun dari motornya.

"Tadi pagi ayah melihat kau membawa Adelia pagi-pagi pakai motor. Firasat ayah tidak enak, itu sebabnya ayah langsung datang ke sini untuk memastikan keadaan kalian. Apa kau baik-baik saja anakku? Kenapa pintu rumah dikunci? Ke mana istrimu?" tanya Pak Lukman lembut. Pak Lukman memang beda tempat tinggal dengan putra semata wayangnya itu. Ia lebih memilih tinggal sendiri dari pada harus menjadi beban jika tinggal bersama Dennis. Sementara istrinya Pak Lukman yang tidak lain Ibu dari Dennis sudah meninggal ketika Dennis masih kecil.

Dennis tak menjawab pertanyaan sang ayah, karena pada saat itu, Dennis juga belum menemukan jawaban yang tepat. Dennis lebih memilih membuka pintu dan mempersilakan ayahnya itu masuk.

"Ayah, tunggu sebentar ya. Biar kubelikan gula ke warung dulu untuk membuatkan kopi untuk ayah," ucap Dennis.

"Hei, Dennis anakku. Duduklah dulu. Ayah ke sini bukan untuk minum kopi, ayah ingin tahu keadaanmu," cegah Pak Lukman.

Kepala Dennis langsung tertunduk. Lidahnya begitu berat untuk menceritakan keadaannya kala itu pada sang ayah. Dennis tidak ingin ayahnya jadi ikutan sedih, tapi Dennis pun tahu ia tidak mungkin bisa menutupi keadaan yang sebenarnya.

"Jesselyn sudah meninggalkan aku dan Adelia, Yah," lirih Dennis.

Pak Lukman tampak tidak terkejut mendengar pernyataan putranya itu seolah sudah menduga bahwa hal itu akan terjadi. Setelah hening beberapa detik, Pak Lukman pun berkata, "Besok-besok kalau kau mau berangkat kerja, lebih baik titipkan saja Adelia pada Ayah. Kasihan kalau anak sekecil itu harus dibawa bekerja."

"Aku juga sudah tidak bekerja, Yah. Aku berhenti bekerja sebagai supir di rumah Tuan Raymond itu."

"Kenapa berhenti? Apa dia memecatmu karena kamu bekerja membawa bayi?"

Dennis menggelengkan kepalanya. "Aku yang meminta berhenti bekerja. Karena aku baru mengetahui, ternyata Tuan Raymond memiliki hubungan dengan Jesselyn. Ternyata setelah meninggalkanku tadi malam, Jesselyn mendatangi Tuan Raymond. Dan tadi pagi aku juga harus menyaksikan mereka berdua bermesraan di dalam kolam berenang," ucap Dennis menceritakan semuanya pada sang ayah.

Pak Lukman mengusap bahu putranya itu, berusaha menenangkan sekaligus menguatkan. "Dari dulu Ayah sudah menilai bahwa wanita itu bukanlah perempuan baik-baik. Tapi ya sudahlah, kau tidak perlu berlarut-larut memikirkan wanita itu. Lupakan dia!"

"Aku hanya merasa dendam saja karena dia begitu menghinakanku, Yah."

"Dia akan menyesal sendiri karena telah melakukan itu padamu. Percaya pada Ayah." Pak Lukman menepuk-nepuk pundak putranya itu. "Lebih baik sekarang kau istirahat, sekalian ajak Adelia istirahat. Besok Ayah akan membawamu ke suatu tempat."

"Ke mana, Ayah?"

"Lihat saja besok."

Next chapter