webnovel

Demon : It's My Mine

Kita semua percaya, bahkan sebelum di lahirkan pun. Kita sudah memiliki nama nya "Takdir". Entah bentuk apapun itu. Berapa kali pun kita tak menerima nya. Dia akan tetap datang menghampiri. Tapi, bagaimana jika yang di takdirkan dengan kita bukan "Orang Biasa". Apa yang akan di lakukan? Mencoba menerima dengan sabar? Atau menolak mentah mentah?. Semua itu yang akan di rasakan oleh Rei, gadis manis berusia 17 Tahun. Dia akan mengalami perubahan emosi di kehidupan yang damai. Karena apa? Seorang Laki-laki Kaya dengan banyak misteri di dalam nya. Guncangan batin akan di terima mereka, bahkan hal di sekitar juga akan terkena dampak nya. Bersatu? Atau sekedar saling sapa? Siapa yang akan tau?

KakIa_2809 · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

1. PANTHERA : AWAL

Padat nya aktifitas tak membuat Rei lelah sama sekali. Senyuman nya masih terpasang indah di kedua Bibir nya. Dia dengan gesit melayani semua pelanggan dengan ramah.

Rei memiliki satu buah Cafe di sekitar perkantoran. Memang ini bukan hasil diri nya sendiri, melainkan pemberian orang tua nya. Alhasil, dia membuka usaha yang di biayai oleh mereka. Jika tidak begitu, mereka tak akan memberi izin sama sekali. Meskipun banyak penolakan awal nya, itu tak mengubah apapun yang ada di fikiran nya. Bahkan kini dia sudah bisa bertahan selama 1 tahun tanpa ada nya masalah yang berarti.

Saat dia tengah asik melayani pelanggan nya, salah satu karyawan nya menghampiri dia di meja Kasir pelan.

"Kak ada telfon dari Boss"... Bisik nya sembari membantu nya mengemasi belanja pelanggan. Tak lupa dia pun ikut melemparkan senyuman manis untuk yang ada di depan mereka.

"Tunggu sebentar antrian masih panjang"... Jawab nya pelan dengan pandangan yang tak terlepas dari pelanggan nya.

"Tidak bisa. Boss bilang, kamu harus angkat. Atau Boss akan datang kesini"... Jelasnya penuh penekanan.

Rei tau apa arti nya itu. Pandangan nya segera berlari ke orang yang ada di samping kiri nya dengan diam. Tentu saja, itu bukan hal yang di ingin kan oleh mereka. Sebab akan menjadi suatu kegaduhan kalau mereka datang ke sini.

"HAH... Menyebalkan. Maaf Kak, saya pamit sebentar. Semua akan di lanjutkan sama Rekan saya ya Kak. Permisi"... Tunduk nya sopan sambil berlalu cepat.

Di saat Rei sudah sampai di depan meja telepon tersebut. Dia tak langsung mengangkat nya, Rei menatap bingung ke arah itu. Karena bagaimana pun ia sudah pernah memberitahu mereka agar menelfon ke nomor milik nya. Atau bisa menunggu nya sampai pulang. Tapi apa sekarang?!

"Kita dengar kan saja dulu"... Ia mencoba menenangkan diri nya sendiri.

"Klik... Halo? Pi?"... Buka nya sambil setengah duduk di atas meja.

"Hai Sayang? Kenapa lama sekali?"... Tanya nya di seberang telepon dengan frustasi.

"Maaf, ada banyak pelanggan hari ini. Ada apa? Apa itu penting?"... Rei memainkan tali telepon tak sabaran.

"Rei? Bisa kamu pulang sekarang? Kita akan membicarakan nya di rumah"...

Badan nya diam membeku. Sebab di saat orang tua nya langsung memanggil nama nya seperti ini, pasti ada sesuatu hal yang penting untuk di sampai kan. Dan itu juga berarti tidak bisa di bantah sama sekali.

"Baiklah. 2 Jam lagi aku sampai"...

"Tidak. 30 Menit. Kami menunggu mu Tut Tut"...

Rei mengerutkan keningnya... "Tidak biasa nya Papi akan mematikan panggilan seperti ini. Ada apa kali ini?"... Batin nya dengan penasaran. Tak ingin membuang waktu lagi, dia segera membereskan barang nya.

Setelah di rasa nya cukup, dia melangkah keluar dengan buru-buru. Tas dan Jaket milik nya pun tak bisa di gunakan nya dia hanya memegang ke dua barang itu dengan asal.

"Uny? Kemari sebentar?"... Panggil nya ke arah Perempuan berrambut pendek. Tangan nya masih sibuk memeriksa barang yang di tas nya. Seakan tak menginginkan ada satu barang pun tertinggal.

"Ada apa Kak?"... Hampir nya. Dengan menatap bingung ke arah Rei yang sedang sibuk sendiri.

"Hari ini aku titip Toko. Tolong, kalau aku tidak datang lagi. Bawa kunci nya dan juga hitung semua penjualan. Kalian bisa tutup 30 menit sebelum jam ¹Closing. Aku ada urusan mendadak. Maaf"... Dia segera meremas pelan pundak Uny seakan menunggu jawaban.

"Ah... Baik"... Jawab nya spontan. Ada banyak hal yang ingin di tanya kan nya. Tetapi dia tau itu bisa di lakukan nya di lain waktu.

"Oke... Aku mengandalkan mu dan Il. Jangan lupa makan siang. ²Byee"... Rei langsung berlalu cepat sambil melambaikan tangan nya.

Uny membalas nya dengan anggukan tanda setuju. Il, seseorang yang ada di balik kasir yang menggantikan Rei menatap heran. Pandangan nya langsung dengan cepat ke arah ³monitor.

"10:30? Kenapa dia buru-buru?"... Gumam nya sendiri. Saat dia ingin menanyakan dengan Uny. Satu pelanggan datang ingin membayar belanjaan nya... "Aku harus menunggu"... Batin nya.

---------

Ruangan Kerja, Kantor Direktur.

"Jadi? Apa pendapat Tuan Kim?"... Seorang pria bertubuh tinggi menatap adik nya antusias. Dia ingin sekali mendengar langsung berita baik dari nya sendiri. Apalagi ini merupakan pengalam pertama bagi nya. Ia harus bisa memberikan saran terbaik untuk Adik Kesayangan nya ini.

"Belum tau. Mereka bilang nanti akan di beri kabar"... Dia melihat kearah layar HP milik nya penasaran. Pandangan nya tak ingin di lepas begitu saja.

"Jangan hanya melihat nya kejar dia. Oh aku harus pergi. Ada ⁴Meeting sebentar lagi. Jangan lupa kabari Daddy"...

Tanpa menunggu jawaban dari adik nya dia sudah melengos pergi. Sekarang hanya tinggal dia berdua dengan seorang lagi. Sungguh dia tak tau apa yang harus di lakukan nya sekarang. Tanpa sengaja dia membuang nafas nya dengan kasar.

"Tuan? Apa anda sakit?"... Tentu saja pertanyaan itu di lontarkan oleh nya karena wajan pucat yang di tampilkan nya kini.

"Tidak. Aku hanya sedikit lebih gugup tapi entah kenapa perasaan ku sekarang lebih merasakan takut dengan bersamaan. Apa aku salah langkah Pak Wu?"... Ekspresi nya terlihat frustasi.

Meskipun dia sudah bekerja sangat lama untuk keluarga nya. Akan tetapi dia tak pernah melihat kegelisahan yang di rasakan nya kini dulu. Tetapi apa dia pernah merasakan itu semua? Sungguh semua kalimat itu pun ikut melayang di fikiran nya.

"Saya tidak begitu yakin Tuan. Kita harus sedikit lebih bersabar saja. Bukankah Tuan Kim tadi memberitahu bahwa mereka akan segera memberi kabar?!"... Pak Wu yang menjadi tangan kanan nya kini hanya bisa menjawab dengan tertunduk sopan. Dapat di lihat nya dengan sekilas, sekali lagi raut wajah itu seakan ingin berlama-lama di sana.

Tak ada jawaban lagi dari nya. Dia memiringkan pandangan nya ke arah Jendela. Jantung nya berdegup tak karuan. Dia tau, ini tak sepenuh nya benar. Tetapi, kalau dia yang mengambil langkah untuk mendekati nya secara tiba-tiba. Pasti dia tak akan bisa mengendalikan diri.

"AKHHHH!!! Sungguh ini menyebalkan. Harus nya aku, berbicara dengan nya saat itu"... Dia mengacak rambut nya dengan sangat frustasi.

"Aku ingin berbicara dengan Daddy. Dimana HP ku!?"...

"Ini Tuan"... Serah nya dengan sopan.

Tuk... Tuk... Tuk...

"Klik... Halo?"... "Dad? Ada dimana?"...

"Di Kantor. Ada apa?"... Tanya nya di seberang.

"Eum... Bagaimana aku akan memberitahu nya..."... Sambil menggigit bibir bawah nya, dia membuang nafas kasar sekali lagi.

--------

"Aku apa? Di jodoh kan?"... Rei berusaha duduk dengan tenang.

Tentu saja, ini pertama kali nya mereka membicarakan nya. Dia menatap wajah orang tua nya bergantian. Ingin mencari, kalau saja ada kebohongan di sana. Akan tetapi, sayang nya tidak ada sama sekali.

"Bukan perjodohan. Tapi, dia ingin mengenal mu dulu. Sayang, kamu harus mengerti apa yang Popi sampaikan tadi. Dia hanya ingin mengenal mu dulu"... Tentu saja ini bukan keputusan yang benar. Dia tau betul, apa jawaban anak nya.

"Tidak, aku tidak mau"... Tolak Rei dengan cepat. Dia langsung membuang muka nya karena kesal.

"Tapi Rei, kita hanya akan makan malam sekali saja. Jika kamu tertarik, kalian bisa melanjutkan nya. Kalau kamu tidak suka, tidak masalah menolak nya"... Mommy mencoba membujuk nya.

"Itu sama saja. Kenapa dia tidak mendatangi ku? Terlebih Popi bilang, dia yang datang langsung ke Popi. Apa dia hidup di abad dulu?"... Rei menahan diri nya agar tidak mendengus kesal.

"Kami tau, tapi bukankah itu bagus? Harus nya kamu berkenalan dulu. Popi sudah memberi foto mu ke dia..."... Belum sempat ucapan nya selesai Rei segera bangkit dari duduk nya. Sungguh dia tak bisa lagi menahan semua ini.

"Apa??!! Harus nya Popi minta izin dulu ke aku. Siapa dia?? Apa ini hubungan bisnis? Stop Pi!?? Bahkan Popi tidak pernah melakukan ini sebelum nya. Apa alasan nya? Tapi apapun itu aku tak terima. Bahkan, aku baru 1 Tahun menjalankan usaha ku. Kita sepakat bukan untuk tidak membicara kan ini??"... Sekarang Rei lepas kendali. Dia langsung berlalu tanpa ingin mendengar penjelasan mereka.

Tetapi, baru berapa langkah dia pergi. Mommy memanggil nya dengan parau..."Sayang? Dengarkan dulu"...

Tentu saja, Ibu mana yang mau memaksa anak nya. Tapi dia juga tak tega melihat wajah frustrasi suami nya. Meskipun mereka sudah berdebat sebelum Rei datang. Tetap, mereka tak mendapatkan solusi yang baik.

"Mommy? Aku mohon, aku tidak mau"... Wajah Rei memerah, dia memohon agar semua nya di hentikan.

"Sayang? Kita hanya makan malam saja. Tidak malam ini, tapi akhir bulan. Bagaimana?"... Tetap saja Mommy tak mau mengalah.

Rei menatap Popi yang sedang terdiam. Dia sambil menekan kepala nya pelan... "Ah!!! Laki-laki apa yang membuat Popi sampai berwajah putus asa"... Maki nya kesal. Dia mencoba mengambil nafas dalam dan segera berjalan mendekati mereka.

"Popi. Aku minta maaf, harus nya aku tidak berbicara seperti itu. Aku juga tak ingin tau dia siapa. Tapi, ada apa dengan wajah ini? Ehm?? Biasa nya Popi tak akan mengalah dengan ku"... Rei sudah duduk di samping Popi, sambil menusuk pelan pipi milik nya. Mencoba untuk mencairkan suasana yang ada.

"Sayang, maaf. Bukan nya Popi memaksa, dia hanya ingin berteman dulu dengan mu"... Di genggam tangan putri nya erat... "Dia tak masalah kalau kamu menolak nya. Popi tak tau, kenapa dia tidak mendekati mu saja. Tapi, bukankah niat nya sudah bagus? Dia bahkan mengatakan,... "Jangan paksa dia kalau tidak ingin bertemu dengan ku"... maka nya Popi bingung harus bersikap seperti apa"...

Rei terkejut dengan apa yang di sampai kan oleh nya... "Jangan memaksa? Tapi, kamu membuat Popi ku menderita. Dasar bodoh!!"... Dia semakin kesal... "Oke... Baik, aku mengalah, lagi. Atur waktu nya, kita akan makan malam. Jangan di luar, di rumah saja. Bisa?"... Dia menatap wajah mereka bergantian.

Mereka tak percaya, putri mereka akan menyetujui nya. Dengan cepat mereka memeluk tubuh Rei mesra. Ada perasaan lega untuk ini semua.

"Terima kasih sayang... Cup"... Mommy mengecup kening nya mesra.

Mereka tersenyum bahagia di dalam pelukan. Rei tau, harus nya tidak membuat mereka jadi serba salah. Tapi, siapa yang tidak terkejut sama sekali?... "Aku ingin melihat, Laki-laki bodoh mana yang membuat Popi dan Mommy seperti ini"... Rei tersenyum sinis. Dia akan membuat Laki-laki itu membayar nya.

--------

"Apa aku salah langkah Dad?"... Dia masih sibuk dengan panggilan nya.

"Tidak. Tapi tidak sepenuh nya benar. Kalau kamu tau dia siapa, kenapa harus pura-pura tidak tau. Ingat bukan di saat kakak mu mendekati kakak ipar dia tidak begitu. Jangan hanya karena dia memang orang nya, kamu harus bersikap semau nya"...

Mendengar penjelasan Daddy membuat fikiran nya lebih terbuka. Dengan kasar dia melonggarkan dasi di leher nya.

"Ahk!!! Ini menyebalkan. Daddy tau aku tidak bisa menahan diri ku saat aku melihat senyuman nya. Aku sudah lama menantikan ini"...

Mendengar rengekan anak nya, dia tersenyum senang... "Jadi? Apa dia secantik Mom?"... Tanya nya sambil mengambil sebuah bingkai foto di samping meja kerja nya.

"Tidak. Dia lebih cantik, bahkan aroma nya membuat aku gila"...

"Hahaha dasar anak nakal. Kabari Daddy kapan kalian akan makan malam. Daddy harus melihat seperti apa, orang yang membuat mu gila itu"...

Dia tersenyum pelan di saat mendengar suara tawa Daddy nya... "Aku harap. Mom akan tertawa seperti ini saat ini"... Batin nya sedikit sesak.