webnovel

Chapter 2

"Akhirnya! Heavenly Online aku datang…"

Ishida Kirika terus mengulang kata-kata itu di dalam kepalanya. Hari ini, Jumat 11 Januari 2041, adalah hari peluncuran Heavenly Online yang sudah dinantikan oleh pecinta game di seluruh Jepang. Meski baru mencakup server dalam negeri, Virtue sudah berhasil membuat namanya menjadi pembicaraan hangat di awal tahun ini.

Kirika ada di kamarnya. Sebuah ruang kecil dengan nuansa putih dan oak terang. Meski berukuran kecil, namun dia menatanya begitu rapih. Kamar tidur yang merangkap sebagai ruang kerja hanya memiliki beberapa perabot. Dia sengaja membatasi barang-barang di kamarnya agar ruangan sempit ini terkesan luas.

Dia duduk di atas kursi gaming, menyandarkan tubuhnya pada sandaran empuk dari busa berlapis kulit sintetis berwarna putih. Ya…dia adalah seorang penulis novel fantasi sekaligus pecinta game. Kebiasaannya adalah bermain game untuk mendapatkan ide-ide cerita, meskipun sering kali dia menggunakan alasan itu untuk berlama-lama bermain.

Di hadapannya sebuah monitor berwarna putih sedang menampilkan siaran langsung dari Virtue Station. Acara streaming yang diadakan perusahaan pengembang perangkat lunak permainan video yang bermarkas di Ashikaga Perfektur Tochigi, Jepang.

Seorang pembawa acara yang disebut Online Navigator bernama Honoka Marinka terus menjelaskan tentang waktu server Heavenly Online akan dimulai, juga percakapan singkat dengan sang CEO Virtue Fujihara Setsuna dan bawahannya, game master Leo, Game Master Yukio yang dilakukan secara daring.

Perhatian Kirika terpusat pada Setsuna yang berpenampilan berbeda dari kemarin saat mereka bertemu. Hari ini pria itu menggunakan pakaian kasual, kaus berwarna hitam dengan tulisan Heavenly Online dan bulu-bulu angsa putih mengelilingi tulisan. Dilihat dari penampilannya saat ini, usia pria itu jadi bertambah muda dan jauh dari kesan seorang pemimpin perusahaan. Malahan dia lebih cocok disebut gamer.

"Hmmm…pantas saja dia memintaku untuk ke Ashikaga Renoir, kantor Virtue ada di dekat kafe itu. Sepertinya aku dimanfaatkan." Kirika tersenyum pahit saat mengingat pertemuannya dengan Fujihara Setsuna kemarin. "Tapi, ya sudahlah. Lagipula tawaran yang diberikannya lebih menguntungkan buatku."

Lalu, dia kembali memusatkan perhatiannya pada Virtue Station, melihat video pendek tentang petunjuk cara memaninkan Heavenly Online yang sedang diputar oleh operator acara tersebut membuatnya kembali ingat betapa senang dan antusias dirinya ketika game berjudul Heavenly Online diberitakan besar-besaran di berbagai media.

Dynames Gear yang dibuat Virtue telah menciptakan gaya baru bermain game yang disebut full dive. Namun, mekanisme mesin yang seperti Dynames Gear belum pernah ada sebelumnya. Akibatnya, game-game yang dirilis masih menggunakan teknologi lama jadi kurang diminati. Semuanya adalah game petualangan yang membatasi pemain untuk berjalan sejauh seratus meter di dalamnya, tentu saja pecinta game seperti Kirika akan sangat kecewa.

Di hari pertama penjualan perangkatnya, Kirika dan pecinta game lainnya yang tidak sabar untuk merasakan pengalaman masuk dalam game, sudah mengharapkan Dynames Gear dapat menciptakan dunia virtual yang sesungguhnya dan Heavenly Online bisa memanjakan mereka. Saat melihat trailernya, Kirika menjadi sangat yakin kalau game inilah yang sudah dinantikan semua orang.

Dia pun rela menghabiskan sebagian penghasilannya dari menulis novel untuk membeli Dynames Gear yang harganya melebihi seperangkat komputer ditambah dengan aksesoris gaming miliknya.

Latar game ini adalah sebuah galaksi, dengan tujuh buah planet dengan Heavenly menjadi planet terakhir sekaligus pusat galaksi itu sendiri. Di setiap planet memiliki zona aman juga labirin dengan latar dan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Planet pertama yang menjadi awal dari petualangan pemain adalah Eldian, sebuah planet yang memiliki kawasan hutan hijau, area bersalju, dan reruntuhan abad pertengahan. Latar zona amannya pun dibuat layaknya pedesaan di Eropa.

Sebelumnya, Virtue juga pembuat komputer rumah dan konsol permainan video. Perusahaan ini telah sukses memanjakan para pecinta game dan telah dipercaya banyak orang karena penerapan standar operasional yang ketat.

Saat Virtue mengumumkan bahwa mereka berhasil membuat alat full dive pertama, semuanya langsung percaya dan begitu yakin kalau Dynames Gear aman digunakan.

"Ya ampun! Aku sudah tidak sabar!"

Akhirnya dia tidak bisa lagi menahan dirinya. Peluncuran Heavenly Online masih satu jam lagi dan saat ini pihak Virtue membuatnya lebih tidak sabar karena terus menerus disuguhi video singkat Heavenly Online.

"Beruntung sekali mereka yang terpilih menjadi peserta beta test, aku juga mendaftar tapi tidak mendapat balasan email. Tapi dari ribuan pemain yang terpilih hanya seratus orang. Kenapa tidak dibuat lebih banyak lagi sih? Dasar Fujihara Setsuna-san pelit!" gerutunya sambil mengembuskan napas panjang dan menghentakkan kakinya di lantai yang dilapisi karpet putih berbulu lembut.

"Fujihara Setsuna…apa aku harus menerima tawarannya? Mungkin ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan kemampuan menulisku? Tapi…aku belum bilang apa-apa soal ini pada Hide, juga penerbit. Apa tidak masalah?"

Saat melihat pria itu berbicara, ingatan tentang percakapan mereka pun kembali hadir di pikiran Kirika. Setsuna telah berhasil membuatnya terpesona, aura kepemimpinan pria itu patut diacungi jempol. Dia tegas dalam menjelaskan semua prosedut kerja sama, tapi di sisi lain dia berbicara layaknya kepada seorang teman.

"Sepertinya aku bisa betah kerja di tempatnya," pikir Kirika.

Di saat dia sedang asyik dengan dunia barunya yang sudah di depan mata, ponselnya tiba-tiba berdering. Namun, suara dari Virtue Station dan juga imajinasinya mengalahkan suara kencang lagu salah satu band Jepang yang menjadi nada deringnya. Tapi beruntung dia menyadari getaran ponselnya di atas tempat tidurnya.

"Hide-san?" serunya terkejut. "Apa dia mau menerorku di saat seperti ini?"

Kirika hanya menatap layar ponsel pintarnya yang menunjukkan potret Makoto Hide, editor penerbit tempatnya membuat kontrak. Dia ragu untuk menjawabnya karena tidak ingin merusak suasana hatinya yang sedang bagus. Tapi kalau dia tidak mengangkat panggilan dari si editor, hal lebih buruk bisa saja terjadi. Terakhir kali dia mengabaikan panggilan wanita itu, Hide langsung mendatangi rumahnya dan menghujaninya dengan celotehan yang membuat telinga terasa panas.

"Ada apa Hide-san?" katanya dengan nada suara yang sengaja dibuat seperti anak kecil lugu.

Tapi setelah dia mengatakan hal yang sedikit bodoh itu, dia langsung menjauhkan ponsel pintarnya dari telinga. Bahkan suara si editor kesayangannya itu menyusup keluar meski dia tidak menggunakan pengeras suara.

"Baik…baik… jangan marah begitu dong. Aku akan segera mendapat ide setelah masuk ke dalam game baru ini. Aku janji."

Kirika kembali dengan alasan yang selalu digunakannya agar Hide bisa tenang, namun sepertinya kali ini wanita yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri itu tidak mau berkompromi lagi. Tentu saja, sudah setengah tahun sejak novel terakhirnya rilis—dia selalu beralasan mencari ide melalui game-game baru yang dia mainkan dan tetap tidak ada tanda-tanda akan memulai menulis. Malahan dia terjebak di dalam game hingga lupa waktu dan tanggung jawabnya pada penerbit.

Akhrinya Kirika harus menggunakan cara lain untuk membuat editornya tenang sekaligus mengalihkan perhatiannya sementara waktu. Dia memutuskan untuk menceritakan kejadian kemarin, saat dia mendapat tawaran langsung dari Fujihara Setsuna—pemimpin Virtue, perusahaan pengembang game yang sedang dibicarakan di seluruh media Jepang.