webnovel

Mari kita lanjutkan (21+)

Kinara masih dengan posisi yang sama. Menikmati air hujan yang turun makin deras. Air matanya berpadu menjadi satu dengan air hujan yang membasahi dirinya dan juga alam semesta.

"Kapankah penderitaanku berakhir? aku muak menyaksikan perselingkuhan mereka setiap hari." Kinara menangis sembari tertawa gila.

Di sisi lain. Keano tengah asyik menciumi gadis manis berkulit sawo matang dan bertubuh ideal.

"Mari kita lanjutkan, sayang! " seru Keano sembari menyingkap rok span Alice.

"Maafkan aku, Nara! Aku janji ini adalah kali terakhir aku bercinta dengannya." batin Alice. logikanya menentang keras cumbuan ini, tetapi fantasinya mulai kembali memuncak saat sentuhan lembut Keano menjamah setiap inci tubuhnya.

"Aku akan membuatmu kembali mendesah, sayang." batin Keano sembari memasukkan tangannya ke dalam cd renda tipis yang Alice kenakan, jemari Keano mengusap dinding goa yang menyerupai anggrek merah itu, mulai memasukan jemarinya kedalam surganya dunia. gerakan perlahan itu cukup membuat pinggul Allice menggeliat pelan, meminta tanpa suara, meminta agar Keano memasukan jemarinya lebih dalam lagi.

Alice berusaha keras menahan diri agar tidak bersuara yang pasti akan menyakiti hati Kinara. Tetapi, Allice tidak munafik, dia masih menginginkan sentuhan dari Keano.

"arhh, Ki-Kinara ba-bagaimana?" Alice bertanya di sela desahannya. Dengan tangan yang mulai merayap, mengusap dada bidang Keano, sedikit memainkan kismis mini di dada Keano, dan hal itu jelas sangat di sukai Keano.

"Lupakan dia!" sahut Keano, kembali memberikan kissmark di leher gadis pujaan hatinya.

Alice kehilangan kendalinya. Dia kembali menyambut sentuhan Keano. jemari lentik yang sejak tadi di dada Keano, mulai merayap turun, menyentuh batang kekar, yang selalu berhasil menerbangkan sukmanya hingga ke langit ketujuh.

"Jika dia kembali. jangan hiraukan dia! buar saja dia menonton kita berdua dan melihat betapa pandainya kau memuaskanku." Keano memaju mundurkan jari tengahnya, lalu dia ikut memasukkan jari telunjuknya ke dalam liang hangat yang mengakibatkan Alice makin terbang melambung tinggi.

Keano merebahkan Alice ke atas ranjang dengan sangat perlahan, mulai mengungkungya, meremas bukit kembar dengan lembut, penuh kasih sayang, begitu pun dengan Allice, dia memijat batang kekar itu, hingga membuat Keano tidak bisa bersabar lagi.

"Sial! Sentuhannya selalu membuatku hampir gila," umpet Alice dalam hati, mulai merasakan batang pusaka itu mulai menyentuh goa hangat milik Allice.

Suara kecipak basah dan hentakkan itu terdengar begitu menggoda, menaikan hasrat keduanya.

Setengah jam lamanya bergumul. Akhirnya Keano sampai juga di puncaknya. Dia mengeluarkan semua cairan kentalnya di dalam lubang hangat itu.

Alice yang tengah di buai kenikmatan hanya bisa menyetujui keinginan Keano tanpa berpikir terlebih dahulu.

Keano mengeluarkan senjatanya hingga menimbulkan suara yang bersensasi luar biasa. Keano duduk di tepi ranjang sembari menatap Alice yang masih mengangkang membiarkan cairan kentalnya itu jatuh ke atas sprai putih itu.

"Apa kau mau lagi?" Keano mulai menggoda Alice yang masih di posisi yang sama.

Alice hanya diam tenggelam dalam lamunan menyesali apa yang baru saja dia perbuat dengan suami orang lain ini.

"arghhg ..." Spontan Alice kembali mendesah kala Keano kembali memasukkan jarinya ke dalam lubang hangat itu.

Sensasi suara becek itu membuat keduanya kembali berfantasi liar.

"Aku akan memuaskanmu sayang." ucap Keano lembut sembari mendorong tubuh Alice ke samping.

Kini posisi Alice tidur menyamping ke kanan. "Arghh suh suhdah Kean! akh akhu lelah." Alice beralibi klasik.

jelas ini bukan Alice yan Keano kenal. Alice kekasihnya itu tidak akan puas dengan satu ronde saja.

"Apa kau yakin?" Keano membelai lembut perut datar Alice.

Dia membelainya kebawah, kebawah dan keawah. "arhh... Sudahlah. Ka-kau janghh jangh-an menggodaku." Alice merintih keenekan. mulutnya melarang tetapi dia tidak menepis lengan Keano sama sekali.

Keano sang pria tampan berkulit putih berdrah Indo campur Germany itu hanya tersenyum tipis mendengar desahan Alice.

Sementara Kinara. Dia masih asyik menikmati hujan.

Separuh jiwanya seakan hilang entah ke mana. Kinara pikir mencintai Keano itu menjadi jalan ninjanya untuk mencapai bahagia dan melupakan Nanda.

Tetapi ... nyatanya. Itu hanya menambah derita di hidupnya.

*

1 jam lamanya Kinara duduk menikmati hujan hingga bibirnya membiru dan tubuhnya pun begitu menggigil.

"Hei! sedang apa kau di situ? apa kau sedang mencari penyakit agar aku dimarahi oleh daddy?" Kinara menoleh kearah suara yang berasal dari belakangnya.

Kinara memalingkan pandangan. menatap mawar merah yang bergoyang-goyang karena tetesan air hujan.

"Sudah. Kau jangan main hujan lagi nanti kau sakit!" Teriak Keano lagi.

"Apa pedulimu jika aku sakit. Aku yang akan merasakannya bukan kau!" sahut Kinara datar sembari menahan luka di hatinya.

Sejak kejadian tadi. Menatap wajahnya hanya membuat Kinara makin terluka. Bagaimana bisa? dia melakukan itu dengan perempuan yang belum sah dengannya. sementara Kinara ... Dia belum pernah di sentuh sama sekali oleh Keano.

Kinara menunduk menatap lengan yang mengenggam tangannya. Kinara mendongkak menatap Keano yang berdiri di hadapannya tanpa mengenakan pakaian, dia hanya mengenakan boxer pendek saja.

"Mau apa kau kemari? pergilah! kasihan selingkuhanmu jika di tinggal sendiri." cetus Kinara sembari memutar tangannya agar lepas dari cengkraman Keano.

"Alice sudah pulang!" jawabnya sembari menarik kasar tangan Kinara. hingga dia berdiri tepat di hadapan Keano.

"Lantas? karena dia sudah pulang, kau jadi membutuhkanku? begitu?" tanya Kinara dengan suara seraknya.

Keano hanya diam memandangi paras cantik Kinara. bola mata berair itu kini terlihat begitu memerah. bibir ranumnya makin membiru.

"Pergilah!" Kinara mendorong dada bidang Keano.

"Masuk sekarang juga! kalau tidak-"

"Kalau tidak apa? kau akan memukulku? menendangku?" ujar Kinara sinis. "Lakukanlah di sini! setelah itu biarkan aku tetap di sini!" seru Kinara dengan suara yang bergetar akibat kedinginan dan juga menahan sakit di dalam hatinya.

"Kau jangan sok mencari perhatianku! Aku begini karena aku tidak ingin di marahi daddy, aku tidak ingin dianggap tidak becus mengurus istri bebal sepertimu!" 

"Jika aku sakit. aku tidak akan mengatakan apapun pada daddymu!"

"Kau tidak tau sekeras apa daddy. dia tetap akan menyalahkanku!" hardik Keano.

"Mengapa ka-"

"Sudahlah. jangan banyak bicara!" Keano meneret tangan kanan Kinara dengan begitu kasar.

Kinara menghentikan langkah berusaha keras untuk melepas cengkraman Keano.

Berhasil. Keano ikut menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Kinara. Keano menggeretakan giginya dan sejurus kemudian Kinara pun di bopong oleh Keano.

Kedua mata Kinara membulat dengan sempurna dengan tangan yang spontan dia kalungkan ke leher Keano. Kinara menatap wajah tampannya yang telah basah oleh air hujan. dan itu membuatnya begitu sexy.

Sifatnya yang plin-plan seperti inilah yang berhasil membuat Kinara tanpa sadar menaruh hati padanya. Namum sayang, perasaan Kinara itu bertepuk sebelah tangan.

Keano mendudukan Kinara di sofa kecil yang berada di teras halaman belakangnya.

Tanpa berkata apapun lagi. Keano segera bergegas pergi masuk kedalam rumah megahnya ini.

Kinara hanya diam berusaha mengatur ritme deru napas dan juga detak jantungnya.

Kini seluruh tubuh Kinara begitu mati rasa, hingga untuk berdiri pun rasanya begitu sulit.

Di sisi lain. Keano tengah mengganti celananya yang basah kuyup akibat derasnya hujan. Dia tidak berubah, dia masih Keano yang hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memedulikan perasaan istrinya.

Kinara bukan di nomor duakan. melainkan dia selalu menjadi urutan terakhir dalam hidup Keano.

Keano menatap pintu yang terbuka. Menantikan kehadiran Kinara. Namun, sampai dia selesai mengenakan pakaian pun, Kinara masih belum datang juga.

"Dia memang sedang mencari perhatianku. dia pikir dia siapa? dia hanyalah sebuah benalu." gumam Keano sembari menyisir rambutnya kebelakang tepat di hadapan cermin besar berwarna hitam pekat