6 Lo Siapanya Gue emang?

Anin memasuki toko helm. Ia mencari helm yang pas untuk dirinya.

"Mbak, yang ini berapa?" tanya Helm kepada penjaga toko sambil memegang helm pilihannya.

"Seratus enam puluh ribu mbak" ramah penjaga toko itu.

"Gak kurang ini?? Mahal bingits... Yang punya mana mbak yang punya?" tanya Anin sambil jinjit melihat sekeliling.

"Ada di kasir mbak... Mari saya antar" Anin mengikuti penjaga toko itu. Mereka pun sampai pada kasir.

"Bos, mbaknya mau tawar harga" ucap penjaga toko itu pada bosnya.

Seseorang yang dipanggil Bos itu pun memperhatikan Anin dari atas sampai bawah.

Anin mengernyitkan keningnya.

"Gitu amat ngelihatnya ko... Iyaiya saya buriq emang iya" dumel Anin.

"Ah enggak..." ucap Pemilik Toko yang dipanggil Koko oleh Anin karena ia adalah chinese.

"Ko, kurangin lah... Jangan mahal-mahal donk" bujuk Anin.

"Lu mau harga berapa?"

"Seratus"

"Bo la...(Enggaklah) Murah banget kalau segitu... Gak dapat untung"

"Lah jadi berapa? Bo la bo la... Seratus ne??"

"Tambahin dikit.."

"Gak mau deh.. Gak jadi beli helm .. Saya pinjem aja.. Nih ko helmnya saya balikin" Anin meletakkan helm itu di meja. Bos itu pun langsung mengejar Anin yang berjalan ke luar toko.

"Tunggu tunggu.... Lu mau helm kan ya?"

"Gak deh mahal.."

"Wa kasih gratis mau ya lu?"

"Ah bercanda koko.. Gak lucu ah.. Saya mau ke polres ini"

"Beneran.. Gratis... Tapi, wa minta nomor lu"

"Aduh... Main-main koko..."

"Seriusan serius... Nama wa Liam.. William. Panggil Liam.. Lu?"

"Oh aku Anin..."

"Halo Anin... Ini helm buat lu... Tapi wa minta nomor lu ya?"

'Huaaa... Boleh nih dapet helm gratis modal nomor handphone doank wkwkw...' Batin Anin.

"Boleh ko boleh..." Anin merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.

"Nih nomor saya..."

"Sebentar saya save dulu.." Liam mengetik nomor Anin dan menyimpannya.

"Kamsya Anin"

"Sama-sama koko..."

"Yaudah ini ambil helmnya... Sering-sering ke sini ya"

"Asyiappp... Thank You koko handsome"

"Eh? Handsome?"

"Iya... Koko kan handsome"

"Ha Kamsya kamsya...." Liam tersenyum senang.

"Yaudah ya ko aku pergi.. Mau ke polres"

"Siap Anin... Bye bye"

"Bye ko"

....

Hanan tengah duduk di kursi kerjanya.

"Kok belum ke sini sih si Anin... Dah jam setengah 3 ini lho... Entar lagi kan gue pulang" gumam Hanan.

Alex menghampiri Hanan.

"Nan, gue bawa donat nih... Dari si Vika. " Alex menghampiri Hanan.

"Males gue ah gak selera" tolak Hanan dan menjauhkan donat itu dari hadapannya.

"Yeee lu mah gitu amat... Si Vika noh naksir sama lo"

"Bodo amat lex gue gak suka"

"Aneh lo... Polwan di sini cakep-cakep tapi satu pun kagak ada yang ngena di hati lo"

"Cinta gak bisa dipaksa."

"Iya dah iya tahu gue..."

"Polsogan!!!!" Anin menemui Hanan di ruangan itu.

Hanan yang tengah ngobrol dengan Alex pun mengalihkan tatapan mereka pada Anin.

"Kalau masuk itu permisi. Ketuk pintu." Hanan.

"Yaudah sih udah terlanjur masuk juga. Bawel" ketus Anin.

"Hm.. Ngapain ke sini?"

"Mau balikin helm lah... Mana helm bapak berat banget lagi. Pusing kepala saya"

"Yaudah gak usah dipakai"

"Ya nanti kalau gak dipakai kena tilang lagi kayak kemarin. Habis donk duit bapak saya buat bayar tilang doang"

"Halah kamu juga kemarin bayar gak pakai duit kamu"

"Yeee tetap aja saya ganti duit tuh dosen. Mohon maaf ya saya gak suka utang budi sama orang"

"Gaya banget..."

"Biarin.. Nih helmnya.. Saya udah punya helm baru..."

"Oh ya?"

"Iya dong"

"Dapet dari mana kamu?"

"Enak aja dapet.. Belilah"

"Masa?"

"Eh enggak deng... Tadinya saya mau beli di toko helm, eh pemilik tokonya malah ngasihin helm buat saya..."

"Kalau halu jangan ketinggian"

"Ihhh gak percaya yaudah... Orang dianya gak mau dibayar. Dia minta nomor handphone saya doank"

Deg!

'Ok saingan gue banyak... Lo emang spesial nin' Batin Hanan.

"Terus kamu kasih?"

"Yaiyalah gimana sih kan udah dikasih helm"

"Oh"

"Udah ya helm bapak udah saya balikin. Kalau begitu saya permisi" Anin akan memutar badan untuk keluar namun...

"Tunggu..." panggil Hanan yang membuat Anin memutar kembali badannya.

"Apalagi bapak????"

"Kamu gak mau gitu bilang makasih? Atau balas utang budi ke saya?"

"Lah emang bapak udah ngelakuin apa ke saya? Buat baik enggak, bikin kesal iya"

"Saya udah pinjemin helm saya ke kamu.. Kamu tahu, karena kamu semalam saya pulang tanpa helm"

"Lah itu salah bapak lah.. Suruh siapa pinjemin helmnya ke saya?"

"Kamu memang tidak pernah menghargai saya!" Hanan kesal dan meninggalkan ruangan itu sambil membawa helmnya. Anin mematung di tempat.

"Kenapa??" Anin bertanya pada Alex.

"Seharusnya kamu memperlakukan Hanan sama seperti kamu memperlakukan orang lain. Kalau ada orang yang menolong kamu di luar sana, lalu kamu balas juga dengan kebaikan. Maka, lakukan hal yang sama dengan Hanan. Mbak, Hanan itu semalem rela pulang malem sampai nunggu keadaan lalu lintas sedikit sepi karena dia gak mau pengendara lain ngelihat ada polisi yang gak pakai helm sewaktu mengendarai motor. Hanan juga pulang cuma pakai kaos dan sendal jepit supaya kalau pun ada pengendara yang ngelihat, mereka gak tahu kalau dia itu polisi. Saya jarang atau bahkan gak pernah lihat Hanan sampai segitunya. Harusnya mbak menghargai dia" jelas Alex dan ikut meninggalkan Anin.

"Maaf.... Gue gak tahu kalau lo sampai sebegitu nya..." lirih Anin dan langsung berlari mengejar Hanan. Hanan sedang di parkiran. Ia menaiki motornya dan memakai helmnya.

"Hanan!!! Tunggu!!" ucap Anin sedikit teriak saat hampir dekat dengan Hanan.

Hanan meliriknya sekilas dengan tatapan kecewa.

Hanan mengabaikan panggilan Anin dan melajukan motornya.

"Hanan.... Hiks...." lirih Anin sambil terduduk saat melihat Hanan mengabaikannya. Hanan melihat Anin dari spion motornya. Ia tak tega dengan perempuan itu.

"Hanan hiks... Maaf...." Anin menangis. Bahkan ini adalah hal yang langka. Seorang Anin menangisi seorang lelaki yang bahkan baru ia kenal. Tak tega, Hanan pun memutar lajunya dan menghentikan motornya tepat di samping Anin. Hal tersebut menjadi pusat perhatian polisi dan polwan di sana. Hanan turun dari motor.

"Bangun bodoh!" ketus Hanan pada Anin.

"Gak... Hiks..."

"Anin bangun!" tegas Hanan.

"GAK MAU!!!!"

"Ngapain sih kayak gitu?"

"Lo yang kenapa?!"

"Kok gue sih?!"

"Iya elo! Kenapa lo tinggalin gue gitu aja?"

"Lah? Lo siapa nya gue emang?"

Deg!

"Yaudah iya bukan siapa-siapa!! Maaf" Anin berdiri dan meninggalkan Hanan. Ia berlari ke arah motornya. Sungguh, ia malu menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.

"Argh!!! Hanan bodoh!!!" Hanan merutuki dirinya sendiri dan memukul kepalanya. Hanan berlari mengejar Anin.

"Anin... Nin, tungguin gue" Hanan mengejar Anin. Anin tak peduli. Ia terus berjalan ke arah motornya.

Hingga saat Anin akan memakai helm, Hanan mencegahnya.

"Lo mau pergi gitu aja setelah lo buat gue putar balik laju gue?" Hanan

"Gue gak peduli!"

"lo kenapa sih?!"

"Gak! Gue cuma mau minta maaf karena gue gak bisa menghargai lo. Gue mau bilang makasih karena lo udah mau pinjemin helm lo ke gue. Lo bahkan rela kayak gitu cuma karena gue yang bukan siapa-siapa elo"

"Anin... Lo ngomong apa sih?"

"Gue cuma mau ngomong gitu. Ok, kita Udah gak ada urusan lagi"

"Anin..."

"Gue mau pulang!"

"Dengerin gue!" tegas Hanan

"Apalagi?!"

"Gue mau lo bersikap adil ke gue..."

"Apa sih?! Gue gak ngerti maksud lo? Kita ini gak ada hubungan apa-apa. Udah ya udah"

"Kenapa nin?"

"Udah ya pak.. Saya mau pulang"

"Kenapa kamu gak bisa adil ke saya?"

"Karena pertemuan awal kita itu menyebalkan! Saya benci! Bapak tahu? Saya membenci POLISI!!"

"Kenapa kamu membenci polisi?"

"Pokoknya saya benci! Saya gak mau kenal sama polisi!"

"Tapi kamu sudah mengenal saya"

"Gak! Kita belum kenal!"

"Kamu anggap saya apa?" lirih Hanan

"Please pak.. Jangan buat saya tertekan kayak gini"

"Saya gak bermaksud membuat kamu tertekan"

"Pokoknya saya gak mau kenal bapak lagi!"

"Anin... Saya akan membuat kamu tidak lagi membenci polisi"

"Saya gak mau pak! Saya gak suka!"

"Tapi kenapa?"

"Pokoknya saya gak suka polisi titik!"

"Kamu egois!"

"Terserah! Jangan membuat saya jadi topik terhangat mereka semua pak. Lepasin saya! Saya mau pulang! Lebih baik bapak urus semua fans bapak"

"Saya gak butuh mereka.. Saya butuh kamu"

"Saya gak peduli! Jangan mengatakan hal bullshit!"

"Nin... Saya-"

"Sudah cukup pak... Saya mau pulang!" Anin melepaskan genggaman Hanan. Ia mengendarai motornya dan meninggalkan area polres.

"Argh!!!!!" Hanan menjambak rambutnya.

Yeay!!!!!

Thank You<3

avataravatar
Next chapter