1 First Meet

Masa pengenalan kampus yang biasa dikenal dengan sebutan OSPEK penuh beragam cerita seram soal perlakuan dari para senior.

Tak jarang menimbulkan kecemasan sendiri bagi Mahasiswa baru, termasuk aku. Namun, bang Taeyong yang kebetulan sebagai pengurus OSPEK tahun ini memberitahuku, bahwa metode pelaksanaan OSPEK sudah berubah.

Pengawasan kampus lebih diperketat dan ancaman sanksi dikeluarkan dari kampus, hingga hukuman pidana bagi senior yang masih nekat melakukan kekerasan fisik kepada Maba membuat nyali para senior seketika menciut.

"Diingat ya dek, selama kamu OSPEK nanti jangan bertemu dengan abang dahulu, sampai kegiatan Orientasi dan Pengenalan Kampus selesai." ucap abangku sebelum meminum susu kalengnya.

"Memangnya ada apa sih bang? mengapa harus seperti itu? lagi pula bunda senang kok adek bisa keterima di kampus kamu, setidaknya kamu bisa jagain dia juga."

Aku menganggukkan kepala menyetujui pernyataan bunda, memangnya mengapa jika yang lain tahu aku adik dari seorang Lee Taeyong? apa abang malu memiliki adik sepertiku?

"Justru itu bunda, Taeyong pastikan jaga adek dari jauh. Abang hanya takut mahasiswa yang lain merasa adek dianak emaskan karena adanya abang sebagai pengurus OSPEK nantinya."

"Paham maksud abang kan dek?"

"Iya, bang."

"Yasudah biar ayah aja yang mengantar adek ke kampus." ucap ayah membuat bunda memperlihatkan kedua ibu jarinya seraya tersenyum sumringah.

Biasanya ayah dan bunda akan lovey dovey setelahnya tapi tidak untuk kali ini karena aku yang sedang terburu-buru, takut jika nanti terlambat, sebab hari ini merupakan hari pertamaku OSPEK.

••••

Aku berjalan menyusuri koridor dan melihat lapangan yang sudah dipenuhi oleh para senior dan Mahasiswa baru. "Cepat kumpul ya! buat barisan yang cowok di sebelah kanan dan yang cewek di sebelah kiri."

"Bisa lebih cepat nggak?!" ucap senior dengan suara lantang, terkesan galak dan judes di waktu yang bersamaan.

Bukannya ikut berlari menghampiri mereka, aku terdiam sesaat mengamati kakak galak tadi yang bernama Kim Doyoung, aku mengetahui namanya dari name tag yang tersemat pada almamaternya.

"Saya hitung sampai tiga, kalau dalam hitungan terakhir kalian belum menemukan barisan. silahkan berdiri di hadapan saya." mendengar kak Doyoung yang berbicara demikian membuatku kalang kabut, pasalnya aku masih di area koridor.

Sekuat tenaga aku berlari menuju tengah lapangan. Namun, sialnya aku ditabrak oleh seseorang hingga membuat rambutku tersangkut di kancing kemejanya.

"Sorry-sorry, gue tadi buru-buru soalnya."

Aku mendongakkan kepalaku sedikit ke arahnya meskipun menahan rasa sakit karena rambutku yang kian tertarik.

"Jangan banyak bergerak nanti makin susah gue lepasinnya." peringatnya.

Sial, aku kembali terjengit merasakan sakit kala dia menarik rambutku kasar.

"Sorry gue nggak sengaja, ini rambut lo nggak lo sisir atau bagaimana? rambut lo kusut banget, susah buat gue lepasin."

Sialan! apa kakak ini mengataiku?

Aku melirik ke arahnya guna mencari tahu siapa namanya. "JUNG JAEHYUN" gumamku pelan.

"Lo bisa diam nggak? jangan banyak bergerak makin kusut ini." omelnya yang membuatku sedikit tersentak kemudian beringsut mundur. Kembali, aku meringis saat rambutku semakin tertarik menjauh.

"Gue bilang juga diam aja, sakit kan? agaknya susah buat gue melepas rambut lo dari kancing gue."

"Saya bawa gunting kok kak."

"Lo yakin, nggak apa gue gunting rambut lo?"

"Ya dari pada saya telat kak, itu kakak yang di sana seram, buat saya takut. Takut diterkam." balasku acuh dan terkesan jujur, bukannya mengambil gunting yang aku ulurkan, kakak itu justru terkekeh mendengar jawaban dariku.

"Doyoung memang begitu, dia ketua OSPEK. Kalau lo mau tahu, ada yang lebih garang lagi selain dia... namanya Taeyong."

Aku beringsut mundur kala merasakan rambutku yang sudah tidak tertarik lagi, kemudian menatap kakak yang berdiri di hadapanku ini sedang merapikan jas almamaternya.

"Kenapa melamun? cepat gabung ke barisan, sorry ya?" aku mengeryit kebingungaan saat dia menunjuk rambutku. "Nanti lo rapihin rambut lo lagi di salon." setelah mengucapkan kalimat itu, dia berlari ke tengah lapangan, meninggalkanku yang masih terpaku.

"Senyumannya manis."

Aku menggelengkan kepala pelan mencoba kembali untuk fokus dan berlari menuju tengah lapangan.

"Kamu?" tunjuk kak Doyoung saat melihatku berlari ke tengah lapangan menuju barisan perempuan berkumpul.

Aku melirik ke kanan dan ke kiri mencari seseorang yang sedang ditunjuknya.

"Kamu yang barusan berlari dengan rambut berantakan seperti singa, kemari? berdiri di depan barisan."

"Sorry Doy, tadi dia bantuin gue dulu makanya telat."

Aku mencari keberadaan suara kakak yang menabrakku tadi, dia sedang membantuku agar tidak terkena hukuman.

"Lo apa-apaan sih Jae? bikin gue malu aja." gumam kak Doyoung yang masih bisa aku dengar. Kak Jaehyun hanya tertawa mendengar omelan dari ketuanya itu. "Setelah ini temui gue."

Aku kembali melanjutkan langkahku ke arah di mana kak Doyoung berdiri, tapi langkahku dihentikan ketika kak Doyoung kembali bersuara dan memintaku untuk segera ke barisan. "Berhenti di situ, balik ke barisan kamu."

Okay, terima kasih untuk kakak tingkat yang bernama Jung Jaehyun.

Saat sampai di barisan, aku bertemu pandang beberapa kali dengan kak Jaehyun. Terkadang ia tersenyum ke arahku membuat teman-teman yang lain ikut berbisik.

"Eh jangan berisik nanti kak Duyung marah." ucap salah satu mahasiswi baru yang aku tak tahu namanya karena kami belum sempat berkenalan.

Sejujurnya aku menahan geli saat mendengarnya memanggil kak Doyoung dengan sebutan kak Duyung.

"Liat deh kakak tampan itu melirik dan tersenyum ke arah sini terus."

"Iya dia senyumin gue tahu." sahut wanita berambut pirang.

"Yang mana sih Ta? yang tinggi itu atau yang satunya, dia juga tampan seperti anime hidup."

Mengapa mereka berisik sekali? aku jadi tidak fokus mendengar kak Doyoung yang sedang berbicara.

"Kalian bisa istirahat sekarang, setelah satu jam beristirahat kembali dengan barisan seperti ini, yang rapih karena kalian bukan anak kecil lagi."

Terlihat para senior telah membubarkan diri, kami mengikuti jejak mereka untuk membubarkan diri dan menjauh dari area lapangan karena matahari semakin terik.

Aku mengedarkan pandanganku mencari sosok bang Taeyong. Saat retinaku menangkap sosoknya, aku melihatnya yang sedang berbicara dengan pengurus OSPEK yang lain, ada kak Jaehyun, kak Doyoung dan juga dua senior yang tidak aku tahu namanya.

"Hai?" ucap seseorang menepuk bahuku.

"Aku Joana, kamu?" aku menerima uluran tangan darinya dan tersenyum sesaat.

"Alleta." balasku singkat.

"Ingin ke kantin? aku sedikit lapar karena belum sempat sarapan. Apa kamu mau bergabung?" tanyanya.

"Boleh, aku belum memiliki teman jadi aku sedikit canggung berada di sini."

"Lo kenapa bisa telat Jae? bisa-bisanya pengurus OSPEK telat saat hari pertama." tanya Kak Doyoung, aku mengamati mereka sebelum melewati tempat mereka berkumpul.

"Gue kan udah bilang Doy, dia bantuin gue tadi makanya kita sama-sama telat. Kita berdua udah lama sampai kok sebelum lo teriak dan menghitung angka semacam anak baru belajar menghitung."

Aku melirik ke arah bang Taeyong yang sedang menatapku saat aku melewatinya. "Permisi kak." bukan aku yang mengeluarkan suara melainkan Joana yang ada di sebelahku.

"Lho ini kan ya bang yang tabrakan sama lo? gue rasa kalian emang berjodoh."

"Berisik lo Chan." tegur bang Taeyong.

Aku hanya tersenyum ke arah mereka, bukannya untuk tebar pesona karena sebetulnya aku tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.

"Tunggu." langkahku dan langkah Joana terhenti saat kak Jaehyun menarik lenganku pelan.

"Temui gue setelah OSPEK usai, gue mau menebus kecerobohan gue tadi." jelasnya yang langsung dihadiahi teriakan heboh dari teman-temannya.

"Cie-cie sebentar lagi nggak jomblo."

"Gerak cepat banget deh lo Jae."

"Kalian pergi aja sebelum waktu istirahat habis." usir bang Taeyong. Aku melenggang pergi tanpa melihat ke arah mereka, sungguh aku malu sekali rasanya.

avataravatar
Next chapter