1 Prolog.

Kamu tak ubahnya bagian kecil memori kepalaku, yang kelak pergi dan menjadi masa lalu.

•••

Berkutat dengan buku-buku adalah kesukaan Lala, gadis berusia sepuluh tahun yang kini masih duduk di bangku kelas lima SD itu memang selalu meraih peringkat pertama di kelasnya, bahkan beberapa kali meraih juara saat mengikuti olimpiade antar sekolah. Prestasi yang membanggakan, bukan?

Selama ini Lala hanya sibuk belajar dan belajar, dia jadi jarang bermain dengan teman sebayanya, buku yang jadi pengganti mereka. Alhasil, Lala jarang keluar rumah, dia akan bermain jika Lisya—sepupunya—datang ke rumah, juga dengan satu makhluk yang Lala anggap menyebalkan.

Mereka teman satu komplek, rumah pun berhadapan, sayangnya Lala tak pernah menyukai tingkah laku bocah laki-laki bernama Antares Gema itu. Ares memang seperti laki-laki kebanyakan yang nakal, suka bola dan membuat onar di sekolah, tapi ada sisi lain yang cukup menggelitik dari bocah itu; suka merayu dan ngegombal pada siswi di sekolahnya, entah adik atau kakak kelas. Lala selalu risi jika melihat Ares tengah menggoda temannya, kadang ia membawa bunga yang diambilnya dari tanaman tetangga hingga kelakuan nakalnya diadukan kepada sang ibu, juga pernah membuat surat cinta kepada seorang guru muda yang cukup cantik.

Terkadang Lala ingin protes, kenapa mereka harus bertetangga dan satu kelas juga? Ingin sekali Lala memanggil jin Aladin dan memintanya untuk menghilangkan Ares dari dunianya, dunia yang hanya Lala ingini untuk diri sendiri.

Seperti siang ini, mereka berdua tengah duduk bersila di balik meja ruang tamu kediaman Lala sembari berkutat dengan buku-buku yang sudah memenuhi meja. Banyak PR yang harus dikerjakan oleh keduanya, mereka duduk berseberangan.

Saat Lala sibuk mengerjakan tugasnya, Ares pun terlihat sibuk dengan buku dan pensilnya, sayangnya bukan sibuk mengerjakan tugas—melainkan gambar yang ia anggap sebagai dirinya dan Lala. Bahkan di atas kepala gambar manusia ala bocah SD yang dibuatnya pun ia bubuhi nama Lala dan Ares.

"La," panggil Ares melirik sejenak temannya.

"Hm."

"Lala sibuk banget."

"Namanya juga belajar, bukannya kamu juga belajar?"

"Iya sibuk, sibuk mikirin masa depan kita, La," celetuk Ares mulai mengeluarkan jurus pamungkas ala playboy cap kaleng sarden.

Tatapan tajam Lala menghunus Ares sepersekian detik, gadis itu kembali fokus belajar.

"La, kalau kenaikan aku jadi pindah, Lala jangan kangen ya, katanya berat. Kayak yang di tivi-tivi itu," ujar Ares.

"Pindah ya pindah aja, mau kamu ke gua, ke gunung atau tenggelam di laut pun, aku nggak akan peduli, Res."

"Serius? Nanti kangen, banyak yang bilang di sekolah kalau aku ini laki-laki yang ngangenin, La. Masa kamu enggak bilang kayak gitu."

"Ini mulut aku, bukan punya mereka!" ketus Lala yang mulai kesal.

"Oh iya, La. Ini aku bikin gambar kita berdua, kata orang-orang bilangnya couple goals banget." Ares meletakan kertas berisi gambarnya pada buku yang tengah Lala kerjakan, otomatis fokus Lala terganggu, ia menatap gambar itu sekilas lantas meremasnya hingga tak berbentuk.

"Ares ngapain, sih! Udah aku bilang kalau masih kecil nggak usah bahas pacar-pacaran!"

"Berati, kalau udah gede boleh dong. Bisa, kan, La? Aku ganteng, kamu cantik. Cocok!"

Lala bisa stres berlama-lama menghadapi kelakuan absurd bocah laki-laki itu, ia menutup buku cetak lantas menggulungnya dan beranjak sembari mengangkat buku itu seperti hendak memukul Ares.

"Pergi nggak dari rumahku!" bentak Lala seraya melotot, tapi makin menggemaskan.

"Lah, kenapa jadi galak gitu. Besok aku pindah pasti kamu cariin, La."

"Enggak! Pergi aja sana ke ujung dunia, biar aku nggak lihat kamu selama-lamanya!" Lala mulai mendekati Ares, bocah itu spontan berdiri karena ngeri dengan buku di tangan Lala.

"La, turunin bukunya. Ares takut."

"Pergi dari rumahku atau aku pukul kamu pakai buku ini sekarang!" ancam Lala tak main-main.

"Kenapa malah lebih galak dari anjing Bu Minarsih, sih."

"ARES!!!"

Ares lantas melarikan diri keluar rumah Lala karena gadis itu hendak memukulnya dengan buku tebal, Lala terduduk lemas setelah emosi yang cukup membuatnya hilang tenaga, ia besyukur karena Ares akhirnya pulang ke rumah, belajar Lala jadi takkan terganggu lagi.

***

avataravatar
Next chapter