webnovel

1. Jahat

"Aku memilih menjadi jahat karena saat aku menjadi baik banyak orang yang meragukan kebaikanku dan mencari-cari kesalahanku serta berusaha membuatku terlihat jahat di mata semua orang."

- Laura Chintya Bella

***

Gadis itu berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Seragam SMA yang dia kenakan terlihat berantakan dengan baju yang dikeluarkan, dua kancing teratas yang masih terbuka dan dasi yang diikat asal-asalan. Tasnya disampirkan di bahu kanannya, dan tangan kirinya membawa sepatu yang didominasi putih dengan garis-garis hitam disekitarnya. Tangan kanannya menyambar roti yang sudah berada di meja makan.

"Sialan! Bisa-bisa gue telat lagi!" Laura mengumpat dengan mulut yang mengunyah roti sambil berlari keluar rumah menghampiri mobil hitam yang sudah menunggunya.

Hari Senin, hari yang Laura benci sekaligus disenangi. Benci karena adanya upacara yang membuatnya berdiri di bawah sinar matahari dan mendengar pidato yang tak pernah kunjung selesai. Senang karena hanya di Hari Seninlah hanya ada dua mata pelajaran saja, tidak seperti hari-hari yang lainnya yang jadwalnya selalu padat.

Tin! Tin!

"Berisik!" Laura berteriak seraya melempar sepatunya ke dalam mobil dan mengenai sang pengemudi.

"Aduh! Lo pagi-pagi udah kasar aja, Ra." Vikram mengaduh dengan tangan yang mengelus dahinya yang terkena sepatu Laura.

Vikram Andreyson, pria itu memperhatikan Laura yang sudah duduk di jok sampingnya. Tatapannya meneliti penampilan Laura yang sangat berantakan. "Ck ck ck, pelajar macam apa yang pakai seragamnya berantakan gini?"

Laura menatap sinis Vikram yang memakai kaos biasa dengan celana sekolah sedangkan kemeja putihnya berada di jok belakang. "Dasar gak sadar diri!"

Vikram terkekeh sambil menggaruk tengkuk lehernya. "Tenang aja, Ra. Di gerbang enggak ada penjaga sama guru kok. Kita kali ini lolos dari hukuman."

"Tahu dari mana lo?" Laura melirik Vikram yang sedang senyum-senyum sendiri sambil mulai menjalankan mobilnya. Sahabat Laura yang satu ini memang agak miring otaknya.

"Ah, lo kayak enggak tahu gue aja. Gue menggunakan kelebihan gue untuk mengetahuinya."

Sombong sekali...

Laura hampir saja melupakan fakta bahwa Vikram itu seorang cenayang. Dia bisa mengetahui masa depan, tetapi itupun tidak bisa seenaknya saja. Terkadang dia tanpa sadar mendapatkan penglihatan mengenai masa depan seseorang. Vikram juga bisa mengetahui masa depan sesuai keinginannya, tetapi akan menguras tenaga yang cukup besar.

"Enggak guna banget lo pakai kelebihan lo buat hal kecil macam itu. Gue sih enggak keberatan kalaupun nanti dihukum. Kalau sampai di sekolah lo lemas, gue enggak mau repot-repot ngantar lo ke UKS!"

"Enggak apa-apa lah, gue lagi senang aja karena kemarin gue dapat penglihatan mengenai masa depan gue sama cewek. Tapi muka ceweknya enggak terlalu jelas." Vikram yang tadinya bercerita dengan menggebu-gebu, di akhir kalimatnya dia tampak murung karena tak bisa mengenali wajah perempuan di masa depannya.

"Makanya, perbaiki dulu otak lo yang miring. Cewek itu pasti enggak mau bertemu sama lo yang otaknya tinggal setengah." Laura berkata dengan nada menghina yang membuat Vikram mengerucutkan bibirnya.

"Laura jahat!"

Laura berdecih. "Biarin! Gue memang pengin jadi jahat karena yang jahat itu memiliki peran yang banyak mempengaruhi seseorang. Siapa juga yang mau jadi baik yang pada akhirnya akan menjadi pihak yang serba salah."

Mata Vikram berbinar-binar mendengar perkataan Laura. "Sikat bosku! Gue juga mau jadi jahat deh."

Laura menoleh ke arah Vikram, sebelah alisnya terangkat dengan tatapan mengejeknya. "Yang macam lo mau jadi jahat? Gue jahatin lo duluan sebelum lo jadi jahat!"

"Yah, kok niat gue enggak didukung sih?" Vikram menekuk bibirnya.

"Kalau ada orang jahat macam lo itu gak guna tahu gak? Bukannya menipu yang ada lo yang ditipu! Lagian jadi cowok kok sikapnya menye-menye macam cewek aja."

"Gue gak menye-menye! Gue cowok tulen tahu! Mau gue buktiin? Nih lo lihat aja." Vikram bersiap membuka resleting celananya, tetapi tangannya langsung ditepis oleh Laura.

"Ngelihat punya lo yang ada gue gak berselera! Palingan punya lo itu kecil." Laura menatap hina Vikram yang melotot tak terima.

"Lo menghina punya gue?! Ya udah, gue marah!" Vikram melengos kesal, dia menutup mulutnya rapat tak mau mengeluarkan sepatah katapun.

"Kalau mau marah, ya marah aja! Ngapain bilang-bilang!"

Laura memutar bola matanya malas. Mereka memang sudah biasa bertengkar di pagi hari hanya karena masalah sepele seperti penghinaan Laura terhadap Vikram. Vikram yang sudah tahu karakter Laura, masih saja mempermasalahkannya. Pertengkaran mereka akan berujung pada Vikram yang marah untuk sejenak.

Mobil Vikram akhirnya memasuki tempat parkir sekolah dengan lancar tanpa halangan dari pak satpam maupun guru piket sesuai dengan yang dikatakan oleh Vikram. Sebelum keluar dari mobil, Laura melirik Vikram yang melipat kedua tangannya di depan dada seolah ingin Laura untuk membujuknya.

"Tadinya gue mau pergi ke mall sama lo, tapi lo, 'kan marah sama gue. Ya udah, gue pergi sendiri aja dan lo enggak usah ikut!" Laura membanting pintu mobil membuat Vikram terlonjak kaget.

Mata Vikram membulat mendengar perkataan Laura. Oh, ayolah! Vikram tak bisa tidak mengikuti Laura ke manapun Laura pergi. Vikram itu tidak punya teman selain Laura. Dia itu tak bisa bersosialisasi tapi sering tebar pesona dengan dalih membela Laura.

"Laura, tungguin gue! Gue gak marah, gue gak marah, Laura! Gue mau ikut!" Vikram lari terbirit-birit mengejar Laura yang jauh di depannya sambil memakai kemejanya.

Vikram berhasil menyusul Laura yang sudah berbaris di barisan paling belakang kelasnya. "Laura, gue ikut yah."

Suara Vikram yang sedikit keras berhasil menarik perhatian beberapa siswa-siswi. Sebagian besar siswi menyukai Vikram yang menurut mereka menggemaskan. Laura melirik Vikram, wajah Vikram memang tampan hanya saja dia sedikit kekanak-kanakan dan kurang bergaul.

"Berisik!" Laura mendesis tajam dengan mata melotot tajam Vikram yang seketika terdiam sambil menggembungkan pipinya membuat siswi-siswi memekik tertahan melihat raut wajah imut Vikram.

Imut? Cuih! Mereka tidak tahu seperti apa sifat Vikram yang sebenarnya. Imut dan menggemaskan bahkan kata yang tidak pantas untuk diberikan kepada Vikram.

"Ini yang paling gue benci saat berteman dengan cewek. Mereka hanya bisa menilai seseorang dari luarnya saja seolah tak mau tahu apa yang ada di dalamnya. Menilai seseorang saat mereka sendiri tak terlalu dekat dengan orang tersebut."

Upacara berjalan dengan lancar, Laura dan Vikram tidak mendapatkan hukuman karena guru-guru tidak tahu mengenai keterlambatan mereka. Laura berjalan menuju toilet perempuan yang ada di SMA Merpati. Laura membuka pintu toilet dan melihat sebuah pemandangan yang tak mengenakan.

"Kalian lagi ngapain, huh?"

Suka cerita ini? Tambahkan ke perpustakaan!

LidiaCntys10creators' thoughts
Next chapter