webnovel

Heroine Summoner

DEAD ZONE

                  Zombie Crisis

Sesosok zombie wanita tampak menedekat dengan kedua tangan yang menggapai udara dalam rangka ingin mencekik leherku.

Aku yang tak kuasa menahan beban tubuhku hanya mampu untuk tetap pasrah akan keadaan meski kini aku sudah tidak lagi memiliki keyakinan.

Jemari tangannya yang penuh darah dan nana mulai merambati leherku. Mulutnya terbuka, aku sempat melihat air liur beserta sedikit busa yang menghias pada bibirnya.

Untuk sesaat ia mulai melancarkan aksinya dalam rangka menggigit leherku. Naas, sesuatu telah terjadi sehingga dalam hitungan singkat zombie itu segera melepaskan cekikannya padaku.

Ketika kejadian itu direka ulang, seorang gadis berbaju ketat dengan armor yang melapisi tubuhnya hendaklah berlari dari setiap atap mobil dengan kecepatan langkah kaki yang cukup gesit. Sesaat setelah ia mendapatiku yang hampir menemui ajalnya, dengan cepat ia segera melompat ke arahku dengan sebuah tendangan keras yang mendarat pada pelipis bagian kiri dari wanita zombie tersebut.

*BRAACK!

Sesosok gadis misterius dengan kaca mata cobra berwarnakan cokelat, serta topi sport yang menghias pada kepalanya. Tak salah lagi, ia adalah seorang gadis yang kini tengah berdiri di hadapanku.

"Are you okey?!" ucapnya padaku.

Aku sama sekali tak ingin menjawab kata-katanya, cukup dengan senyuman miris itu sudah lebih dari cukup untuk memberikan rasa terima kasihku padanya.

Zombie itu kembali bangkit dan bermaksud untuk menyerang gadis tersebut. Namun dengan cepat ia segera memutar tubuhnya yang diikuti oleh sebuah tendangan memutar hingga mampu mengenai leher wanita zombie tersebut.

*BRUUACK!

Zombie pun segera terjatuh pada tanah beraspal. Tak puas hanya dengan beberapa serangan, kini gadis itu segera melompat dan mendarat pada perut lawannya, tidak lupa ia untuk mencabut sebilah katana pada punggungnya,

"Enyahlah kau!" sembarinya seraya menjunjung tinggi kedua tangannya.

Hanya dalam hitungan detik gadis itu segera menancapkan katana miliknya pada dahi korbannya, tidak lupa ia untuk sedikit memutarkan pedangnya setelah berhasil menembus otak lawannya.

*Jleeb! Kleeck!

Sesosok zombie pria berlari ke arahnya, namun ia sama sekali tak menunjukan ekspresi ketegangan pada wajahnya. Zombie itu mulai melompat ke udara dengan jemari tangan yang siap menerkam mangsanya.

Disaat yang bersamaan, seorang pria berkumis tebal tampak terlihat berdiri di atas atap sebuah mobil dengan senjata api berjeniskan Shoutgun Remington-870 miliknya.

Dikala zombie itu hendak menerkam sang gadis, pria itu segera menarik pelatuk senjatanya.

*DUUAAR! Ckleeck, ckleek!

Kepala zombie pecah seketika, daging dan darahnya pun mulai berhamburan di atas hamparan udara. Secepat mungkin gadis itu melompat ke depan dan berguling diikuti oleh ayunan katana yang kini mengarah pada target barunya. Yakni pada sesosok zombie lain yang hendak menghampirinya.

*WHUUUS...! SREEAACCK!

Sebuah ayunan katana melesat kencang menembus angin di atas daratan hingga pada akhirnya berhasil membelah kedua kaki sasarannya.

Zombie itu segera tumbang bersimbah darah, namun ia masih hidup dan merangkak menggunakan kedua tangannya. Sang gadis segera menancapkan katananya pada punggung makhluk tersebut dan tak ingin melepaskannya. Tak puas dengan serangan katana yang sama sekali tdak mempu membunuh lawannya, kini ia segera mengambil sebuah pistol yang terselipkan pada pinggangnya untuk di bidikan pada lawannya.

*DUUAR!

Entah perasaan kagum, bahagia ataukah gelisah, namun aku merasa bahwa kedatangan mereka telah membawa sebuah berkah yang kuanggap istimewa.

Pria berkumis segera berlari menghampiri Alice yang masih dalam keadaan tersungkur. Kini ia mencoba untuk menggendong rekanku dan membawanya pergi menjauh dariku.

Sedangkan gadis itu, kini ia segera melemparkan sebuah geranat ke udara yang menghasilkan asap berwarnakan merah.

Hanya dalam hitungan menit suasana pun mulai berubah setelah aku melihat kepulan asap merah menyelimuti hamparan udara. Suara desingan peluru dari berbagai macam senjata api tampak terdengar gaduh, diikuti oleh redap langkah kaki yang semakin mendekati titik lokasi terjadinya peristiwa pembantaian zombie yang tengah dilakukan oleh gadis misterius tersebut.

Mereka berjumlahkan puluhan warga sipil yang bersenjatakan beraneka ragam senjata api, menembaki para koloni zombie dengam serangan yang tak terhingga.

Gadis berkacamata itu mendatangiku, untuk sesaat ia segera membuka topi dan kacamata yang dikenakannya sambil berkata,

"Apakah aku telah datang terlambat, tuan... Christopher?"

Aku kembali tersenyum miris dengan sedikit gelengan pada kepalaku,

"Helen Sparingga, aku tidak menyangka bahwa kau akan mengetahui keberadaanku."

"Tentu ini adalah suatu kebetulan, dan kini aku telah datang dengan pasukan yang telah aku ciptakan."

"Huh! Mungkin aku akan berniat untuk mencari pasangan hidup sepertimu."

"Jangan pernah bermimpi karena kau bukanlah tipe yang kucari. Baiklah Mich, mari kita kembali ke markas." ucapnya seraya mengulurkan sebelah tangannya untuk membantuku berdiri.

Maksud hati ingin meraih uluran tangannya, namun entah kenapa aku tak mampu untuk melakukannya.

Bukan karena diriku tak mampu untuk menompang beban pada tubuhku. Melainkan karena rasa maluku yang telah gagal dalam menjalankan sebuah misi bsrsama Alice-lah yang membuatku ragu dihadapan Helen,

Kepalaku terasa pening, rasa sakit itu kian menusuk jauh kedalam bagian belakang kepalaku hingga membuat pandangan mataku terasa kabur untuk sementara waktu. Entahlah apa yang kini tengah kurasakan, namun aku mulai tak ingat apapun setelahnya, hingga pada akhirnya Helen menyuruh beberapa anggotanya untuk membawaku ke markas utama.

Disebuah benteng pertahanan yang terletak di pusat kota New Castile, disinilah Helen dan pasukannya yang tengah membawaku pergi kesana.

Beberapa warga sipil bersenjatakan senapan serbu tampak terlihat berdiri tegak di antara atap gedung yang bertugas berjaga. Sebuah dinding perbatasan wilayah terbuat dari puluhan gerbong kontainer yang berfungsi untuk memblokade rute perjalananan menuju markas besar Mercenery Ops.

-Bersambung-