webnovel

Datang & Pergi eps. 1.

Sekarang sudah genap satu tahun usia pernikahanku dengan seorang lelaki bernama Lucas Greyson. Sayangnya aku jarang serumah dengannya semenjak empat bulan terakhir ini.

Sebelumnya perkenalkan namaku adalah Veronica Kania. Biasa dipanggil dengan sebutan Kania. Aku bekerja mengelola cafe milik suamiku Lucas.

Meskipun aku yang mengelola cafe milik suamiku, dia sama sekali tidak pernah mengurusi bahkan campur tangan dengan pekerjaanku, bahkan bisa dibilang dia tidak mau tau dengan cafe miliknya yang ku kelola.

Aku tidak pernah terpikirkan setelah menikah dengan Lucas jarang tinggal serumah dengan dia. Sebagai seorang istri yang sudah setahun menikah pastinya aku ingin sekali memiliki seorang anak. karena, itu adalah tanda dari hasil pernikahan.

Sayangnya setiap kali suamiku melakukan hubungan badan denganku, selalu memakai kondom. Alasannya selalu saja 'belum siap' entah apa yang dia maksud belum siap. Kalau dibilang tidak punya uang, dia banyak harta terutama dia adalah pewaris dari perusahan Greyson.

Tapi, aku tidak pernah memprotes itu dan memaklumi alasannya. Berharap dia akan siap menjadi seorang ayah, bukan sekedar Suami.

Kebetulan malam ini suamiku akan pulang ke rumah. Aku akan menjadikan ini kesempatan untuk mendapatkan anak dari dia.

Sampai akhirnya malam sudah tiba. Suara mobil suamiku Lucas di depan rumah. Dengan segera aku membukakan pintu untuknya.

"Sudah pulang, sayang?" tanyaku.

Alih-alih dia menjawab dan memberikan aku kecupan manis dan pelukan hangat, dia langsung masuk begitu saja.

"Sayang, kamu cape? lapar?" aku menjejali dia dengan pertanyaan.

"Nggak aku mau tidur," jawabnya menghempaskan tas kantornya di atas sofa. dan langsung menuju ke kamar di lantai dua.

Aku hanya bisa menganga heran ada apa dengan suamiku. Aku merapikan tasnya dan beberapa berkas yang keluar dari tasnya. Aku hanya berfikir kalau dia sedang ada beban pikiran di tempat kerjanya.

Aku menghampiri suamiku yang sudah lebih dulu ke kamar. Kulihat dia melepaskan semua bajunya yang di campakkan begitu saja di lantai, sekarang dia hanya berbalutkan celana dalam saja, dan tidur begitu saja di atas kasur.

Aku memungut pakaiannya yang dicampakkan itu. "Sayang kamu kenapa?" tanyaku lembut kepadanya.

"emmmm," jawabnya hanya berhemming saja.

Ku raba tubuhnya yang bertelanjang itu dengan kedua tanganku. Berharap dia mengerti apa yang aku inginkan.

Tapi dia malah menepis tanganku dan bergeser. "Hentikan tanganmu. Aku ingin tidur," jawabnya dengan egois.

"Kamu kenapa sih?"

"Sudah kubilang jangan ganggu aku."

Sejenak aku terdiam, memikirkan apa yang terjadi kepadanya. "Apa yang terjadi dengannya?" pikirku.

"Sayang, kamu pakai selimut ya."

Tapi, dia tidak menjawab. Diamnya itu membuat aku bertidak sendiri dan menyelimuti dia. Kemudian aku pergi membiarkan dia tidur sejenak. Berharap nanti dia mau menyentuh tubuhku ini.

Ketika aku hendak meninggalkan dia sendirian di kamar, ponselnya berdering.

Kuraih ponsel suamiku. Terlihat nama seorang lelaki bernama Axioo.

"Axioo?" tanyaku. Aku melihat kalau pemilik nama itu mengirimi pesan kepada suamiku.

Sayangnya aku tidak tertarik untuk membaca pesan itu, kemudian aku meletakkan kembali ponselnya. Kemudian aku pergi meninggalkan dia tertidur.

Aku duduk di ruang tamu menonton film sendirian. Entah apa yang membuat aku terfikir kan untuk selingkuh dari suamiku, setelah menonton film tersebut.

Sayangnya aku harus selingkuh dengan siapa? aku tidak tau sama sekali. Bahkan aku tidak berani untuk melakukannya.

Sampai jam sudah larut sekali, terdengar dari dapur suara air keran berbunyi. Aku mendekati sumber suara itu ke dapur.

Ternyata suamiku sedang mencuci wajahnya, masih dengan memakai celana dalam saja.

"Sayang," panggilku. Membuat Lucas menoleh ke arahku sebentar dan kemudian memalingkannya lagi.

"Sayang, kamu kenapa begitu sih?" tanyaku.

"Tidak usah mencemaskan aku. Siapkan bajuku saja, aku mau pergi lagi, malam ini," ucapnya.

"Loh, tapi, ini kan sudah larut malam, memangnya mau kemana lagi mas?" tanyaku.

"Sudah jangan banyak tanya, siapkan saja pakaianku. Aku ingin pergi, tidak ingin terlambat."

"Oke, baiklah," jawabku pasrah. Karena, malam ini pasti aku tidak akan bisa menikmati malam dengannya.

Saat aku berada di kamar sedang menyiapkan bajunya, ponsel suamiku berdering beberapa kali. Kulihat masih dengan nama yang sama yaitu Axioo. Kubaca sekilas dilayar monitor ponselnya pesan yang di kirim Axioo, 'ku tunggu satu jam paling Lama' begitulah dia katakan.

Aku berfikir kalau itu memang rekan kerjanya suamiku.

"Apa yang kamu lihat?!" tiba-tiba suara itu membuat aku kaget ketika melihat ponsel suamiku.

"Em, a-aku cuman lihat pesan aja, sayang," ucapku.

Dengan kasar suamiku mengambil ponselnya. "Mulai sekarang, jangan pedulikan apapun yang ada di dalam ponselku ini," ucap suamiku yang membuat aku bingung dengan tingkahnya itu.

"Aku kan cuman lihat aja mas, belum sempat baca kok. Lagian kamu kan suami aku, apa salahnya aku melihat ponsel kamu," bantahku.

"Sudahlah aku malas berdebat. Bajuku mana?"

"Ini." Aku memberikan bajunya.

Ketika dia mengganti pakaiannya di depan cermin, aku mencoba mendekati dia.

"Apa kamu masih belum siap ngasih aku anak?"

"Sudah kubilang berapa kali aku belum siap."

"Tapi, kita kan sudah satu tahun menikah. Apa kamu nggak kepengen?"

"Sudahlah aku belum siap. Sekarang aku harus pergi. Lain kali saja kita bahas," jawabnya.

"Tapi ..."

"Sudah nggak ada tapi-tapian. Aku mau pergi."

Kemudian suamiku pergi begitu saja, tanpa ada berpamitan kepadaku sedikitpun.

Hati siapa yang tidak sedih dengan perlakuannya ini.

Aku mencoba mengejar suamiku.

"Sayang, apa kamu tega nganggurin aku lagi? Sudah berapa Minggu aku tidak pernah kamu sentuh sama sekali. Aku ini kau anggap apa sih?" tanyaku mencoba menghentikan dia.

"Berapa kali lagi aku bilang, aku belum siap. Jangan katakan seperti itu lagi atau keluargamu akan ku hancurkan."

Seketika aku terheran dengan sikapnya itu yang seketika berubah drastis.

Aku meraih tangannya dan menahan langkah kakinya. "Apa? hancur kamu bilang? sebenarnya apa sih yang salah?" protesku.

Dia melepaskan cengkraman tanganku dari tangannya. "Awas, aku sedang tidak ingin berdebat dengan mu. Aku ingin pergi sekarang," ucapnya. Dan dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan dengan segera melajukan mobilnya.

Aku hanya bisa menahan air mata meratapi nasibku.