webnovel

Two. Kronologi?

Hari itu, pagi hari di International Senior High School, seorang siswi dengan langkahnya yang terburu–buru berlari, menaiki satu persatu anak tangga yang ada disekolahnya. Ia mendapat pesan, dari seseorang yang menjadi publik figure disekolah ini, dan hal itu membuatnya senang. Orang yang gadis ini kagumi, merespon pesan cintanya, bayangkan saja, dari puluhan siswi sekolah ini, dia yang jadi pemenang untuk mendapatkan hati sang pujaan jiwa. Keduanya berjanji untuk bertemu di rooftop, karena itu adalah tempat yang paling aman, agar tidak ada orang lain yang tahu akan pertemuan keduanya ini. Siswi dengan jaket berwarna biru itu tersenyum lebar ketika melihat sang pria sudah berada di ujung rooftop, pangerannya sudah menunggu sedari tadi rupanya, dan ia akan merasa bersalah jika dirinya telat untuk datang kemari. "Apakah aku terlambat?" Tanyanya, dan sang pria menggeleng kecil. Pria itu berbalik kearah sang gadis, dengan senyumnya yang menawan, dan kacamata kotak yang berteger rapih di pangkal hidungnya, membuat pria itu semakin terlihat mempesona, wajar saja, ia kan incaran para siswa dan guru wanita disini. "Dari sekian banyak murid yang menganggumi diriku, hanya kau orang terberuntung yang bisa ku panggil secara pribadi kemari." Ucapnya, sembari mengelus kecik rambut sang gadis. Gadis itu tidak merasa risih, justru ia meraih tangan pria itu, dan menggenggamnya dengan erat. "Ku harap, kau bisa bertahan disisiku." Balasnya, sembari tersenyum manis pada pria yang berada dihadapannya.

Ya ampun, jelas sekali jika peraturan sekolah ini melarang keras siswa dan guru untuk memiliki hubungan, entah itu hanya sebuah pertemanan atau hal semacamnya. Apalagi ini menjalin kasih, jika kabarnya sampai terdengar ke telinga khalayak ramai bagaimana? Siapa yang akan menanggung malu? Guru itu atau pihak sekolahnya? "Aku harus ke toilet sebentar, kau mau menunggu disini?" Tanya guru itu, dan sang gadis hanya mengangguk kecil. Sembari menunggu guru itu kembali, ia berjalan–jalan sedikit di atas rooftop ini, seraya menikmati hari indahnya ini. Namun ia lupa jika disekolah ini ada paparazi, paparazi yang siap mengikuti dan membicarakan gosip terbaru dimanapun dan kapanpun. Jika benar ada yang mengikuti dirinya, dan ingin menyebarkan berita ini ke seluruh penjuru sekolah ini, maka ia tidak bisa membiarkannya begitu saja, orang itu harus mendapatkan pelajaran yang setimpal. "Ada orang disana? Keluar lah, kita bisa bicara." Ucapnya pelan, sembari menengok kearah kanan dan kiri. Masih belum ada jawaban. Tapi ia yakin, jika ada orang lain disini, selain dirinya dan guru itu. "Aku tahu kau ada disana, ayo cepat keluar lah, sebelum kau terancam di keluarkan oleh sekolah ini." Ancamnya, walau dengan nada yang sedikit tenang. Kalian salah jika paparazi itu akan keluar, buktinya, sampai sekarang gadis itu masih belum melihatnya menampakan diri. Baiklah, mungkin ia ingin bermain petak umpet sekarang. "Jika aku menemukanmu, maka jangan coba–coba untuk melepaskan diri dari ku." Katanya, sembari berjalan mengelilingi rooftop yang dipenuhi oleh barang ini.

Disisi lain, seorang gadis sedang berusaha mencari celah untuk menangkap basah siswi yang satu ini. Jika ia berhasil mendapatkan gosip terbaru, maka ketua paparazi disekolahnya akan memberikan bayaran yang menarik untuknya, dan uang itu cukup untuk biaya hidupnya selama satu tahun ini. Walau jujur saja, ia takut dengan ancaman akan dikeluarkannya ia dari sekolah ini, tapi mau bagaimana lagi? Ia memerlukan uang ini untuk biaya hidupnya, dan dirinya juga harus membiayai kehidupan adik–adiknya sekarang. "I see you." Ucap gadis berjaket biru itu, ketika menemukan keberadaan paparazinya. Sial, sudah bersusah payah ia bersembunyi, tetap saja dirinya ketahuan, belum lagi ia terciduk sedang merekam keadaan sekitar, karena gadis itu menangkapnya dalam posisi yang membelakangi dirinya. "Ini tidak seperr–" Ucapan gadis itu terpotong ketika sebelah tangan dengan leluasa mencekik lehernya, ia berusaha melepaskan cekalan tangan gadis yang berada tepat dihadapannya ini, namun ia tidak bisa. Karena tenaga gadis itu jauh lebih kuat dibandingkan dengan tenaganya. "Hapus semua rekaman itu, atau kau akan mati ditangan ku." Ancamnya lagi, dengan smirk khas dan kepalanya yang sedikit dimiringkan. Tapi sang gadis paparazi tidak mau menyerah begitu saja, ia mengerahkan tenaganya untuk menendang perut gadis itu, agar ia bisa melepaskan cekalan tangannya yang semakin erat. "Kau tidak bisa mengancam ku. Sebelum aku mati, kau dulu yang harus mati!" Balasnya, setelah berhasil melepaskan cekalan tangan gadis itu.

Keduanya saling melempar tatapan tajam, yang satu masih memasang smirk khasnya, dan yang satu memasang wajah datar yang tidak ada lawannya. Baiklah, sebuah pertarungan sengit akan di mulai sekarang, yang satu mencoba untuk mempertahankan ponselnya, dan yang datu berusaha untuk mengambil ponsel itu. Omong–omong, kemana guru pria tadi? Kenapa ia ke toilet lama sekali? Memangnya sesulit itu untuk dirinya buang air kecil? Eitss, jangan salah, guru itu adalah seorang pemain layar belakang, kalian tahu bukan apa maksudnya? Dan setelah selesai, barulah ia kembali ke rooftop, untuk menemui siswi yang juga menggoda nafsu birahinya. Pria mesum, tetap lah seorang pria yang mesum. "Do u wanna play with she?" Tanya siswi itu, dengan senyumnya yang mengembang. Gadis itu melepas rok yang paparazinya gunakan, dengan satu kancing bajunya yang terbuka, dan tak lupa, ia mengikat tangan gadis itu, agar ia tidak bisa berkutik lagi. Sang guru yang melihat hal itu langsung membeku di tempat, bertahun–tahun ia mengajar disekolah ini, namun baru kali ini melihat siswi yang benar–benar bisa membuatnya terangsang. Tapi, gadis yang barusan melucutu pakaian paparazi ini kembali memasangkan satu persatu pakaiannya, dengan dalih.. "Kau tidak boleh bermain dengan siapapun lagi, karena kini kau akan menjadi milikku.." Ucap gadis itu, sembari membuka ikatan tali yang melingkar ditangan gadis paparazi itu. Tidak masalah, toh guru itu bisa mencari gadis ini dilain waktu, bukan?

"Le–lepaskan!" Pekiknya lagi, ketika gadis itu kembali mencekiknya. Sang guru yang melihat ingin menghentikan perbuatannya gadis yang ia ajak bertemu itu, jika ia terus mencekiknya, maka gadis itu akan mati, dan nama sekolah ini akan semakin buruk reputasinya nanti. "Jangan berbuat hal yang gill–" Kedua bola mata guru itu melebar sempurna, saat ia melihat tubuh gadis paparazi itu terjun bebas ke bawah sana. "Ups, aku tidak sengaja." Ucap gadis yang menggunakan jaket biru itu, sembari memasang senyum lebarnya, dan kini beralih menatap guru yang ada dihadapannya. "Ka–kau?" Ia tahu apa yang guru itu pikirkan sekarang, toh sebelumnya ia sudah bilang, jika ia berharap bahwa guru ini bisa bertahan disisinya, dan mau menerima semua kekurangan, dan kelebihan yang ia miliki. "Jika kau berani membuka mulut, mungkin nasib mu tidak akan jauh berbeda dengannya." Ucapnya, sembari mengelus lembut rahang tegas milik pria itu. Sial, sekarang ia terjebak dengan seorang gadis psycho yang bisa merenggut nyawanya kapanpun dan dimanapun. "Anggap saja ini hukuman bagi mu, karena sudah mempermainkan banyak wanita di luar sana."

~~~~

Next chapter