webnovel

Menyelamatkan Ibu

Sudah hampir dua minggu lamanya ibu Rai sakit. Sepertinya bekas gigitan laba-laba itu menyebabkan infeksi. Padahal panas tubuhnya sudah turun kemarin, namun tetap saja wanita tua itu tak ingin makan apa-apa.

"Kak, keadaan ibu makin gawat … obat –obat itu sama sekali tak bekerja. Apa yang harus kita lakukan?"

Rai terdiam. Wajahnya cemas menatap Ran yang begitu nampak kebingungan.

"Aku takut ibu tak akan bisa bertahan jika begini …." Lagi Ran mengeluh pada Rai.

Menyadari situasi yang semakin sulit. Rai bangkit dari duduknya.

"Kakak mau kemana?"

"Aku akan pergi menemui Saint. Kau tunggu disini saja. Tolong jaga ibu," sahut Rai sambil mengambil beberapa anak busur.

"Kak, lukamu belum sepenuhnya sembuh. Jangan pergi sendiri."

Rai tersenyum. "Aku tak apa. Disini lebih butuh penjagaan ketimbang aku. Desa akan mudah diserang jika semua pergi."

"Kalau begitu ajak Shiro bersamamu." Ran tetap bersikeras agar Rai tak pergi sendiri. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi kakaknya yang belum sepenuhnya pulih.

"Baiklah …." Rai menyetujui saran adiknya itu. Kemudian ia memanggil kucing putih mereka yang bernama Shiro.

Rai menempuh perjalanan satu jam dengan berjalan kaki. Sementara waktu jika ia tidak terdesak, Rai enggan menggunakan Bumerang Anginnya. Auranya harus pulih dulu agar tak terus-terusan kelelahan seperti ini.

"Shiro, aku rasa guru masih jauh. Sepertinya kita harus beristirahat dulu disini," katanya sambil menurunkan kucing itu dari lengannya. Sejam perjalanan dengan jalan kaki lumayan menguras tenaganya.

Rai duduk bersila sambil menyandarkan punggungnya pada batang pohon sedang Shiro melingkar dengan malas di pahanya.

"Shiro, apa yang harus kita lakukan terhadap ibu?" Rai merasa kebingungan dengan kondisi ibunya. Bagaimana cara menyembuhkan ibunya? Rai sungguh tak tahu harus bagaimana.

Saat Rai hendak memejamkan mata, tiba-tiba suara itu mengagetkannya.

KRASH KRASH

"Hah?!" Rai buru-buru bangkit begitu didengarnya suara kasak kusuk dari balik pepohonan. Ia bersiap dengan mengambil anak panahnya dan memasangnya dibusur.

"Siapa?! Keluarlah!" teriaknya lantang.

Mata Rai terus menatap tajam kearah pepohonan itu. Tapi kemudian ia buru-buru menurunkan busurnya begitu melihat sosok pria tua yang datang.

"Guru!"

Rai segera menghampiri pria tua itu dengan setengah berlari.

"Rai? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya keheranan melihat pria itu hanya sendirian saja disana. Padahal biasanya jika para pemburu siluman bergerak, mereka akan pergi satu rombongan.

"Aku mencari guru. Ibuku sedang sakit keras guru. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Mungkin guru bisa memberi petunjuk tentang obatnya," ucap Rai sambil mengatupkan kedua tangannya.

"Hmm… sebaiknya kita periksa dulu kondisinya."

Tanpa berpikir panjang lagi dan untuk menghemat waktu mereka, Rai mengeluarkan Bumerang Anginnya.

Bumerang itu membesar dan keduanya naik diatasnya. Lalu dengan cepat mereka meluncur kembali ke desa Yajirushi dimana ibu Rai berada.

Sesampainya di desa, keduanya langsung di sambut oleh Ran dan kawan-kawan Rai yang lain.

"Guru … bagaimana keadaan ibuku?"

Saint itu terlihat cemas. Sesekali ia menggeleng setelah mengecek keadaan wanita tua yang sedang tertidur tak berdaya itu.

"Sangat parah … dia benar-benar bisa mati jika begini."

"Apa?!! Tidak guru! Tolong lakukan sesuatu!!" Rai memegang lengan Saint dengan erat. Matanya berkaca-kaca dan penuh dengan keputusasaan.

"Rebuslah daun ini, mungkin ini bisa sedikit membantu." Saint itu memberikan beberapa helai daun pada Rai.

"Daun apa ini, guru?" Rai sedikit heran melihat bentuknya yang tak biasa.

"Itu daun Shi. Para siluman begitu takut dengan ramuan itu. Kekuatan mereka melemah jika meminumnya."

"Lalu apa ibu akan baik-baik saja jika meminum ini? Ini tak akan berbahaya untuknya, kan?"

"Kita tak akan tahu jika tak mencobanya, Rai. Tapi semua ada di tanganmu."

Sejenak Rai terdiam. Ia memandangi Saint dengan wajah kebingungan. Tapi jika Saint yang menyarankan, bukankah sudah pasti aman? Lagi pula ia tak mempunyai cara apapun yang lebih baik dari ini.

"Ran … rebus ini untuk ibu." Rai menyerahkan daun Shi itu pada Ran.

Ran tak berkata apapun. Ia hanya melenggang ke dapur dan melakukan apa yang diminta oleh kakaknya.

Sementara Rai kembali ke dalam kamar ibunya bertemu dengan Saint.

"Rai … akhir-akhir ini banyak serangan siluman. Tak seperti biasanya. Kau harus lebih berhati-hati."

"Iya, guru. Aku paham. Tapi yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana bisa mereka malah bertambah kuat begitu?"

"Mereka?" Saint itu berbalik menatap Rai. "Mereka siapa? Siluman maksudmu?"

"Benar, guru." Rai mendekat dan mulai menceritakan apa yang telah mereka lalui hampir dua minggu yang lalu. Dimana mereka bertemu dengan Heros dan melawan siluman kelabang, juga lubang hitam yang hampir menyeret mereka.

"Jadi yang menggit ibumu bukan siluman seperti biasanya?" Saint itu bertanya dengan cemas.

"Iya, guru. Siluman- siluman itu, entah kenapa bisa berevolusi menjadi lebih menakutkan. Mereka semakin kuat."

Saint terdiam mendengar penjelasan Rai.

"Ada apa, guru? Guru terlihat cemas sekali?" tanya Rai begitu ia menyadari ekspresi lelaki tua itu.

"Rai … aku tak yakin obat yang aku berikan itu bisa membantu. Siluman yang lebih kuat, tentu memiliki 'bisa' yang lebih kuat juga. Aku pun belum pernah bertemu dengan yang seperti itu. Aku khawatir ibumu tak akan pulih hanya dengan daun itu."

"Lalu bagaimana, guru?" Rai ikutan panik. Kalau sang guru saja panik, berarti hal yang buruk sedang terjadi. Hati Rai jadi tak tenang.

Kemudian Saint itu menoleh kesekitarnya memastikan tak ada orang lain disana.

"Rai, ini rahasia. Tapi aku harap kau tak akan memberitahunya pada siapapun. Bisa gawat jika orang yang memiliki pikiran jahat memilikinya," bisik Saint pada Rai.

Rai hanya mengangguk saja dan mendengarkan apa yang akan dikatakan Saint itu padanya.

"Rai … apa kau pernah mendengar tentang Ramuan Abadi?" tanyanya yang dijawab gelengan oleh Rai.

"Ramuan abadi adalah ramuan kuat yang dapat menyembuhkan segela penyakit. Bukan hanya itu, jika siluman yang meminumnya, maka kekuatannya akan bertambah berkali-kali lipat," tuturnya membuat Rai makin bersemangat.

"Benarkah? Itu bisa menyembuhkan ibu, kan?" Pertanyaan itu mendapat anggukan kepala dari Saint.

"Lalu bagaimana cara mendapatkannya, Guru?"

"Hm … ini yang sulit. Aku tak tahu apa kau bisa memenuhinya atau tidak."

"Katakan Guru! Katakan … apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkannya!" Rai kembali mengatupkan tangannya memohon.

"Ramuan abadi hanya ada dalam portal ilusi. Portal itu bisa terbuka namun yang melakukan persyaratan itu harus siluman. Dia harus melakukan 1000 kebaikan pada manusia dan dalam waktu itu, dia juga tak boleh membunuh manusia dengan alasan apapun."

"Siluman? Tapi aku manusia. Apa itu berarti aku tak akan bisa mendapatkannya?" Bahu Rai luruh mendengar kata-kata Saint.

Saint menepuk pundak Rai pelan. Ia mencoba menyemangatinya.

"Carilah cara lain, Rai. Manfaatkan siluman lain. Mungkin akan sulit. Tapi hanya itu cara yang aku punya."

Rai mengepalkan tangan. Bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Sekali lagi Rai menghembuskan napas panjang. Ia frustasi memikirkan hal ini. anggaplah jika dirinya telah menemukan siluman yang dapat diajaknya untuk bekerja sama, lalu bagaimana dengan persyaratan 1000 kebaikan itu? Persyaratan tak membunuh manusia itu? Rasanya hal yang mustahil.

Netra elang Rai menatap Saint yang kini tengah duduk sambil mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Rai … apa kau mengenal seseorang yang bisa membantumu melakukan itu?"

Wah ... Rai si pemburu siluman muncul lagi nih.... yuk dukung Heros dengan power stone dan komentar... salam hangat dari penulis...

FharasTheQueencreators' thoughts