webnovel

Tiang Bendera di Depan Warung Fakultas

"Lika....mau nemanin aku ke depan gak? beli minum yuk" Simayati mengajak Lika yang sedang rebahan di kursi kelas untuk mengisi waktu luang nya

"Gak ah, lagi males jalan" Lika berusaha menutup matanya agar tertidur, sebenarnya ia hanya tidak ingin pergi dengan Simayati

"Eh...gua tau lu cuman pura2, sini cepat!" Simayati mulai menarik tangan Lika membuat badan Lika sedikit tertarik dari kursinya

"Eiiii.... jatoh gua makkk" Lika duduk dan menatap tajam pada Simayati

"Gua gak takut sama tatapan elu, cepet iih" Simayati masih berkeras mengajak teman kelasnya yang tomboy ini untuk pergi keluar membeli minuman segar

"Makkk....gua lg males, gimana dong....ajak Sandy aja no" Lika menunjuk seorang lagi teman mereka yang juga sedang meringkuk di sudut, menikmati tidur siang.

"Gua males ama Sandy....belanjanya kebanyakan kalo dia, cepet dah" Simayati menunggu Lika bangun dari duduknya

"Ya udah gua temanin...." dengan enggan Lika berjalan mengikuti Simayati keluar dari kelas A fakultas teknik ini

"Eh Lik, lu tau gak? pak Bison itu katanya punya selingkuhan loh di fakultas sebelah" Simayati mulai bergosip

"Bukan urusan gua, urusan bininya iya" Lika acuh, dia tahu kalau Simayati ini anaknya suka bgt mencari tahu kehidupan orang yang dia anggap menarik

"Iya bukan urusan elu tapikan kalau gua cerita elu mesti respon dikit... selingkuhan nya cantik nan tajir pula" Simayati menggelayut di lengan Lika sambil terus berjalan

"Well.... darimana elu tahu dia cantik dan tajir? elu mahasiswa apa mata-mata sih?" Lika heran dengan kemampuan kepo temannya ini

"Gua di ceritain anak sebelah juga ha ha ha" Simayati ngakak

"Elu jangan kemakan cerita murahan begitu, cari yang agak kelas dikit dong Sim...kayak isi buku catatan pak Bison gitu trus lu potoin biar bukti buat gua percaya...gitu kan enak" Lika ikutan mengada-ngada

"Tar kalau gua ketahuan gimana? bahaya kaliq"

"Nah tu tahu bahaya"

mereka asyik dalam obrolan mereka hingga tiba di warung depan fakultas. seperti biasanya, warung kecil ini selalu sesak dengan mahasiswa yang kelaparan atau juga yang sekedar mencari tempat untuk ngobrol sambil ngopi.

di samping warung yang luasnya sekitar dua kali lima meter ini ada mahasiswa teknik dan ekonomi yang kebetulan bersebelahan fakultasnya.

"Lika.... liatin deh" Simayati mencolok bagian pinggang Lika yang fokus melihat ibu warung membuatkan jus mangga untuknya

"apaan?" Lika bertanya tanpa melihat ke arah yang Simayati tunjuk

"heran gua.... anak fakultas sebelah kok gak ada malu malunya ya datangin warung sini cuma buat liatin di Yama" dia setengah berbisik

"ya kalau mereka bahagia dan Yama nya gak kenapa-napa.... kenapa enggak" Lika akhirnya melirik sedikit ke arah para gadis-gadis cantik dari fakultas ekonomi yang duduk di bangku yang memang di sediakan oleh pihak kampus untuk beristirahat di bawa pohon rindang dekat warung, tampak sekali kalau para gadis-gadis itu mahasiswa baru, dari cara mereka mengagumi seorang Yama dan kawan-kawan sangat terlihat kekanak-kanakan.

"by the way, lu kapan punya pacar? gua capek liat elu mainnya cuma sama handphone doang.... hari-hari melototi BTS mulu, kagak capek lu?"

"hmm? gak akan dan gak akan pernah.... gak capek gua, lu kayak gak tau gua aja ah" Lika mengeluarkan uang dari dompetnya "makasih bu" ia membayar jus mangganya

Simayati yang sudah mendapatkan jus nya terlebih dahulu berjalan keluar dari warung.

"Oi.....Sim!! Sima...." sebuah teriakan menggelegar terdengar dari arah kerumunan Kiano si ketua tingkat dan gengnya

"Gua benci banget sama ni orang" Simayati berputar ke arah kerumunan suara yang tadi memanggil namanya

Lika berjalan mengikuti Simayati dengan diam, ia tahu akan ada gelut gelutan terjadi dalam beberapa menit kedepan

dan...

yakk!!!

Simayati menjambak rambut seorang Rahmad yang tinggi langsing berkacamata, Sima dan Rahmad selalu bertengkar sejak mereka masih mahasiswa baru, sedikit saja kata-kata yang keluar dari mulut salah satu dari mereka dan terjadilah kegaduhan.

"guys.....ih gak malu sama anak baru" sesama teman kelas memisahkan mereka berdua

"Gua kesel ih, itu mulut lu isi apaan nyaring kayak toa" Sima memperbaiki ikat rambutnya yang tertarik oleh Rahmad tadi

"Orang manggilnya biasa aja yee, telinga elu yu kelebaran" Rahmad tidak mau kalah

"hedeh....gak ada abisnya kalo lu berdua udah dekatan gini, diem napa....gua mau nanya kabar adek mahasiswa baru ni" Guntur si playboy hendak beraksi melihat dua mahasiswi cantik berjalan melewati mereka

belum sempat beraksi, kedua mahasiswi itu malahan berbelok kearah kerumunan mereka, dengan luwesnya salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah kotak biru, tampaknya sebuah hadiah

"Gua ngefans sama Yama....boleh minta foto gak?" sapa yang rambutnya pirang langsung kepada Yama yang dari tadi tertawa melihat Simayati dan Rahmad beradu mulut

"Hm...boleh" dengan ramah Yama berpose dengan sopan, tangan si gadis pirang malah memeluk pinggang Yama, tak menunjukkan rasa risihnya Yama tetap tersenyum sampai kemudian mereka pergi.

setiap ada yang minta foto atau tanda tangan seperti ini pada Yama, teman temannya sudah biasa.

sebenarnya tak hanya Yama yang menjadi incaran gadis-gadis kampus, teman satu geng Yama pun tak kalah keren dan pintar dengan Kiano namun memang Yama yang tampak sangat mencolok karena postur tubuh tinggi langsing, wajahnya lebih mengikuti wajah ayahnya yang berdarah Jepang-Rusia daripada ibunya yang pribumi.

"Lika....gimana kabar BTS?" Guntur duduk di sebelah Lika yang masih sibuk mengetik sesuatu di smartphone-nya.

"Ha ha ha.... masih keren seperti biasa" Lika menjawab pertanyaan absurb si Guntur, Lika tahu Guntur sedang kurang kerjaan saja dan ingin menganggu Lika.

"Lika....cowok elu tu yang mana sih sebenarnya? dari awal kuliah tahun 2016 yang gua liat elu mah kagak pernah pacaran" Guntur kali ini bertanya serius

seketika terasa hawa semua telinga dalam kerumunan fokus ingin mendengarkan jawaban Lika, bahkan Rahmad dan Simayati pun terdiam kalem.

"Gak punya gua...kan lu semua juga tau" Lika menyimpan smartphone nya ke saku celananya

"Ei....gak seru ah, dari tahun ke tahun jawabannya itu mulu" Rahmad komplain

"Lah nyatanya gitu gimana?" Lika meminum sisa jusnya

"Lu tau kan lu gak jelek-jelek amat? jangan minder gitu dong Lika" Guntur menepuk-nepuk bahu Lika seakan ingin menghibur Lika

"Ha ha ha....lu kira gua apaan Tur....iya gua tau gua kagak jelek-jelek amat tapi gimana dong...belom di jatohin ama Tuhan Yang Maha Esa jodoh gua" Lika berdiri dari duduknya

Yama yang duduk bersandar di tiang bendera tepat di belakangnya, memperhatikan Lika yang memakai baju oversize putih dan celana jins hitam lengkap dengan sepatu kets putihnya yang tak terikat salah satu talinya, tampak seperti style KPop yang terkini.

walaupun ayah Lika adalah seorang Jawa wajah ibunya yang keturunan asli pulau Kalimantan lebih menurun kepadanya, tipikal ras mongoloids banget tapi ia juga lihai berbahasa Jawa dan terbiasa dengan bahasa ibukota Jakarta yang juga adalah kota kelahirannya dan dimana ia tumbuh besar.

"belum pada mau balik ke kelas?" Lika bersiap pergi

Yama baru saja ingin memberitahu Lika kalau tali sepatunya tampaknya longgar namun perkataan Rahmad menutupi suaranya yang pelan

"gua juga balik deh, makin panas di sini" Rahmad juga berdiri mengikuti Lika dan Simayati yang akan kembali ke kelas

Lika berjalan di belakang Simayati dan Rahmad

SRETTT!!!

terasa salah satu kakinya tak dapat melangkah maju karena talinya terinjak kakinya yang satunya, langkah oleng tak berpijak membuat ia hampir tersungkur

Geeppp!!! tangan Yama sigap menangkap badan Lika yang jatuh tepat di hadapan pangkuanya, walau sudah menahan berat badan Lika yang tersungkur kearahnya, posisi Yama tetap terdorong ke belakang oleh tekanan badan Lika dan terdengar bunyi

TENGG!!!!!

kepala Yama terbentur keras di tiang bendera yang tadi menjadi sandarannya.

mahasiswa yang berada di dekat dengan kejadian itu otomatis mengalihkan perhatian mereka ke arah Yama dan Lika yang masih berusaha bangun sendiri, yang paling shock ya kayaknya para mahasiswi yang dari tadi perhatiin Yama.

"gak kenapa napa dek Yama?" ibu warung sampai keluar warung karena mendengar suara kepala terbentur tiang bendera tadi

"Lu gak apa-apa?" Lika meraba belakang kepala Yama dan terasa sebuah benjolan besar muncul di sana efek benturannya

"gak apa-apa bu...." Yama ikut meraba belakang kepalanya dan seketika ia terbelalak menatap Lika

"Bu minta es batu buat kompres Bu...!!" Lika bergegas mencari es batu untuk mengurangi bengkak di kepala Yama

"asli lu ya... nyelamatin orang dengan mengorbankan diri sendiri.... sungguh mulia" Guntur menepuk pundak Yama, ia merasa bersalah tertawa melihat kecelakaan tadi.

"asli Tur ini gede" Yama masih terkejut dengan ukuran benjol di belakang kepalanya

"ini.... pake ini dulu biar kempesan benjolnya" Lika kembali dengan es batu dalam plastik bening

"thanks...." Yama menempelkan ke benjolan

akhirnya mereka memutuskan kembali ke kelas bersama. Lika berjalan berdampingan dengan Yama yang masih menempelkan es batu di kepalanya

"Gua antar ke rumah sakit ya" Lika merasa khawatir

"he he... gak apa-apa ini... paling bentar doang juga kempes" Yama terkekeh melihat raut wajah Lika yang khawatir

"tadi gua nabraknya kenceng loh..." Lika berkeras, Lika tahu benar tadi dorongan badannya ke Yama agak keras

"gua gak apa-apa, beneran.... udah biasa jika kena beginian di basket" Yama mencoba menenangkan perasaan bersalah Lika

"..." Lika terdiam

"udah jangan di pikirin.... tu pak Bison datang" Yama mengangkat satu alisnya untuk menunjuk dosen yang juga berjalan ke arah ruang kelas mereka

di dalam kelas

"Yama kenapa?" pak Bison melihat Yama memegang es batu di kepalanya

"abis di seruduk banteng pak!!" Simayati nyeletuk di sambut tawa seisi kelas

"waduh banteng mana yang berani nyeruduk mahasiswa kesayangan bapak ini" pak Bison dari dulu memang sangat menyukai Yama yang sopan dan pintar juga ganteng ini

"dia pak! bantengnya!" Guntur menunjuk wajah Lika yang duduk tepat di sampingnya

ha ha ha...

tawa memenuhi ruang kelas lagi namun seketika tawa mereka berhenti saat Yama terjatuh tak sadarkan diri dari kursinya.

Next chapter