4 Pengakuan Hertha

Lika menoleh, tatap matanya tajam memendam kesal hatinya pada Yama. jika saja hukum di negara ini memperbolehkan warganya menjambak, sudah dari tadi akan ia lakukan.

"Green intan residence"

"Okay...kita jalan ya" Yama menginjak pedal gas pelan saat berbelok ke jalan menuju arah kawasan perumahan yang di sebut oleh Lika.

sadar akan Lika yang tampak masih bad mood, Yama menyalakan radio di saluran musik.

sekarang waktu menunjukkan pukul 10.25 malam dan tidak tampak sepi pada jalanan Jakarta di waktu weekend.

suara handphone seseorang berbunyi, Yama merogoh saku celananya langsung menerima panggilan tersebut

"iya halo.... oalahhh iya bang saya keluar mendadak dari rumah, iya bang... maaf banget bang ya kalau bisa besok pagi datang lagi ya.... oke... thanks bang" setelah mengucapkan terima kasih Yama menutup panggilan

"tukang servis?" teringat tukang servis yang harusnya memperbaiki scooternya Lika langsung bertanya sesudah Yama menaruh handphonenya kembali

"iya, gua sampe lupa loh kalau tadi kita ngubungin servis.... tapi abangnya mau kok datang besok.... aman" kata Yama

melemparkan pandangannya keluar jendela, terbersit di benak Lika bagaimana tadi Manda mencumbu Yama

"Yam..... Lu lagi gak punya pacar ya?" pertanyaan Lika mengalir begitu saja keluar dari bibirnya

"huh? pacar....? iya gua lagi jomblo sekarang, kenapa? minat? hahaha" setengah bercanda Yama tertawa

entah kenapa Lika tersenyum getir, ia bisa melihat pantulan wajahnya tersenyum di jendela mobil

"apa sih enaknya pacaran menurut elu? terakhir gua punya pacar itu kelas dua SMA, itu gua di putusin karena terlalu fokus sama KPop bukan sama dia katanya" satu lagi pertanyaan yang absurb tapi polos dari Lika

Yama harus berpikir sejenak

"Em.....ha ha ha....ini gila kan kalo gua jawab gua juga gak tahu enaknya apaan, tapi kalo lu tanya menurut gua enaknya apaan ya....kita ada yang perhatiin, ada yang ngingetin jadwal juga kadang...balik lagi ke elunya sih kalo kata gua mah"

"Bukannya itu malah jadi kayak beban gitu ya Yam?"

"Huh? beban gimana maksudnya...?"

"Iya....buat si cewek yang mesti ngingatin cowoknya atau cowok ngingatin ceweknya, buat nanya kabar setiap saat, belum lagi kalo dapat yang agak posesif dikit...malam mingguan mesti ngapelin atau di apelin...gak bebas temanan ama siapa aja mesti jaga jarak" sekarang mengubah posisinya, Lika sudah menghadap kedepan lagi

"Em....ada benernya juga sih kata elu, tapi kan gak semua orang yang mikirnya gitu Lika...ada yang suka di perhatiin, ada yg suka malam mingguan juga, beda-beda aja"

"Ooh...kalau menurut gua mah ya gitu"

"Jadi belum minat ni pacarannya?" balik ke pertanyaan awal Lika tadi membuat Yama tersenyum sendiri

"kalau bisa mah gak usah pacaran kali gua Yam, bakal nyakitin anak orang doang gaya yang kayak gua gini mah...tar idola gua di jadiin bahan hinaan kan yang sakit gua juga"

"hahaha.... harus gitu banget ya jadi fans K-Pop nya? gua juga suka beberapa boy group tapi gak sedalam elu gini"

"gua juga masih nunggu kapan jiwa fangirl gua ini bakal punah, belom ada tanda-tanda"

"terus.... selama itu juga elu gak mau pacaran? terniat sekali anda"

"di bandingin sama beberapa teman fangirl gua, level gua ini masih wajar kok"

"hahaha....!!!!! wajarnya aja macam elu, gimana gak wajarnya"

"ya gitu deh"

pembicaraan Lika dan Yama kembali mencair oleh bahasan yang terdengar tidak penting.

masih menyetir Yama ikut berhenti di lampu merah, pelan-pelan Yama melihat ke sisi kirinya, kepala Lika lunglai ke kiri dan tak ada suara. ia tertidur mendengar lagu-lagu mellow yang di putar di radio, Yama sengaja

menyetel frekuensi yang berat lagu mellow agar suasana tidak juga terlalu hectic dalam mobil, alhasil Lika yang tertidur.

melanjutkan perjalanan, Yama tersenyum lagi saat teringat wajah Lika saat tadi kepergok Manda, ia benar-benar seperti orang terciduk di tipi-tipi dan tentang kelakuan Manda tadi memang membuat Yama agak speechless dengan "serangan fajar" begitu, gak biasanya Manda seganas itu.

by the way, Manda ini adalah mantan Yama yang dari fakultas kedokteran tapi udah putus dua tahun lalu.

suasana malam yang kian larut membuat perasaan Yama terbawa saat menatap Lika yang pulas. manis dengan alis mata yang tajam, pipi yang kemerahan dan hidung lumayan mancung, Lika sebenarnya tidak kalah cantik dengan mantan-mantan kekasih Yama. lebih kepada beda style saja jika di perhatikan baik-baik.

tidak tega membangunkan Lika saat sudah berada di dalam perumahan, Yama memutuskan bermain handphone sebentar

"kita dimana? udah di perumahan gua ya?" suara Lika terdengar serak, ia menggeliat terbangun.

"rumah lu dimana?"

"blok sebelah, nomor 13"

"oke....."

mengarahkan mobil maju lagi dan masuk ke blok yang di tunjuk Lika. berhenti di depan rumah Lika yang terbilang lumayan besar, Yama keluar di barengi Lika yang juga turun dari sisi kiri.

"thanks a lot bantuannya, hati-hati di jalan" Lika melambai kan tangan kanannya.

**********

Senin pagi, sebuah mobil Honda HRV hitam berhenti di depan rumah Yama, itu mobil Hertha yang juga akan pergi ke lokasi workshop film terbarunya.

"good morning.... mau berangkat kuliah?" Hertha menjulurkan kepalanya keluar mobil untuk menyapa Yama yang kebetulan berada di depan rumahnya tampak bersiap untuk pergi

"yup... Lu kemana? kerja?" Yama membawa scooter sewarna light pink keluar pagar, lalu menghampiri mobil Hertha

"gua mau ke workshop buat latihan, lu gak bawa mobil? girly banget tuh tumpangan lu" Hertha tidak bisa mengabaikan scooter pink yang di sana

"Ooh.... iya itu punya teman gua kemarin rusak, gua bantu baikin... well see you later ya" Yama beranjak

"Okay... see you" Hertha juga melanjutkan perjalanannya, masih sempat ia melirik Yama yang melaju dengan scooter yang sangat kontras dengan tampilan manly kerennya, perasaan Hertha tidak suka melihat raut ceria Yama pagi ini, Hertha ingat terakhir Yama punya vibe begini adalah ketika ia mulai pedekate dengan Manda.

Hertha tahu betul posisi nya di sini adalah teman kecil Yama, usia mereka terpaut dua tahun lebih tua Yama namun karena lingkungan mereka dekat, mereka secara alami berteman.

Yama dan teman laki-laki lainnya di lingkungan ini menganggap Hertha sebagai adik yang manja dan posesif, dia tidak terlalu suka jika teman-temannya mulai dekat dengan gadis lain, itu pula sebab mereka tidak pernah tersinggung jika Hertha kesal pada gebetan mereka.

sebenarnya jika di amati, level posesif Hertha terhadap Yama lebih banyak daripada ke teman laki-laki lainnya, hanya saja tidak ada yang menyadarinya.

Hertha tidak bisa fokus pada workshop yang seharusnya ia lebih utamakan daripada memikirkan siapa pribadi yang membuat Yama terlihat bersemangat seperti itu.

"pink scooter pasti cewek deh" Hertha berkata sendiri, iya teringat gadis yang menginap di rumah sakit kemarin bersama Yama, gadis yang menghilang setelah pamit ke toilet itu.

"gak mungkin dia kan?" ia jadi bertanya-tanya sendiri "keliatannya cuek, mana gak sopan lagi kalau bener kemarin dia pulang gak bilang-bilang sama Yama"

*********

di parkiran kampus, ada kerumunan kecil mendekati seorang yang baru saja tiba di halaman parkir kampus fakultas teknik, mereka adalah fans Yama. walau Yama bukan selebriti, mereka sudah menganggapnya seperti itu bahkan ada yang menawari Yama jadi selebriti dengan koneksi yang mereka punya di dunia hiburan tapi Yama tidak pernah tertarik untuk masuk kesana.

"good morning kakak...."

"hai kak...."

sapaan mereka mengalir setelah Yama membuka helmnya, Yama hanya tersenyum manis.

"scooternya manis bener kak.....punya siapa? kak Yama masih jomblo kan?" yang tampilannya paling menor bertanya

"Hahahaha..." Yama tergelak lucu atas pertanyaan yang benar-benar menampakkan jika mereka adalah fans yang posesif padanya

"kak boleh minta foto bareng ya?"

"boleh"

Yama melayani foto sebentar lalu pamit meninggalkan kerumunan untuk masuk kelas yang akan di mulai 10 menit lagi.

masuk ke dalam ruang kelas, mata Yama langsung mencari sosok Lika

"Tur.... Lika belom datang ya?" ia menyenggol Guntur yang sibuk bermain game di smartphone

"Gua gak liat..." Guntur menjawab tanpa melihat Yama

Yama mengambil smartphone nya, hendak mengirim chat pada Lika dan di waktu bersamaan masuk Lika yang hari ini masih mengenakan kaos oversize warna putih, jeans hitam dan lagi-lagi sepatu kets andalannya. Yama tidak sadar matanya tidak melepaskan pandangannya dari Lika sejak Lika masuk.

"Lu kenapa bro?" Rahmad menabok kepala Yama yang terlihat bengong duduk di sebelahnya

"Hah? eh? enggak" Yama tergagap

"Lu bawa scooter gua?" Lika menghampiri Yama

"Iya gua bawa...eh ini kuncinya" Yama mengulurkan kunci pada Lika

"Thanks...." Lika langsung pergi dan duduk di samping Simayati

"Eh kok scooter lu bisa sama Yama?" Simayati menyimak Lika dari tadi

pertanyaan yang sama di tanyakan Rahmad pada Yama

"Bro kok scooter Lika sama elu?"

"ceritanya panjang" itu jawaban keduanya, belum sempat bertanya lagi, dosen masuk.

untuk mahasiswa tingkat akhir seperti mereka ini sudah tidak terlalu banyak materi kuliah lagi dan untuk hari ini hanya satu mata kuliah.

"okay... sekarang lu cerita sama gua kenapa scooter lu bisa sama Yama? gua punya banyak waktu buat dengerin cerita panjang lu" Simayati melanjutkan penasarannya tadi

mereka berdua berada di food court mall dekat kampus.

"gak sengaja ketemu di toko buku terus dia dia suruh cek lagi benjolan itu sama mamanya, dia minta gua nemanin dia, scooter gua bocor, dia yang urus, udah" singkat sekali cerita Lika membuat bibir Simayati maju

Lika sengaja menghilangkan banyak bagian supaya Simayati tidak menambah cabang pertanyaannya.

"tadi lu ceritanya panjang.... anyway ban scooter lu kok pengertian gitu sih?"

"maksudnya?"

"ya..... kan lu jadi bisa lama-lama sama cowok ganteng idola para gadis-gadis cantik hahaha.... tapi beneran deh Lik... gak biasanya lu bisa jalan sama cowok gitu"

"ya kan masih tanggung jawab gua atas benjolnya kepala dia..... kalau enggak ya mana gua mau juga. lu tau sendiri gua gimana"

dari kejauhan Simayati melihat Rahmad dan Yama yang ternyata juga main ke mall yang sama.

"Oiiiii!!!!...." Simayati melambai pada Yama dan Rahmad

"siapa?" Lika membalikkan badannya untuk melihat kepada siapa Simayati melambai

"itu Rahmad sama Yama, oiii..... sini" lambainya lagi

"Woiii berdua aja?!" Rahmad duduk di samping Simayati dan Yama auto duduk di samping Lika yang terlihat acuh dengan kehadiran mereka.

"iya cuma berdua, lu berdua ngapain?" Simayati melihat Yama

"Yama lagi nyari sepatu basket baru"

"oh....eh Lik, jangan liat Korea mulu deh...jadi manusia sosial di dunia nyata bentar napa" Simayati menarik smartphone Lika

"hahaha.....mesti gitu ya berhentiinnya?" Yama tertawa melihat gerakan spontan Simayati

Lika menegakkan kepalanya dan memasang senyum datar membuat ketiga temannya malah tergelak

"Maaf dah...ni gua balikin tapi jangan main handphone dulu" Simayati mengembalikan handphone Lika

"baik banget lu Sim" kata Lika sarkastik sambil masih tersenyum datar

"mau pesan minum gak?" Simayati menawarkan

"Boleh tapi lu yang bayar ya" Rahmad memancing

"lu anak orang kaya malah nyuruh gua anak pegawai yang bayar gimana sih?"

"hahaha...jangan bawa kerjaan bapak lu dong kan bisa durhaka gua" tangan Rahmad mencoba menepuk bahu Simayati namun yang hendak di tepuk auto menghindar.

"Eh cerita scooter Lika ada sama elu gimana sih Yam?" Simayati mengalihkan ketidakpuasan atas jawaban Lika kepada Yama

"Lah kenapa gak nanya Lika?" malah Rahmad yang menyahut

"Urusannya sama elu apaan? terserah gua lah mau nanya siapa"

"kapan menangnya gua kalo debat ama elu Sim, memang cewek gak pernah salah"

"Nah tu tau, diem dulu napa sih Mad....lanjut jawab!" Sima mendongkak-dongkakkan kepalanya ke arah Yama, sementara Lika juga penasaran dengan apa jawaban Yama akhirnya ikut menatap Yama di sebelahnya

"Lah....udah tanya Lika belom? kok nanyain gua?"

"Dia jawabnya sudah di rangkum, gak pake penjelasan sama detailnya, jadi elu yang mesti ngasih tau gua"

"Bagian yang mana?" Yama tiba-tiba jadi haus

"Hah? jadi ini banyak bagiannya?!" celetuk Rahmad di sambut tabokan di kepala oleh Simayati yang fokus mendengarkan Yama

"Yam...udah bertahun-tahun gua satu kelas ama elu, kok bisa sih ganteng manis keren elu embat semuanya? hahaha.....abaikan yang itu....oke balik ke pertanyaan tadi...bagian kenapa kalian bisa satu kendaraan?" secepat kilat Simayati ke mode serius lagi

"Gua minta di antar cek sama Lika"

"oke terus kenapa scooter Lika ada sama elu?"

"Gua bantu baikin"

"Lah kan banyak tukang tambal ban di pinggir jalan, kenapa elu yang baikin?"

"Lika lagi buru-buru" jawab Yama

dari jawaban Yama, Lika bisa menyimpulkan kalau Yama juga mungkin tidak nyaman untuk menceritakan detail kejadian sebenarnya dan Lika merasa tenang.

"emm...lu berdua gak nyembunyiin sesuatu dari kita kan?" Simayati melihat perubahan lega di wajah Lika

"hah? emang apaan mau di sembunyiin?" Lika duluan menjawab karena telunjuk Sima mengarah persis lurus ke Lika

"Lah yang lu bilang lu antarin dia pulang itu pula kapan hari?" kini giliran Rahmad bertanya

"Eh? emang gua ada cerita gitu?" Yama berpura-pura lupa, tadi pagi dia keceplosan ngomong kalau dia yang ngantarin Lika balik.

"Hah?! waahhhh gua nyium bau amis ni Mad...ngaku dah ada apa lagi selain yg di ceritain ke gua?" Sima dan Rahmad menjadi satu tim menyudutkan Yama dan Lika. ekspresi Lika santai sambil mengangkat bahu, Yama juga santai menjawab

"Gak ada lagi, ya kan Lik?" ia menyenggol Lika yang baru saja mengeluarkan smartphone nya lagi

"Iya beneren" Lika mendongkak sebentar lalu sibuk mengetik di smartphone

"Eiii.....gua gak percaya, liat aja ya kalau gua dapat sesuatu" Simayati masih kekeuh

"Hahahaha...udah ah gak usah segitunya juga" Yama tertawa, Lika hanya tersenyum lucu akan tekad temannya

Dari arah entrance food court, tiga perempuan mengenakan masker penutup hidung mulut masuk, yang dua terus berjalan tanpa mengetahui satu teman mereka berhenti di dekat food court untuk memperjelas pengelihatannya.

perlahan si perempuan berjalan ragu mendekati meja yang di tempati Yama dan teman-temannya.

".....?? eh...oi" Rahmad menyentil lengan Yama yang tidak melihat kedatangan perempuan dengan pelindung masker yang menutupi hampir setengah wajahnya, hanya bagian mata ke atas yang terlihat.

Yama menoleh

"Eh? hai lagi ngapain di sini?" Yama langsung mengenalinya, ini adalah Hertha

Hertha tadi hanya melihat Yama, setelah mendekat ia melihat juga Lika di sebelahnya.

Lika, Simayati dan Rahmad melihat ke arah wanita yang di sapa Yama.

"perempuan yang indah" pikir Rahmad, bahkan dengan hampir setengah wajah tertutup Rahmad tahu bahwa perempuan di depannya ini cantik.

Lika menjatuhkan pandangannya ke layar smartphonenya saat ia tahu siapa perempuan yang mendatangi Yama ini, ini adalah perempuan yang sama dengan yang menjenguk Yama kemarin.

"sini bentar" Hertha menarik tangan Yama menjauh dari teman-temannya

Hertha dan Yama di samping food court yang merupakan lorong sepi untuk keluar ke arah parkiran lantai 2

"kenapa? kok mesti ngejauh? oh takut di kenali ya?" Yama tidak mengerti kenapa ia di bawa menjauh

"hubungan elu sama itu cewek apaan sih sebenarnya?" Hertha langsung pada pokok masalah yang dia rasakan

"Teman kelas gua, lu kenapa Her? bukannya kemarin juga ketemu di rumah sakit ya?"

"iya ketemu, terus ketemu lagi di sini sama elu lagi...."

"okay.... then why?"

"gua gak suka liat dia"

"gak suka kenapa? lu kenal dia sebelumnya?"

"enggak kenal, aku gak suka aja dia dekat-dekat kamu"

"hahaha.....ih Hertha ada-ada aja, kurangin posesif kamu dong, kan udah gede bukan anak kecil lagi... tar gua kasih tau Ryan loh" Yama menyebut nama salah satu anggota Genk masa kecil mereka juga, Ryan itu udah seperti ketua dalam Genk mereka, dia yang paling manjain Hertha dan hanya dia yang bisa hentikan keras kepala Hertha saat merajuk jika salah satu dari mereka mulai pacaran.

"gua gak peduli.... pokoknya aku gak suka sama dia"

"gua telpon Ryan ya" Yama tidak ingin berargumen dengan Hertha

Tangan Hertha menahan Yama dari menelpon Ryan.

"Yama.... gua tahu lu cuma anggap gua adik, gua tau kalian semua nganggap gua adik.... tapi kali ini gua mau bilang kalau gua suka sama elu" nada bicara Hertha serius

"huh? seriusan ni....ini Hertha teman gua itu kan?" Yama menyingkap poni Hertha bukan untuk meyakinkan dirinya bahwa ini memang Hertha tapi untuk meyakinkan Hertha tentang ucapannya barusan

"terserah elu mau bilang apa, tapi mulai hari ini gua bakal ganti status adik kakak itu, sekarang gua resmi ngejar elu Yam"

"Hertha.... gak gitu cara kerjanya...eh mau kemana?" Yama belum selesai bicara tapi Hertha sudah melangkah pergi

"kita lihat dia atau gua yang bakal dapat elu" berkata begitu Hertha lanjut melangkah pergi meninggalkan Yama menggaruk kepalanya yang sungguh tidak gatal sama sekali

"Andaikan lu tahu Her, orang yang lu anggap saingan itu sedang tidak tertarik untuk punya pacar" Yama membatin sambil masuk kembali ke food court

avataravatar
Next chapter