1 1

Suatu hari, ada sekelompok mahasiswa yang sedang berbincang bincang di kantin karena sedang jam istirahat.

"Guys! Gimana kalo kita pergi liburan ke villa gitu? Tempat yang bener bener masih alami" -ucap alex

"Ide bagus!" vinsen

"Bagus, kita juga bisa nginep di villa nya tu buat beberapa hari kedepan" -merisa

"Pasti" bella

Setelah mereka mengatur semuanya, mereka akan pergi pada pekan depan.

Hari hari berlalu, dan hari yang ditunggu pun tiba tetapi, perasaan merisa sangat tidak enak, merisa mempunyai firasat bahwa seharusnya mereka tidak berlibur ke daerah yang asri dan sepi dari perkotaan.

Namun, karena hari esok adalah hari keberangkatan mereka,merisa harus tetap pergi juga.

(Maria menelfon)

"Haloo merisa? Apa kamu sudah siap? Kita sudah menunggumu di depan rumah" merisa

"Iya iya gue udh siap,bentar lagi gue keluar" -merisa

~saat perjalanan~

"Merisa lu bawa minum ga?" -tanya vinsen

"Bawa, nih(memberikan minum)" merisa

Setengah perjalanan, mereka sudah disuguhkan dengan pemandangan hutan. Kiri kanan mobil mereka adalah hutan, tiada rumah satu pun atau orang berlalu lalang.

~setengah perjalanan~

"Aduhh.. Ahh.. Gw kebelet nihh.. Minggir sebentar lex" vinsen

"Okeoke" alex

Saat vinsen sedang membuang air kecil, merisa melihat sebuah rumah sakit, yang sangat besar, namun seperti tidak ada penghuninya.

"Vin, lu jangan buang air kecil sembarangan" maria

"Ga bakal ada yg marah kok, org sepi gini" vinden

~sampai di villa~

"Uowhhh.. Villa yang

indahh"bella

"Siapa dulu dong yg pilih villanya" alex

Sesampainya disana, merisa sangat kelelahan, karna perjalanan yang begitu panjang dilewatinnya. Tetapi, firasat yang terus menghantui merisa sejak saat kemarin, masih terbayang di pikiran merisa.

~malam hari~

"merisa, lu tidur ama gua ya" bella

"Oke, tapi maria gimana?" tanya merisa

"Dia tidur sendiri di kamar belakang" bella

"Apa dia berani?" merisa

"Pasti dong" maria

~kamar~

Tepat pada jam 12 malam, merisa terbangun dari tidurnya yang lelap, dan merisa melihat jendela kamar Terbuka dengan masuknya angin yang begitu kencang, merisa bangun dan menutup jendela itu, tetapi saat merisa Melihat ke luar jendela merisa melihat sebuah rumah sakit yang sama pada saat diperjalanan yang merisa lihat, entah apa yang merisa pikirkan, tetapi rumah sakit yang ia lihat itu, sangatlah sepi seperti tidak ada satu orang pun yang ada didalam sana. Tetapi merisa terus berpikir positif.

~pagi hari~

"Merisa bangun ayo bangun" bella

"Kenapa bangun sepagi ini anjir" merisa

"Ikut gua ke kamar maria" bella

~kamar maria~

Hal yang tak pernah mereka semua duga itu terjadi tepat jelas didepan mata merisa, mereka melihat maria teman nya sendiri tergeletak lemah dengan darah yang bercucuran, mereka tak menyangka, apa yang mereka lihat barusan adalah sebuah kekerasan sadis yang terjadi pada teman nya sendiri, mereka tak mengerti siapa yang berani menghabisi teman nya sendiri sampai menjadi seperti itu, akhirnya merisa dan yang lain nya membawa maria ke rumah sakit terdekat.

Merisa ingat ia pernah melihat rumah sakit yang sudah dua kali ia melihatnya, entah itu rumah sakit yang sama atau bukan, tapi yang jelas rumah sakit itu sama sama seperti tidak ada penghuninya, tapi mereka terpaksa membawa maria ke rumah sakit itu, karna tidak ada rumah sakit terdekat dari villa kami tinggal.

~rumah sakit~

"Suster! Suster! Tolong ini ada pasien" alex

Yaa, suster itu datang Dan langsung membawa maria ke ruang ugd, untuk mendapatkan perawatan. Awalnya mereka tidak mengira bahwa ternyata rumah sakit ini masih berfungsi, tapi kenapa sangat sepi? Dan rumah sakit ini pun penerangannya sangat minim, hanya ada cahaya lampu yang sedikit, ditambah lagi dengan pintu yang sudah tak layak untuk dipakai dan kursi tunggu yang cukup Berkaratan. Merisa pikir mungkin itulah penyebabnya sehingga rumah sakit ini sangat sepi.

"Lukanya sangat parah, kita harus mengambil tindakan operasi" dokter

Seketika, alex,merisa dan yang lainnya terdiam mendengar ucapan dokter, yang mengharuskan maria untuk di operasi, sedangkan mereka saja belum tau siapa yang membuat maria menjadi seperti itu. Firasat merisa selalu mengatakan bahwa tak ada yang beres dengan rumah sakit ini.

Karna yang merisa lihat, lukanya maria hanya sedikit, namun memang banyaknya darah yang bercucuran keluar yang membuat lukanya menjadi suatu penyakit yang membahayakan.

~villa~

"Sekarang bagaimana? Kita harus gimana? Apa kita harus menghubungi orang tuanya maria?" vinsen

"Jangan! Kita harus selesaikan dulu masalah ini, jangan membuat orang tua kita khawatir" merisa

Yaa, merisa yakin pasti kami bisa menyelesaikan semuanya tanpa harus meminta bantuan dari orang tua ku.

~esok hari~

Merisa terbangun di pagi hari, aku ingin menghirup udara segar, jadi ia memilih untuk keluar dari villa sebentar dan berkeliling ke halaman belakang dan rumah rumah penduduk yang ada.

Dari jauh merisa melihat seorang ibu ibu yang sedang menyapu halaman depan rumahnya.

"Selamat pagi bu.." ucap merisa

"Selamat pagi nak, kamu dari villa itu ya?(sambil menunjuk ke arah villa)" ibu ibu

"Iya bu, saya baru saja kemarin kesini bersama teman teman saya" ucap merisa lagi

"Ooh, memangnya kamu asalnya dari mana?" ibu ibu

"Saya dari jakarta" ucap merisa

Setelah ia mengobrol dengan ibu ibu tersebut, beliau bercerita padanya tentang rumah sakit yang ada di dekar villa tempat ku tinggal

"Temanmu, ada yang masuk rumah sakit ya?" ibu ibu

"Iya, loh kok ibu bisa tau?" tanya merisa

"Saya melihat kalian pagi² membawa teman mu itu" ucap beliau

"Iya, kami juga tidak tau siapa yang telah membuat teman kami menjadi seperti itu" balas merisa

Kami mengobrol banyak hal tentang rumah sakit itu, namun tiba tiba

"Nak, hati hati dengan rumah sakit itu" ucap ibu ibu

"Me.. Memangnya kenapa dengan rumah sakit itu bu?" balas merisa

"Kau akan tau sendiri jawaban ya nanti, yang terpenting saya sudah mengingatkan, kalian harus hati hati dengan rumah sakit itu" jwb ibu ibu

Merisa pun pulang ke villa, sepanjang jalan ia memikirkan percakapan nya tadi, dengan ibu ibu itu, merisa memikirkan stiap perkataan yang keluar dari mulutnya, dan ekspresi wajahnya yang tak biasa, yang membuatnya semakin penasaran dengan rumah sakit itu.

Benarkah yang diucap ibu ibu tadi? Bahwa merisa dan yang lainnya harus berhari hati terharap rumah sakit itu? Tapi apakah ia harus percaya pada omongan ibu ibu tadi? Bisa saja ibu ibu itu berbohong pada nya.

Otak merisa terus bekerja mencerna percakapan nya dengan ibu ibu tadi. Entah bagaimana lagi, ia bingung harus percaya atau tidak. Semoga saja yang dibicarakan tadi tidak benar.

LALU SEBENARNYA ADA APA DENGAN RUMAH SAKIT ITU?

avataravatar
Next chapter