1 Eps 1: Perpustakaan Sekolah

Sejeong's POV

Kenalkan, namaku Kim Sejeong. Aku sedang duduk di bangku kelas satu menengah atas. Dan hari ini adalah hari pertamaku sebagai siswi resmi sekolah baruku.

Seperti biasanya, aku akan mengayuhkan sepeda berwarna pink pemberian almarhum ibuku untuk pergi sekolah. Aku tidak mempunyai kendaraan yang lebih baik dari pada ini, karena aku hanya menumpang di tempat bibiku dan aku tidak ingin merepotkannya.

Aku memarkirkan sepedaku di tempat parkir sepeda, kemudian tersenyum dengan semangat sambil menatap ke depan.

Langkahku ditutupi oleh seseorang berbadan tegap, mengenakan kacamata bulat, menggunakan sebuah almamater berwana navy. Oh dia anak osis.

"Permisi, aku harus masuk ke kelas," aku berusaha untuk berbicara sopan dengannya, karena ia adalah kakak tingkatku.

"Yak! Apakah kau tidak tahu mengapa aku menutupi jalanmu!?" Tegasnya. Aku melirik sedikit, matanya melotot.

"Apa yang salah? Tidak ada." Jawabku.

Dia menunjuk ke arah dadaku, astaga orang ini sangat tidak sopan.

"Yak! Apa yang kau lakukan!? Kenapa kau menunjuk da--"

"Dasimu tidak ada! Kau mendapatkan poin dan dikenakan hukuman membersihkan satu deret rak buku di perpustakaan!" Ucapnya. Kemudian aku menganga sambil menatapnya tak percaya. Bagaimana mungkin? Di hari pertamaku sekolah menjadi siswi resmi langsung diberi hukuman? Ya Tuhan... jika saja dia bukan kakak tingkatku, sudah aku pastikan rambutnya yang amburadul itu langsung rontok.

"Berhenti menatapku seperti itu, aku tahu aku ini tampan," katanya. Ew. Orang ini sangat pede sekali, inginku memberikannya kaca agar dia bisa meralat perkataannya barusan.

"Sehun! Mengapa kau hanya diam di sana!? Di sini masih banyak murid yang melanggar aturan!" Teriak lelaki yang bertubuh pendek, aku tahu namanya, dia adalah Byun Baekhyun.

Oh, jadi nama lelaki itu Sehun, lalu... kenapa aku tiba-tiba kepikiran bihun ya? Hmmm sepertinya lezat.

"Cepat ikuti aku! Kau tidak akan ikut dua jam pelajaran pertama!" Sial. Baru di hari pertama aku sudah harus merelakan waktu pelajaranku.

Dan di sinilah aku berdiri, di ujung rak buku perpustakaan yang sangat berdebu, sudah bisa dipastikan bahwasannya tidak ada yang mengunjungi bagian ini, karena di sini isinya seperti arsip-arsip yang sudah tidak berguna.

"Bersihkanlah di sini, jangan kemana-mana sampai aku kembali dan menyuruhmu untuk berhenti, paham?" Aku hanya mengangguk paham, lalu mencoba untuk membersihkan rak buku yang sangat kotor ini. Terkadang aku sesekali terbatuk karena debu yang berhamburan.

Kini, aku berusaha untuk merileks kan tubuhku, karena ini baru saja berjalan seperempat rak yang kotor. Aku heran, bagaimana mungkin bagian sini tak pernah dibersihkan?

Sesekali aku menatap beberapa buku yang tersusun rapi dan ada yang tersusun berantakan di rak, siapa tahu ada buku yang menarik perhatian sehingga dapat kupinjam.

Sebenarnya, dari awal aku menginjakkan kaki di perpustakaan, aku merasakan hawa aneh, seperti benar-benar mengangguku. Namun, aku berusaha untuk tidak menggubrishnya karena itu hanya akan membuatku terjebak dan dikatai aneh.

Brak!

Setumpukan buku terjatuh tepat di hadapanku yang sedang duduk, aku terkejut dan berusaha mirilekskan detak jantungku.

Aku berpikir dengan keras, bagaimana bisa buku itu terjatuh?

Aku segera berdiri dan melihat sekeliling, namun tidak ada seorang pun yang dekat dengan rak yang aku bersihkan, dan orang-orang pun sedang fokus dengan bacaannya di meja perpustakaan yang letaknya sangat jauh dari tempatku berdiri.

"Ya Tuhan... ini baru hari pertamaku, tapi apakah 'mereka' mulai mengangguku kembali? Aku tak ingin dikatai gila seperti dulu," batinku meracau tak jelas. Ketakutanku akan masa lalu kembali muncul.

Kakiku melemas, apalagi ditambah tiba-tiba salah satu buku yang terbuka dengan sendirinya, kemudian terlempar dan tepat mengenai ujung sepatuku.

"Tidak lagi, ya Tuhan..." batinku.

"Yak! Mengapa kau membuat buku ini berantakan? Seharusnya kau membersihkannya dan juga merapikannya, bukan malah membuatnya semakin kacau!" Bentak kakak tingkatku yang tadi, suaranya terdengar samar-samar. Sejujurnya aku sangat takut saat ini, bahkan mataku terpejam dengan sangat erat.

"Hey! Apakah kau tidak mendengarkanku!?" Teriaknya sekali lagi.

Aku langsung terkulai lemas dan terduduk di lantai sembari meringkuk, aku butuh ibuku sekarang juga.

"Ibu..., aku membutuhkanmu saat ini,"

"Hey, kau kenapa?" Suara lelaki itu terdengar semakin mendekat ke arahku, namun mataky masih terpejam dengan sangat rapat.

Sepertinya, aku akan demam.

Aku merasa ada tangan yang menyentuh keningku, lalu orang itu sedikit meringis.

"Astaga, kau demam," gumamnya.

Dia tiba-tiba mengangkat tubuhku, kemudian aku menebak ia akan membawaku ke uks.

"Sehun? Ada apa dengan gadis itu?" Samar-samar aku mendengar suara seorang perempuan, sepertinya itu adalah si penjaga perpustakaan.

"Dia sakit bu, aku hendak mengantarnya ke uks, permisi."

Tak lama, kesadaranku semakin melemah dan membuatku pingsan saat masih berada di gendongan Sehun.

Sejeong's POV end

***

Sehun's POV

Baru saja hari pertama sekolah, aku yang berjaga di depan gerbang sudah menemukan beberapa siswa siswi yang melanggar aturan, yaitu tidak menggunakan seragam lengkap.

Dan kini, seorang gadis bertumbuh pendek berdiri di hadapanku, ia terheran-heran melihatku karena telah menutupi jalannya.

Aku menjelaskan padanya dengan sedikit bentakan, karena jika tidak seperti itu, mereka semua pasti akan melanggar terus-menerus.

Gadis itu nampak kesal, aku pun akhirnya memberikannya poin dan hukuman membersihkan satu deret rak di perpustakaan.

Setelah aku mengantarkannya, aku beralih ke ruang osis untuk mengerjakan beberapa tugas yang belum ku kerjakan.

"Oi, bodoh!" Teriak seseorang.

"Ada apasih?" Jawabku kesal. Aku menatap tajam Baekhyun yang kini mengalihkan pandangannya dariku.

"Ini sudah jam berapa bodoh? Kau menghukumnya terlalu lama, padahal dia juga baru kelas satu," ucapnya.

"Aku tahu, tak perlu membentak," jawabku tenang, kemudian meninggalkan Baekhyun di ruang osis bersama dengan anggota lainnya.

Aku terkejut saat melihat keadaan rak yang seharusnya bersih dan rapi menjadi berantakan karena ulah gadis itu, pastinya.

Kini aku melihat dia berdiri sambil memejamkan matanya, kemudian ia terduduk dan meringkuk seperti seorang yang ketakutan.

Aku mendekat padanya, kurasa ada yang salah dengannya.

Dan benar saja, saat ku sentuh keningnya, ternyata dia demam. Aku berpikir sebentar, bukannya tadi dia baik-baik saja?

Dengan sigap aku membawanya ke uks dan segera pergi meninggalkan perpustakaan.

Sehun's POV end

***

avataravatar