webnovel

Tawaran menjadi model

Aryk melepaskan kacamata hitam yang membingkai kelopak matanya. Senyuman lebar menampakan barisan gigi putih terawat milik model papan atas itu.

Ia menatap ke dalam minimarket dari parkiran. Seorang model tampan, muda, dan masih lajang, tiba-tiba turun dari mobil yang terparkir di depan minimarket. Mengejutkan semua orang yang lewat dan juga yang sedang berbelanja di minimarket itu. Dalam hitungan detik, model itu sudah dikelilingi para wanita yang mengenalnya sebagai 'Sammy Orlan'.

"Akhh!" Yani tiba-tiba berteriak. 

"Astaga! Kenapa sih, Yan? Kamu membuatku kaget saja," gerutu Gheisha. 

"Ya ampun, Ghe, dia tampan sekali," ucap Yani sambil menunjuk ke parkiran minimarket. Tubuh tinggi Aryk membuat wajahnya tetap bisa terlihat meski dikerumuni banyak orang.

Gheisha melihat ke tempat yang ditunjuk oleh Yani. Saat gadis itu menatapnya, Sammy mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum manis. Gadis itu segera berpaling.

"Ah, dia mengedipkan mata ke arah sini. Siapa ya yang dimaksud? Aku atau kamu?" tanya Yani sambil bersorak kegirangan.

"Tidak tahu. Lagian, siapa sih dia? Heran, sampai bikin orang berkumpul seperti semut," ucap Gheisha. Ia melanjutkan pekerjaannya.

"Ghe! Kamu hidup di zaman apa? Dia itu model papan atas yang sedang digandrungi para remaja dan wanita dewasa. Pria idaman para gadis lajang yang menginginkan suami sempurna. Kamu tidak kenal?"

"Tidak. Aku tidak waktu untuk menonton televisi atau gosip di ponselku. Hidupku hanya untuk bekerja. Tidak penting juga, kan, kenal dia atau tidak. Memangnya kalau kenal, dia bisa menjadi teman kita. Tidak mungkin, kan." Gheisha berjongkok sambil menyusun stok barang yang baru dibawanya dari gudang.

Ia merasa aneh karena Yani di sampingnya yang sejak tadi bicara panjang seperti kereta, tiba-tiba terdiam. Gadis itu pun menoleh ke sampingnya. Dahinya mengernyit melihat sepatu laki-laki di sampingnya. Matanya menelusuri dari sepatu, celana panjang hitam, terus ke atas sampai ia melihat jelas wajah orang yang berdiri di sampingnya.

'Pantas saja, Yani jadi diam.'

"Hai, Ghe!" 

"Ha?" Yani menganga penuh tanda tanya. "Ghe, dia kenal sama kamu," bisiknya di samping Gheisha. 

Gheisha berdiri dan menatap lekat-lekat wajah Sammy. Ia seperti mengenal suaranya, tapi wajahnya sama sekali tidak terlihat akrab. Gadis itu pun bingung, bagaimana model itu mengenalnya.

'Aneh? Aku tidak merasa mengenal dia, tapi dia mengenalku.'

"Maaf, Anda siapa?" tanya Gheisha.  "Aw, apa sih, Yan," gerutu Gheisha saat sahabatnya itu menyikut lengannya.

'Gadis di samping Ghe-Ghe adalah gadis yang berpura-pura menjadi DJ Dandelion. Ini semakin menarik. Tidak hanya menemukan Gheisha, aku juga menemukan sahabat dari Dandelion. Itu berarti, Gheisha juga mengenal Dandelion. Hebat!'

"Aku, Sammy Orlan. Senang bertemu denganmu," ucapnya sambil mengulurkan tangan. Namun, Gheisha tidak segera menyambut uluran tangan pria itu.

Yani menarik tangan Gheisha dan menempelkannya di tangan Aryk. Terpaksa, gadis itu menggenggam tangan sang model dan berjabat tangan.

Gheisha kagum dengan kelembutan kulitnya. Telapak tangan Sammy sangat halus, membuat perbedaan yang sangat jelas antara orang yang pekerjaannya enak dengan karyawan pekerja keras seperti Gheisha.

Tangan Gheisha lebih kasar dari wanita yang lain. Walaupun tidak sekasar para petani yang bekerja keras mencangkul sawah. Namun, ia sedikit minder saat merasakan betapa lembutnya tangan Sammy.

"Senang bisa berkenalan dengan Anda," jawab Gheisha. Ia segera menarik tangannya, tapi Aryk menggenggam erat tangan Gheisha. Gadis itu menarik tangannya lebih kuat sambil menatap tajam ke wajah yang tersenyum manis kepadanya.

Di depan kaca minimarket, para fansnya berkumpul. Tidak ada celah dari kaca itu yang kosong. Mereka memadati parkiran minimarket. Namun, mereka tidak bisa masuk ke dalam karena kedua bodyguard Sammy menghadang di pintu minimarket. Mereka hanya bisa berteriak-teriak memanggil nama idola mereka.

"Anda mau belanja apa? Silakan memilih! Saya permisi, masih banyak pekerjaan," pamit Gheisha.

"Ghe! Ghe!" panggil Sammy. Ia terpaku beberapa detik saat melihat Gheisha masuk ke dalam gudang. Kemudian dia mengejar dan ingin masuk ke dalam.

"Maaf, Mas Sammy." Yani menghadang dan menunjuk kertas yang menempel di pintu 'Selain karyawan, dilarang masuk!'. Sammy hanya bisa menunggu sampai Gheisha keluar dari gudang. 

Yani mengambil kertas nota kosong dan meminta tanda tangan Sammy. Sampai satu jam berlalu, gadis itu tidak keluar juga. Sammy tak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia menerobos masuk bersama Icha. Yani mengikuti di belakang mereka.

"Ghe! Aku ingin membicarakan hal penting denganmu, bukan ingin berbelanja."

"Yan, kamu mau kita dipecat karena memasukkan orang lain ke dalam gudang?" tanya Gheisha sambil menatap tajam sahabatnya itu. Pertanyaan itu juga merupakan sindiran untuk Aryk bahwa sikapnya itu bisa saja membuat kedua gadis itu dipecat.

"Sam, kita tunggu jam istirahat saja. Bagaimana, Nona Gheisha? Anda bersedia bicara dengan kami, jika itu di jam istirahat?" tanya Icha dengan sopan. 

Melihat ketulusan ucapan Icha, Gheisha mengangguk. Mereka berdua pun keluar dan menunggu di dalam mobil.

"Ghe-Ghe, itu …. Kamu mengenal dia dari mana?" tanya Icha.

"Aku mengenal dia saat melarikan diri dari pengawal-pengawal sewaan kamu," jawab Aryk.

"Dia tidak mengenal kamu?"

"Tidak. Aku bertemu dengannya sebagai Aryk. Bisa dibilang, kekuatan make-up zaman sekarang sangat bagus. Dia tidak tahu kalau aku adalah Aryk. Itu lebih baik, sih. Biarkan dia tidak mengenali siapa aku," ucap Aryk. Ia menurunkan sandaran kursi dan berbaring. Ia melirik jam tangannya. Masih ada waktu dua jam sebelum jam istirahat. Aryk memanfaatkannya untuk tidur.

***

"Jadi, apa tujuan kalian mencari saya?" tanya Gheisha. 

Mereka bicara di dalam mobil. Sopir dan kedua pengawal berdiri di depan mobil. Hanya Gheisha, Icha, dan Aryk.

"Begini, kami membutuhkan model wanita untuk menjadi pasangan dalam pemotretan Sammy," ucap Icha dengan hati-hati.

"Lalu, apa hubungannya dengan saya?" 

"Aku ingin, kamu menjadi pasanganku. Mau, ya," bujuk Aryk. 

"Kalian salah tempat. Kalau mau mencari model, tempatnya bukan di sini. Saya permisi," pamit Gheisha. Ia membuka pintu dan hendak turun.

"Bayaranmu, tiga kali lipat dari gaji pelayan di minimarket." Aryk menawarkan gaji yang cukup besar. "Untuk satu kali pemotretan. Tolong kami," pinta Aryk. 

'Hanya satu kali, gajinya tiga kali lipat dari gajiku di sini. Menggiurkan, sih. Aku juga sedang membutuhkan banyak pemasukan untuk mengisi tabunganku. Apa, aku terima saja, ya?'

Gadis itu bimbang. Jika ditolak, ia akan kehilangan kesempatan langka ini. Namun, jika diterima, itu artinya dia masuk ke dunia model. Kehidupan seorang model, sama dengan kehidupan seorang selebriti. Mereka tidak bisa hidup bebas seperti rakyat biasa. Sanggupkah Gheisha seperti itu?

Ia suka dengan kebebasan. Ia mungkin akan terkekang jika sudah menggeluti dunia itu. "Aku minta waktu untuk memikirkannya," ucapnya.

"Kami akan melakukan pemotretan seminggu lagi. Kami hanya bisa memberi waktu dua hari, jadi kalau kamu tidak menerima tawaran kami. Masih ada waktu untuk mencari pengganti," ucap Icha menjelaskan. Gheisha setuju dengan waktu dua hari yang mereka tawarkan. Gadis itu turun dan mereka pun pergi meninggalkan minimarket.

====BERSAMBUNG====

Next chapter