1 Prolog

*Jangan pernah bermain dengan sebuah kata taruhan. Karena kita tidak akan tahu, siapa pemenang dari pertaruhan itu.*

Aryk menarik tangan Gheisha agar gadis itu keluar dari mobilnya. Ia memarkir mobilnya di depan sebuah gedung sekolah yang terbengkalai dan jauh dari jalan utama kota. Gedung kosong yang gelap dan tidak beratap itu persis seperti sebuah rumah hantu. Rasanya sangat cocok jika untuk acara uji nyali seperti yang sering diputar di televisi. Aryk melempar tubuh Gheisha ke dinding, lalu ia memerangkapnya di antara dinding dan tubuhnya.

"Cepat buka!" ucap Aryk tidak sabar.

"Aryk, bisakah meminta yang lain saja? Aku akan turuti semua kemauanmu, tapi jangan yang itu. Aku tidak bisa, maksudku … untuk saat ini, aku benar-benar tidak bisa."

Gheisha mulai terisak. Air mata yang mengalir di kedua pipi Gheisha sama sekali tidak membuat Aryk mengurungkan niatnya. Di sebuah gedung sekolah yang terbengkalai dan jauh dari jalan utama kota, Aryk memerangkap tubuh Gheisha di dinding. Tangan besar Aryk mengusap air mata yang membasahi dagu Gheisha.

"Kumohon, lepaskan aku, Aryk!"

"Kita sudah sepakat. Apa kamu akan mengingkari janjimu?!" Aryk meninggikan intonasi bicaranya.

Gheisha terperanjat mendengar suara lantang Aryk yang memekakkan telinga. Gheisha dan Aryk memang sudah sepakat sebelum bertaruh. Namun, Gheisha tidak pernah menyangka kalau ia akan kalah dari Aryk. Berat bagi Gheisha untuk menyanggupi permintaan Aryk. Meskipun sebelumnya Gheisha setuju dengan syarat dari taruhannya dengan Aryk, bahwa siapapun yang menang, maka yang kalah harus menuruti keinginan yang menang. Tapi, Gheisha merasa takut. Apa yang akan terjadi setelah ia memberikan apa yang Aryk inginkan.

"Cepat buka! Aku sudah sangat lama menantikan hal ini," ucap Aryk dengan senyuman penuh arti.

"Tapi ... apa kamu bisa berjanji satu hal padaku?" tanya Gheisha. 

"Katakan!" ucap Aryk dengan hati yang mulai benar-benar kesal.

"Hanya sekali ini saja. Jangan menggangguku lagi di kemudian hari." 

Perlahan-lahan Gheisha mengangkat tangannya. Aryk menatap wajah Gheisha dengan seksama. Namun, suasana gelap tanpa penerangan lampu itu membuat Aryk tidak bisa melihat wajah Gheisha dengan jelas. Cahaya bulan juga sedang tertutup oleh awan hitam. Belum sempat Gheisha membuka penutup wajahnya, terdengar suara langkah kaki yang kian mendekat. Dengan terpaksa, Aryk menarik Gheisha untuk pergi dari gedung sekolah yang terbengkalai itu. Saat sudah di luar gedung, Gheisha menggigit tangan Aryk. 

"Akhh ...." Aryk melepaskan tangan Gheisha.

Dengan cepat Gheisha berlari meninggalkan Aryk. Gheisha bisa selamat hari ini, tetapi ia masih punya hutang taruhan pada Aryk. Gheisha ingin membayar taruhannya, tetapi tidak hari ini. Ia akan melakukannya suatu saat nanti, ketika ia sudah siap.

Aryk hanya menatap Gheisha yang berlari sangat kencang. Aryk membiarkan Gheisha kabur dan tidak mengejarnya. Ia hanya menunjukkan senyum menyeringai. Aryk akan tetap menagih hutang janji dari taruhan mereka.

"Aku akan mencarimu, kemanapun kamu pergi, aku akan menemukanmu." Aryk melangkah pergi sambil mengibaskan tangannya yang masih terasa sakit karena gigitan Gheisha. Aryk mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hari ini, Aryk kabur dari lokasi pemotretan. Entah apa yang akan dilakukan oleh Manajer dan asisten pribadinya.

avataravatar
Next chapter