webnovel

Kalah taruhan

Gheisha keluar dari klub malam. Ia masih memakai topengnya karena tidak bisa mengganti bajunya. Gheisha membuka aplikasi taksi online langganannya. Namun, tiba-tiba ada yang merampas ponselnya.

"Hei!" Gheisha berteriak.

"Aku antar kamu pulang," ucap Aryk.

Cahaya yang lebih terang di depan klub, membuat Gheisha menganga saat melihat Aryk. Tentu Gheisha sangat mengingat wajah itu. Wajah yang tadi pagi bertemu dengannya sebelum pergi ke pasar. Wajah pria yang sangat menyebalkan. Dia! Jadi ... dia ... A.S? Cincin dan gelang ini juga, darinya? tanya batin Gheisha.

"Tidak perlu! Terima kasih," tolak Gheisha tegas.

"Kenapa tidak mau diantar? Takut aku makan kamu di jalan," goda Aryk.

Tiidd! Tiidd!

Suara klakson motor membuat Aryk dan Gheisha terperanjat. Gheisha memperhatikan motor itu. Sekilas ia tidak peduli, tapi saat pengendara motor itu membuka helmnya seketika itu pula Gheisha terbelalak. Johan? Anak itu benar-benar tidak mendengarkan ucapanku, batin Gheisha.

"Kita pulang sekarang, Sayang!" seru Johan. Ia melirik tajam ke arah Aryk. Johan berpura-pura menjadi pacar Gheisha.

Gheisha merasa tertolong dengan sandiwara Johan. Ia pun mengikuti sandiwara Johan. Gheisha menghampiri dan merangkul pinggang Johan.

"Ayo, Sayang," ucap Gheisha manja.

Aryk hanya terpaku menatap kepergian Dandelion. Ia tidak merasa cemburu karena ia bisa menebak kalau usia mereka berbeda jauh. Aryk akan tetap mengejar Gheisha selama belum ada ikatan pernikahan yang menghalangi.

"Sampai jumpa, Dandelion," gumam Aryk.

"Hei! Dasar anak nakal!" maki seorang laki-laki bersuara berat dan tegas.

"Eh, Pah. Ini sudah pagi, lho. Papa masih keluyuran," celoteh Aryk.

Laki-laki bersuara berat itu adalah Surendra, ayah Aryk. Ia baru saja pulang dari rumah selingkuhannya dan tidak sengaja melihat Aryk di depan klub malam. Surendra menyuruh sopir menepikan mobilnya.

"Kamu .... Papa sudah bilang, dunia modeling itu akan membuatmu terjerumus ke dalam pergaulan tidak benar. Lihat sekarang! Apa yang Papa ucapkan itu benar, kan?"

"Pah, aku menjadi anak tidak benar, semua itu mengikuti kebiasaan Papa!" teriak Aryk. Ia mengusap kasar wajahnya sebelum lanjut berbicara, "apa Papa tidak memikirkan aku? Lihat, Papa masih di luar rumah bersama wanita lain. 

"Tidak kasihan dengan Mama yang menunggu di rumah. Mungkin saja, Mama tidak tidur karena menunggu Papa. Jika Aryk seperti ini sekarang, semua karena Papa!" 

Aryk masuk ke dalam mobilnya. Ia meninggalkan Surendra yang berteriak memanggilnya dengan kesal.

***

Hari yang ditunggu oleh semua orang pun tiba. Setelah tiga hari Gheisha memulihkan luka di kakinya, kini ia dan Aryk sudah bersiap untuk menunaikan taruhan mereka.

Mereka berkumpul di halaman belakang klub malam. Setiap malam minggu, klub malam itu  memang mengadakan balap liar dengan arena memutar di belakang klub malam. Halaman belakang klub itu masih merupakan milik klub.

Seminggu sekali, di sana akan mengadakan balapan dengan berbagai macam hadiah. Gheisha memakai motor milik klub malam, sementara Aryk membawa motornya sendiri.

"Karena lawan berlainan gender, jadi kita ikuti peraturan dari peserta wanita." Juri memulai dengan membacakan peraturan. Setelah itu, ia bertanya pada Gheisha, "berapa putaran yang kamu butuhkan untuk melewati taruhan malam ini?"

"Bagaimana kalau lima putaran?" tanya Gheisha percaya diri. Ia sering ikut balapan di klub malam itu untuk menggantikan orang lain. Lima putaran bisa dilaluinya dengan mudah.

"Bagaimana pihak lawan, bersedia?" tanya Juri.

"Oke." Aryk menjawab singkat. 

Keduanya sudah duduk di atas motor masing-masing. Gheisha memakai helmnya. Ia juga memakai sarung tangan untuk mencegah tangannya licin karena keringat. Ia tidak mau kalah dari Aryk, jika ia kalah itu artinya ia harus menjadi kekasih Aryk.

Gheisha sangat tidak sabar melihat wajah kecewa Aryk saat Gheisha memenangkan balapan. Jangan harap aku mau jadi pacarmu, batin Gheisha. Ia berdoa sebelum gadis yang membawa sapu tangan itu berdiri di tengah arena balap. 

Ya, Tuhan, jangan biarkan Aryk menang, batin Gheisha. Tiba-tiba saja rasa percaya dirinya hilang. Mungkinkah ia akan kalah hari ini? Batin Gheisha meracau.

"Siap-siap!" Gadis itu sudah berdiri di antara dua sepeda motor yang siap bertanding.

Gheisha dan Aryk sudah menyalakan mesin sepeda motor. Mereka menarik gas kencang, sampai knalpot kedua sepeda motor itu mengepulkan asap lumayan banyak.

"Bersedia!"

Wush!

Sapu tangan itu terbang saat dilemparkan si Gadis berbaju seksi.

Ngeeng!

Kedua peserta balapan itu memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Penonton bersorak mendukung jagoan pilihan mereka. Penonton pria lebih banyak bertaruh untuk kemenangan Gheisha. Sedangkan para penonton wanita, jelas saja memilih Aryk yang terlihat tampan dan gagah saat mengendarai motornya.

Wajah Aryk yang tanpa make-up membuat para wanita itu tidak tahu kalau pria itu adalah Sammy Orland, model papan atas yang paling bersinar tahun ini. Jika mereka tahu, bukan hanya akan menjadi masalah untuk Aryk. Tapi, akan ada berita yang bisa membuat karir Aryk bermasalah. Tentu, ia juga akan dimarahi oleh manajernya, Icha.

Putaran pertama dan kedua, Gheisha memimpin. Namun, di putaran ketiga, Gheisha mulai tertinggal. Tidak! Jangan sampai Aryk menang! batin Gheisha berteriak. Hatinya mulai panik, debar-debar di dadanya semakin memburu tidak beraturan.

"Yeehhh!" Para pendukung Aryk bersorak di putaran terakhir. Aryk memenangkan balapan dan tiba di garis finish lebih dulu daripada Gheisha.

Aryk melepas helmnya. Ia tersenyum ke arah Gheisha, seakan berkata bahwa 'aku menang'. Gheisha memarkir motornya. Ia masih sangat syok karena kekalahannya. Ia tidak peduli menang atau kalah, jika taruhan mereka adalah uang. Tapi, taruhan antara Gheisha dan Aryk adalah hal yang sangat berat untuk Gheisha sanggupi.

Gheisha melepas helmnya. Ia tidak mau turun dari motor atau menghampiri Aryk. Gadis itu hanya bisa menatap Aryk dengan tatapan tidak percaya. Saat Gheisha bertanya, apa Aryk bisa mengendarai motor, jelas-jelas Aryk bilang tidak mahir. Melihat dari permainannya di lapangan tadi, itu tidak terlihat seperti orang yang tidak mahir mengendarai motor.

Aryk menghampiri Gheisha, diikuti para penonton yang sangat penasaran dengan taruhan mereka. Aryk mengulurkan tangannya untuk membuka topeng yang menutupi wajah Gheisha. Namun, secepat kilat, Gheisha turun dan menghindar.

"Kau mau mengingkari janji?" tanya Aryk dengan senyuman menyeringai sinis.

"Wah, DJ Dande, masa mau ingkar janji," cibir penonton wanita yang sangat ingin melihat wajah Gheisha. Wajahnya pasti sangat jelek, makanya tidak berani dibuka, pikir penonton wanita itu.

"Aku tidak pernah ingkar janji. Tapi, kalian semua tidak ingat dengan isi perjanjian antara aku dan Aryk. Apa kalian benar-benar lupa ingatan?" tanya Gheisha. Ia mencoba mengingatkan isi perjanjian mereka. "Aku bilang, jika aku kalah … aku akan membuka topengku. Tapi, hanya di depan dia," ucap Gheisha sambil menunjuk ke arah Aryk.      

Next chapter