webnovel

Hari pemotretan

Gheisha sudah berdandan rapi. Ia sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah dan juga menyiapkan sarapan. Johan yang hari ini bangun lebih awal, merasa heran melihat kakaknya sudah rapi.

"Kak Ghe-Ghe mau kemana? Tumben sudah rapi," ucap Johan.

"Kakak ada pekerjaan baru dan harus berangkat pagi-pagi."

"Hah? Pekerjaan baru lagi. Kakak ini manusia, bukan robot. Kenapa Kakak harus menerima pekerjaan lagi?" tanya Johan dengan nada sedikit emosi. Ia tahu, kakaknya sudah memiliki dua pekerjaan. 

"Kakak tahu, kamu pasti khawatir. Tapi, percayalah sama Kakak. Tidak akan ada apa-apa, Kakak janji," ucap Gheisha.

"Ekhem! Tumben sudah rapi," sindir Sisi. Ia mengendus bau parfum di tubuh Gheisha lalu menutup hidungnya. "Mau pergi kencan, ya? Iyuuhh … bau parfum murahan memang beda, ya." Sisi mengejek wangi parfum yang dipakai Gheisha.

"Kak Sisi!" bentak Johan.

"Apa? Memang bener, kan. Parfum yang kamu pakai itu adalah parfum murahan. Tidak ada sepersepuluh dari harga parfum milikku," ejeknya.

"Lebih baik parfum murahan yang dibeli dengan uang hasil keringat sendiri, daripada parfum mahal yang dibelikan suami orang," sahut Gheisha dengan tatapan sinis.

"Kamu!" tunjuk Sisi. Ia memang mendapatkan parfum itu dari bosnya. "Mama! Ghe-Ghe menghina Sisi lagi!" teriak Sisi.

Sharmila yang masih sibuk mencatok rambut, keluar terburu-buru dari kamar sambil membawa sisir. Gheisha menghela napas panjang. Ia tahu, sebentar lagi perang akan pecah.

"Hah, umur udah tua, tapi bisanya mengadu. Ckck, dasar anak mama," ejek Gheisha.

"Ada apa lagi, sih? Setiap hari selalu saja ribut-ribut. Kenapa lagi, Sayang?" tanya Sharmila kepada Sisi.

"Itu, Ma. Masa Gheisha bilang, kalau Sisi simpanan bos," ucap Sisi. Ia kembali memfitnah Gheisha seperti biasanya.

Gheisha hanya diam saja. Ia sudah lelah dengan perilaku Sisi. Bosan, setiap hari difitnah dan diadukan kepada Sharmila. Johan sudah akan bicara, tapi Gheisha melarangnya. Ia menahan pundak Johan dan menyuruhnya tetap diam.

"Mulut kamu semakin lama semakin kurang ajar saja!" maki Sharmila. Ia menghampiri Gheisha dan ….

Plakk!

"Mama!" bentak Johan. Dia membantu Gheisha yang tersungkur karena tamparan keras dari ibu tirinya itu. "Kak Ghe-Ghe tidak mengatakan hal yang dikatakan Kak Sisi. Kenapa Mama selalu saja menindas Kak Ghe-Ghe. Di mata Mama hanya ada Kak Sisi. Apa yang dikatakan Kak Sisi selalu benar di mata Mama," ucap Johan panjang lebar. 

Setelah Gheisha berdiri, ia menyuruh Johan masuk ke kamarnya. Meskipun, adiknya itu menolak. Namun, Gheisha tidak mau Johan terkena masalah karena dirinya. Ia hanya berdiri diam, mendengarkan semua kata-kata kasar dari ibu tirinya. Ia bahkan tidak mengingat setiap katanya karena terlalu banyak yang dikatakan oleh Sharmila. Sampai akhirnya dia lelah dan kembali ke kamar.

"Sudah puas? Kau selalu memfitnahku sejak hari pertama ayah meninggal. Kalian, sejak awal masuk ke rumah ini hanya untuk mengambil harta warisan Papa, benar kan?"

"Kalau aku bilang, iya. Terus kamu mau apa? Haha …." Sisi mengejek Gheisha dengan tawa lebar yang terdengar sampai ke kamar Johan.

Remaja itu hanya bisa menghela napas berat. Ia tidak menyangka jika ibu dan kakaknya itu memang hanya menginginkan harta Ikmal. Ia merasa malu kepada Gheisha karena ibunya datang ke rumah itu untuk menghancurkan kebahagiaan Gheisha.

Sisi membenarkan ucapannya, Gheisha hanya bisa meneteskan air mata. Ia menyambar tasnya di kursi dan pergi dengan perasaan sedih. Seandainya Papa tidak menikah dengan perempuan itu, mungkin tidak akan seperti ini, batin Gheisha. 

Ia pergi dengan menggunakan taksi menuju minimarket. Gheisha tidak memberitahu alamatnya kepada Icha dan Sammy. Mereka berjanji akan menjemput Gheisha di minimarket. 

Gheisha masuk ke dalam minimarket dan menyapa temannya. Dia berbeda shiff dengan Gheisha. Sambil menunggu jemputannya tiba, Gheisha membantu mereka merapikan barang-barang.

"Tidak usah, Ghe! Jam kerjamu kan nanti siang. Biar aku saja," ucap Ima. Dia mengambil alih pekerjaan yang dilakukan Gheisha.

"Tidak apa-apa. Daripada aku bosan menunggu," kata Gheisha sambil berjongkok dan membantu Ima.

"Aku sangat iri padamu, Ghe."

"Iri kenapa?"

"Kamu akan menjadi pasangan Bang Sammy. Andai aku bisa seperti kamu," ucap Ima, sedih.

"Kalau bukan karena aku butuh uang yang banyak, aku juga tidak mau melakukannya. Aku justru iri denganmu. Kamu bisa tinggal bersama keluargamu, bahagia, selalu bersemangat." Gadis itu mendadak murung.

Ima memang kasihan dengan kehidupan Gheisha. Gadis itu memiliki segalanya, tapi harus hidup dengan bekerja keras. Seharusnya, Gheisha tinggal meneruskan bisnis ayahnya. Namun, kepemimpinan dipegang oleh Sharmila dengan alasan Gheisha belum cukup umur. 

"Maaf, ya, Ghe." Ima merasa bersalah karena membuat Gheisha bersedih.

"Tidak apa-apa." Gheisha menghapus air matanya saat mendengar bunyi klakson mobil. "Sepertinya, itu jemputanku. Aku pergi dulu. Dadah, Ima."

"Dah, Ghe. Hati-hati jatuh cinta sama Bang Sammy," seloroh Ima.

Gheisha pergi ke lokasi pemotretan. Ia sudah merasa tegang dan gugup. Pertama kali dipotret bersama seorang laki-laki, membuatnya berkeringat. Padahal mereka masih di jalan.

"Boleh saya tahu, Pak, dimana lokasinya?" tanya Gheisha pada sopir.

"Di hotel, Mbak." 

"Hah? Di hotel?" 

"Iya. Bang Sammy dan kru yang lain sudah menunggu di sana."

Setidaknya ada banyak orang di sana. Gheisha tidak takut ditipu oleh Sammy. Pikirannya menjadi tidak enak. Kenapa lokasinya di hotel? tanya Gheisha dalam hati.

Tiba di lobby, ia disambut oleh Icha. "Hai, Ghe. Sudah siap?" tanya Icha. Ia juga sama gugupnya dengan Gheisha. Mereka telah menipu Gheisha. Entah apa yang akan terjadi nanti, jika Gheisha tahu apa yang harus dilakukannya.

"Iya, Kak. Sammy, dimana?"

"Dia sudah di atas. Kita ke sana sekarang," ucap Icha sambil menggandeng tangan gadis itu. Mereka pergi ke kamar suite hotel SUN. 

Ceklek!

Icha membuka pintu kamar. Ia mengajak Gheisha untuk menyapa para kru yang sudah siap. Icha mencari Sammy karena tidak kelihatan.

"Sammy mana?"

"Sedang mengganti baju. Mbak juga sebaiknya cepat ganti baju," jawab orang yang bertugas di bagian pencahayaan.

Icha membawanya masuk ke kamar mandi. Ada dua kamar mandi di kamar suite itu. Icha membawa baju yang akan dipakai oleh Gheisha. Ada tiga kostum yang harus dipakai dalam pemotretan kali ini. Baju olahraga, baju tidur, dan gaun malam.

"Kamu ganti bajumu dengan ini!" Icha memberikan baju olahraga itu kepada Gheisha dan meninggalkannya di kamar mandi. Ia menunggu Gheisha di depan pintu. Ia harus memastikan tidak ada yang mengintip gadis itu.

Setelah mengganti baju, Icha mengajak Gheisha ke bagian tata rias. Saat duduk di depan meja rias, ternyata Sammy juga sedang duduk di sebelahnya. Ia sudah selesai dirias.

"Hai, Ghe. Sudah siap, kan?" tanya Aryk. Ia tersenyum melihat gadis itu gugup saat duduk di sampingnya. "Jangan gugup. Semua akan membantumu. Santai saja," ucap Aryk.

Kostum pertama dan kedua mungkin tidak akan jadi masalah untuk Gheisha. Lihat nanti, saat kostum yang ketiga harus dipakai olehnya. Aryk sangat menantikan reaksinya. 

====BERSAMBUNG====     

Next chapter