webnovel

Gagal lagi

Gheisha dan Yani menyusun rencana. Gheisha mengirimkan pesan ke nomor ponsel Aryk dan mengajak bertemu di taman sekitar supermarket. Setelah pesan terkirim, mereka bersiap-siap.

Yani memakai baju dan topeng yang biasa dipakai Gheisha saat nge-DJ. Mereka menanti dengan gelisah. Saat melihat sepeda motor dari kejauhan, Gheisha segera bersembunyi di balik pohon bunga.

Aryk menginjak rem tepat di samping Yani. Binar kebahagiaan memancar di wajahnya. Penantian dirinya selama ini, akan segera terbayar. Ia akan melihat wajah Dandelion, DJ pujaannya.

"Hai," sapa Aryk. Ia salah tingkah saat menyapa Yani yang dikira Gheisha. Rasa gugup tidak bisa disembunyikan olehnya. Namun, saat mendengar suara Yani, rasa gugupnya menghilang. Senyum kebahagiaan itu hilang, berganti senyum tipis yang dipaksakan.

"Hai, Aryk. Kau sudah datang," sahut Yani.

Tidak hanya suara, Aryk juga mulai memperhatikan postur dan bentuk wajahnya. Dia, bukan Dandelion, pikirnya. Aryk sangat mengagumi semua yang ada di dalam diri Gheisha. Ia mengingat suaranya, gaya bicaranya, juga postur tubuh dan wajahnya. Yang terlihat jelas sekali perbedaannya adalah di bibir Yani.

Bibir Gheisha lebih tipis dari milik Yani, serta ada tahi lalat kecil di sudut bibir bawahnya. Gadis di hadapannya, dia jelas berbeda. Namun, Aryk tersenyum geli. Karena Gheisha ingin bermain, Aryk akan mengikuti permainannya.

"Maaf, tadi macet. Apa kamu lama menunggu?"

"Tidak. Aku baru saja datang. Aryk, aku ingin meminta satu hal sebelum membuka topengku," ucap Yani. Ia menghafal semua ucapan yang dikatakan Gheisha. 

"Katakanlah!" Aryk berbicara dengan tenang. 

"Setelah ini, jangan memintaku membuka topeng lagi. Bisa, kan?"

"Ya, aku janji. Setelah membuka topengmu satu kali di depanku, aku tidak akan memaksamu membukanya lagi," ucap Aryk dengan tegas.

Yes! Berhasil, batin Gheisha di balik pohon. Ia menantikan reaksi Aryk dari jauh. Setidaknya ia merasa lega sekarang. Pria itu tidak akan menagih hadiah taruhan mereka.

Yani membuka topengnya di depan Aryk. Tersenyum kecil lalu menunduk, menyembunyikan wajah gugupnya dari Aryk. Yani sangat gugup, khawatir sandiwaranya dan Gheisha tidak berhasil.

"Kamu sangat cantik," puji Aryk.

"Terima kasih. Bolehkah aku pergi sekarang? Aku harus pulang ke rumah sebelum bekerja di klub."

"Aku akan mengantarmu," ucap Aryk menawarkan diri untuk mengantar.

"Tidak usah. Aku membawa motor, aku juga sedang menanti seorang teman," tolak Yani. Ia mencari alasan agar Aryk segera pergi. 

"Oh, baiklah. Terima kasih karena kau telah menepati hutang taruhan kita. Aku juga harus pulang. Sampai bertemu di klub," pamit Aryk. Ia pergi dengan sepeda motornya. Namun, hatinya sangat kesal karena dibohongi oleh Dandelion. Ia bersumpah akan menagih hutang itu sampai kapan pun.

***

Malam itu, Aryk tidak datang ke klub malam. Gheisha selalu mengedarkan pandangan sambil memainkan alat CDJ. Sejak Aryk menjadi penggemarnya, baru malam ini dia tidak datang.

"Dia tidak datang? Ah, itu lebih bagus. Jadi, aku bisa bekerja dengan tenang seperti biasanya." 

Gheisha tersenyum senang. Waktu berjalan tanpa terasa olehnya. Jam menunjukkan jam satu dini hari, waktunya dia turun dari panggung dan pergi ke kamar ganti.

Mengapa perasaanku jadi tidak enak? Gheisha bertanya-tanya. Namun, ia mencoba untuk tidak peduli. Ia masuk ke kamar ganti untuk mengganti baju dan merias wajahnya sejelek mungkin.

Saat Gheisha masuk kamar, terasa sunyi. Tidak ada suara para wanita pelanggan klub seperti biasanya. Gheisha merasakan pundaknya seperti tertiup angin, bulu kuduknya meremang seketika.

Ketika ia menoleh ke belakang, ia berteriak. Namun, gerakannya tertahan karena mulutnya dibekap. Pintu dikunci dari luar.

Siapa mereka? Mengapa mereka ada di kamar ganti wanita. Kamar itu disediakan untuk pelanggan yang mabuk dan muntah lalu mengotori baju mereka. Kemana gadis-gadis yang mabuk itu?

"Hem … ehm …." Gheisha memberontak, tetapi kedua pria itu memegang Gheisha dengan kuat.

"Kami tidak akan menyakitimu, Nona. Jadi, diam! Dan jangan sekali-sekali berani berteriak!" Mereka mengancam Gheisha dengan pisau cutter.

'Sial! Kalau dia sendiri, aku bisa melawannya.' 

Gheisha mengangguk. Pria yang membekap Gheisha melepaskan tangannya dari mulut gadis itu. Dengan tubuh gemetar ketakutan, Gheisha bertanya kepada kedua pria itu.

"Apa yang kalian mau? Katakan saja dan biarkan aku pergi," ucap Gheisha. Ia berusaha berbicara setenang mungkin. Namun, di dalam hati, ia sedang memikirkan cara untuk terlepas dari mereka.

"Mereka tidak menginginkan apa pun darimu, tapi aku …. Aku yang menginginkan sesuatu darimu," ucap pria lain yang suaranya sangat familiar di telinga Gheisha. Laki-laki itu baru saja masuk ke ruang ganti dan berdiri di belakang Gheisha.

"A-Aryk? Itu Kamu?" tanya Gheisha menebak pria di belakangnya.

"Kalian lepaskan dia dan berjaga di luar!" perintah Aryk.

Setelah lepas dari kedua pria yang menangkapnya, Gheisha berbalik dan menatap dengan mata seperti hendak keluar. "Aryk! Jadi, kamu yang menyuruh mereka melakukan itu padaku?"

"Ya. Dengan terpaksa, aku menghubungi pemilik klub dan meminta anak buahnya untuk membantuku menangkap bunga liar yang sudah menipuku," jawabnya sambil melangkah maju.

Gheisha mundur dan mempersiapkan gerakan kuda-kuda. Aryk terus maju sampai Gheisha tersudut di dinding. Karena merasa terancam, Gheisha mengayunkan kakinya dan berusaha menendang pinggang Aryk. Namun, ia justru bisa dikalahkan dengan satu gerakan tangan Aryk yang menangkap kakinya. 

Gheisha berdiri dengan satu kaki. Ia tidak mau menyerah dan melayangkan tinjunya. Aryk kembali mengalahkannya dengan merunduk lalu memutar tubuhnya, sehingga ia berada di belakang Gheisha sekarang.

"Lepaskan!" Gheisha menarik tangannya yang dicekal kuat oleh Aryk. "Kau ingkar janji. Kau bilang tidak akan mengganggu lagi," ucap Gheisha.

"Bukankah … kau yang pertama ingkar janji?" tanya Aryk dengan suara lembut di samping telinga Gheisha, membuat wajah gadis itu bersemu merah merasakan desiran aneh yang merasuk ke dalam hatinya.

"Maksudmu?" Gheisha berpura-pura tidak tahu.

"Gadis di taman itu bukan dirimu. Jangan coba menipuku, Dande! Aku menghafal semua dari dirimu. Tubuhmu, bibirmu, pinggangmu, tatapan matamu. Jangan harap, hanya dengan memakai baju milikmu lalu aku akan percaya kalau dia adalah dirimu," ucapnya sambil memerangkap tangan Gheisha ke belakang punggung dengan satu tangan. 

Gheisha menggigit bibir bawahnya saat Aryk menyentuh perutnya dengan satu tangannya yang bebas. Tubuhnya memang tidak tahan dengan rasa geli saat disentuh. Untuk meredakan rasa geli, ia menggigit bibir bawahnya.

"Jadi, apa maumu sekarang?" tanya Gheisha sambil menahan geli.

"Tentu saja aku ingin membuka topengmu, sesuai taruhan kita. Kali ini, kau tidak bisa kabur dariku!" Aryk mengintimidasi Gheisha. Ia menarik tali yang terikat di belakang kepala Gheisha.

Tali topeng itu sudah terlepas satu simpul, tinggal satu simpul lagi. Gheisha memejamkan matanya dengan kuat. Jantungnya seperti sedang berlomba dan seakan-akan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Tiba-tiba, lampu mati dan Gheisha menggunakan kesempatan itu untuk memberontak dan memukul Aryk di kegelapan. Bagi Gheisha yang punya basic olahraga beladiri, bertarung dalam gelap sangat mudah dilakukan. Setelah Aryk kalah dan terduduk di lantai. Gheisha segera mengikat kembali tali topengnya, sebelum lampu kembali menyala.

Saat lampu menyala, Gheisha sudah tidak ada. Ia keluar lewat pintu depan dengan menipu mereka supaya masuk ke ruang ganti yang gelap. Ceklek! Lampu menyala dan Aryk kembali gagal melihat Gheisha. Ia kehilangan Gheisha lagi, dan lagi.

===BERSAMBUNG===

hai reader, luangkan waktunya buat aku ya. tolong review jujur kalian tentang cerita ini. aku harap kalian menyukai ceritaku, terima kasih.

Sekar_Laveina_6611creators' thoughts
Next chapter