webnovel

Dandelion di Kota Hujan

Impian-impian kecil nya seperti buah beri. Akan kah buah beri itu tumbuh dan menghasilkan beri manis atau kemungkinan lain, tumbuh tapi tidak berbuah. Yang tau hanya Dendalion, impian nya bermulai saat rintik-rintik hujan menyentuh tanah bumi. Aroma Petichtor dan embun di kaca rumah nya adalah ingatan awal tentang mimpi nya.

RA_Lentera · Urban
Not enough ratings
2 Chs

0.0

Setiap pagi, Aleta bayi berumur 5 tahun sekaligus adik ku tertawa renyah, sambil memperhatikan ayam berkokok di depan jendela rumah, membangun kan aku dari alam mimpi. Tawa nya yang reyah kadang-kadang membuat ku geram sendiri. Aku selalu terbangun mendengar suara tawa nya yang mirip suara dolphin.

Mamah cepat sigap dan mengeluarkan ayam dari kandang nya di belakang rumah dan itu terjadi setiap pagi. Beberesih rumah dan setelah nya mengetuk pintu kamar ku dengan ketukan kenceng. Setiap mamah berteriak kencang di balik pintu kamar, aku buru-buru bangun dan merapikan tempat tidur seolah sudah bangun dari tadi.

Itu sering terjadi, entah kenapa suara mamah yang berteriak lebih menyeramkan dari pada mimpi di kejar zombie. Mendengar suara teriakan itu lebih membuat ku merinding.

"Dandelion! cepat turun" teriak suara samar-samar dari lantai bawah.

Aku balas berteriak, "Sebentar mah".

Setelah merapikan baju seragam ku berulang kali akhirnya aku merasa puas. Bertatapan dengan pantulan diriku sendiri di cermin.

" Ayo buat masa SMA mu menjadi kenangan indah, Dandelion" ujar ku penuh semangat sambil mengepalkan tangan ke atas udara.

Hari ini hari orientasi sekolah baru ku. Nama ku Dandelion Berina, sering di panggil Beri oleh teman teman SMP ku dulu. Tapi kali ini aku akan membuat panggilan nama baru untuk masa SMA ku, seperti Lion atau Rina nama yang lebih ke perempuan bukan buah. Aku tidak mau jadi bahan lelucon anak-anak lagi.

Pasal nya nama adalah berkah. Bentuk kasih sayang orang tua kepada anaknya. Dandelion juga percaya, nama dapat membawa keberuntungan.

Ah, aku lupa yang paling penting sekarang. Aku harus segera turun ke lantai bawah sebelum mamah naik dan mengomeli kamar ku yang berantakan. Lebih tepat nya buku tulis dan paket berceceran di lantai.

Kaki ku yang terbalut kaos kaki hitam menuruni anak tangga serta tas punggung yang tersampir di sebelah pundak. mendekati meja makan dan mengambil duduk.

"Lama banget Kak" seru mamah setelah menyimpan omelette di hadapan ku. Mamah segera kembali ke depan wajan.

Aku hanya menampilkan cengiran kecil, "Makasih mah omelette enak nya" seru ku riang.

"Cepetan makan Kak, ini udah jam berapa coba. Hari ini naik taksi aja dari pada telat"

"Iya mah, Dandelion denger kok" ujar ku di sela kunyahan tahan omelette. Kebiasaan mamah sering mengeluarkan keluh kesah nya di pagi hari. aku mempercepat kunyahan ku, sebelum mendengar omelan yang lain.

"Mah. Dandelion pergi dulu" aku mengambil langkah, mencium tangan mamah dan berlari ke arah pintu.

"Jalan lari lari nanti jatuh kak" mamah berteriak.

aku yang selesai memakai sepatu putih hitam berbalik menatap mamah yang berdiri di depan pintu dapur menatap ku.

"Iya mah. Dandelion pergi, Asalamualaikum" seru ku sambil membuka pintu rumah.

Akhirnya.