1 Di Sekap

"Lepasin gue!"

Sebuah ruangan dengan ukuran 5 x 5 m2 dan kedap suara, tidak ada yang mendengar teriakan Bintang. Degupan jantungnya begitu cepat, rasa takut, khawatir dan segalanya bergelut di pikirannya. Matanya ditutupi kain hitam, yang ia ingat ia tak sadar diri saat berjalan menuju rumahnya.

Bintang didudukan dikursi tangannya diikat kebelakang. Hanya satu ketukan dilayar tablet, kursi itu langsung secara otomatis menuruti perintah.

"Masih ingat dengan suara ini?"

Kursi itu langsung dengan otomatis memberikan respon waspada karena orang yang mendudukinya berusaha keras untuk lepas. Laki-laki yang menyekap Bintang itu langsung mengetuk layar tablet tipis itu untuk melepaskan ikatan tebalnya.

"Lepasin gue, gue gak kenal siapa lo. Jangan ganggu hidup gue lagi!"

Suara Bintang terdengar seperti ingin menangis.

"Lagi? Berarti Kamu kenal Saya?"

Laki laki itu melepaskan kain hitamnya, ia menumpukan lututnya posisi berhadapan seperti ini membuat laki-laki itu melihat wajah Bintang jelas.

Perlahan Bintang membuka matanya, tepat dihadapannya laki laki itu hanya beberapa senti. Air mata Bintang keluar begitu saja, tangan laki-laki itu menghapus setetes air mata yang keluar itu.

Bintang mengalihkan pandangannya, sesak itu kembali, kejadian dua tahun lalu masih terekam dikepalanya.

"Kamu belum maafin saya?"

"Siapapun yang pernah jadi gue, mendapat perlakuan itu dari Lo, gak akan ada yang bisa maafin. Lepasin gue, gue mau pulang."

Laki laki itu mengangguk. Ia tersenyum kilas melihat Bintang yang masih tak mau menatapnya, air mata Bintang semakin mengalir.

Tablet tipis itu, ia ketuk. Otomatis kursi itu membuka ikatannya. Bintang masih dalam posisi duduknya. Ia memejamkan matanya sekejap, ia hapus air matanya. Ia berdiri meninggalkan laki-laki itu.

"Buka pintunya!"

Laki-laki itu menghampiri Bintang, tepat berada di belakang Bintang. Rasa berbeda muncul begitu saja dalam diri Bintang.

"Kamu tidak Rindu Saya?"

Sangat rindu, kalo saja dalam hubungannya baik-baik saja, Bintang akan memeluk laki-laki itu erat dan bilang kepadanya bahwa dia sangat rindu, seperti dulu, saat ditinggal pergi keluar kota ataupun keluar negeri ia setiap hari menghubungi laki-laki itu dan bilang rindu.

"Gue bilang buka pintunya."

Laki-laki itu menghela napasnya, ia tempelkan jarinya di sensor itu.

***

avataravatar
Next chapter