webnovel

02 Anda akan segera mati

"Bagaimana hasilnya?"

"Maaf."

Rhys menundukkan kepalanya, dia menjawab dengan suara rendah.

Pelayan yang mengantarkan makanan melakukan bunuh diri saat itu juga, begitu juga dengan kokinya.

Sulit baginya untuk melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap racun yang di makan oleh adiknya.

Dia juga bertanya pada para kakaknya, namun yang di dapatkan hanyalah kebisuan dan omong kosong.

Tatapan mata Rhys menjadi tajam, dia mengepalkan tangannya dengan kuat.

Dia merasa sangat tidak berguna sebagai seorang kakak yang tidak bisa melindungi adiknya.

Puk puk.

"Tidak apa-apa, kau sudah melakukan yang terbaik."

Rune menepuk pundak Rhys yang terlihat murung.

Sebagai seorang pembaca, Rune mengetahui siapa dalang dari kejadian tersebut.

Rhys menatap wajah Rune yang terlihat santai, dia pun memalingkan wajahnya ke samping.

Ekhem.

"Aku tahu itu."

Rhys mengeluarkan batuk palsu, lalu berkata dengan suara tenang.

Dia merasa malu karena dia merasa seperti anak kecil yang di tenangkan oleh orang dewasa. Padahal, dialah seorang kakak di antara mereka berdua.

Rune mengernyit.

'Sepertinya, suasana hatinya sudah lebih baik.'

"Rune."

Rhys memanggil nama adiknya dengan ragu-ragu. Dia ingin membicarakan hal serius sekaligus menyebalkan.

"Katakan saja."

Rune menyahuti panggilan Rhys. Lalu, matanya melirik ke arah pintu, menunggu kedatangan Noah. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi, minta untuk di isi.

"Aku mengajukan sebuah permintaan pada bajingan itu! Untuk menyelidiki tentang kejadian yang kau alami."

Suara Rhys terdengar rendah seperti menahan amarah, tatapan matanya sedikit lebih tajam.

"Kau tahu, bajingan itu berkata bahwa kejadian yang kau alami bukanlah urusan ku!"

"Bajingan berengsek! Kau adalah adikku, tentu saja hal itu juga menjadi urusan ku! Sialan!"

Rune merasa tertegun melihat tatapan mata Rhys yang terlihat menyeramkan.

Dia tahu siapa bajingan yang di maksud oleh Rhys. Orang itu merupakan Raja kerajaan Scorpio, sosok ayah yang meninggalkan mereka berdua sejak kematian sang ibunda.

Tapi, melihat Rhys yang meluapkan emosi di depannya, membuat dirinya bingung harus berbuat apa.

Sungguh, setidaknya biarkan dia makan dulu sebelum berpikir.

'Noah, segeralah kembali.'

Rune menghela napas. Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Rhys.

"Tidak apa-apa, aku akan mengurusnya nanti."

Rhys mematung di tempat. Emosi yang dia keluarkan seketika menguap begitu saja.

"Aku bukan anak kecil."

Rhys memasang wajah datar. Suara yang dia keluarkan terdengar ketus. Namun, dia tidak menepis tangan Rune dari kepalanya.

Tap tap.

"Saya kembali Pangeran."

"Noah."

Rune menarik kembali tangannya, melihat Noah yang datang dengan troli makanan.

Noah mengerutkan kening, dia merasa bingung dengan tatapan tajam yang di berikan pangeran ke-4 untuknya.

'Apa terjadi sesuatu selama aku pergi?'

Noah merasa ada masalah hingga menyebabkan wajah pangeran ke-4 terlihat kesal dan suram.

Dia ingin bertanya, namun sebagai seorang pelayan dia tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan anggota keluarga Kerajaan.

Tugasnya hanyalah melayani.

Noah memberikan secangkir teh hangat pada Rune, lalu menaruh meja kecil di atas kasur. Kemudian, menyiapkan makanan di atasnya.

"Silahkan di nikmati, Pangeran."

"Tentu."

Rune merasa lebih baik setelah minum teh hangat, lalu dia makan dengan etika kerajaan sesuai dengan ingatan yang dia miliki.

"Pangeran, saya telah memanggil tuan Ophir untuk memeriksa kondisi anda. Mungkin, beliau sebentar lagi akan tiba di Istana Lunar."

Pergerakan tangan Rune yang hendak memotong daging terhenti, mendengar suara Noah yang menyebutkan nama yang tidak asing.

Ophir, merupakan salah satu marga dewan ke-tujuh kerajaan Scorpio yang memiliki kekuatan pemulihan.

Orang itu yang memberitahu pangeran ke-5 bahwa dia sudah kehilangan sihirnya.

"Rune, ada apa?"

Rune menghiraukan ucapan Rhys yang bertanya padanya. Tatapan matanya kini tertuju pada pisau makan yang berada di tangan kanannya.

Awalnya dia berpikir kehadiran dirinya yang memasuki tubuh pangeran ke-5 sudah mengubah prolog awal cerita novel Mahkota Berdarah.

Tanpa di sangka, ternyata dia baru saja akan memasuki awal dari prolog novel.

Tok tok tok.

'Sialan!'

'Biarkan aku makan dengan tenang!'

Ekspresi wajah Rune terlihat tenang, meskipun dia mengumpat di dalam hatinya.

Noah mengambil langkah maju untuk membuka pintu. Dia melihat seorang prajurit berdiri di depan.

"Ada apa?"

"Dewan ke-tujuh telah sampai di Istana Lunar."

"Tunggu sebentar."

"Baik."

Noah menutup pintu. Lalu berjalan mendekati tempat tidur Rune.

"Pangeran, Tuan Ophir telah tiba di Istana Lunar. Beri saya perintah."

"Tunggu apalagi, suruh-"

"Rhys."

Rhys menoleh ke samping mendengar namanya di panggil. Dia memiliki tatapan bertanya-tanya.

"Bantu aku."

* * *

Tak.

Seorang pria meletakkan cangkir teh ke atas meja. Tatapan matanya terus menatap ke arah pintu, menunggu seseorang dari pihak Istana Lunar untuk mengantarkan dia ke ruangan pangeran ke-5.

Lucian Ophir, seorang pria dewasa berusia 30 tahun. Merupakan dewan ke-tujuh kerajaan Scorpio yang memiliki kemampuan pemulihan.

Keluarga Ophir memiliki kemampuan yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya, yaitu kemampuan pemulihan dan ahli dalam ilmu pengobatan.

Sebagai penerus dari kemampuan yang diturunkan dari keluarganya, dia di tunjuk menjadi seorang tabib yang bertugas mengawasi setiap kesehatan dari anggota keluarga Kerajaan.

Meskipun, keluarganya berada di urutan ketujuh dalam Dewan kerajaan. Pengaruhnya sangat kuat, karena menjadi orang kepercayaan seorang Raja.

Tapi,

Lucian memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya kembali.

'Berapa lama lagi aku harus menunggu?'

Lucian mulai geram karena dirinya dibuat menunggu begitu lama. Lalu, tatapan matanya melihat rombongan pangeran ke-4.

Dia pun mulai bangkit dari posisinya, dan melakukan sapaan penghormatan. Begitu juga dengan seorang pria yang berdiri di belakangnya.

"Saya memberi salam kepada bintang kerajaan."

Rhys hanya meliriknya sekilas. Dia berjalan melewati Lucian, dan duduk di kursi yang berada di hadapannya.

"Siapkan jamuan."

Pelayan yang mengikuti Rhys, membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan mereka.

"Pangeran, saya datang kemari untuk memeriksa kondisi tubuh pangeran ke-5. Bisakah kita langsung menuju lokasi kamar pangeran ke-5?"

Lucian berbicara dengan sikap ramah, begitu mengatakan maksud dari kunjungannya.

Hening.

Tidak ada tanggapan dari pangeran ke-4, dia memiliki sikap acuh tak acuh. Seolah-olah tidak menanggapi kehadiran Lucian ada.

Lucian memiliki ekspresi serius di wajahnya.

"Pangeran, waktu itu sangat berharga. Saya harus segera memeriksa kondisi kesehatan tubuh pangeran ke-5, yang baru saja bangun dari koma."

Rhys melirik dengan tatapan tajam.

"Tuan Ophir, kenapa anda sangat terburu-buru?"

Rhys memandang dengan tatapan merendahkan.

"Apa bajingan itu sedang sekarat? Atau dia sudah ma-"

"Pangeran."

Lucian memotong ucapan Rhys dengan suara tegas. Dia melupakan satu fakta di antara anggota keluarga Kerajaan, hanya pangeran ke-4 yang membenci Raja kerajaan Scorpio.

Dan menginginkan kematiannya.

Kalau seorang Raja saja, pangeran ke-4 menyebutnya bajingan. Lalu, bagaimana dengan dirinya yang menjadi orang kepercayaan Raja.

"Saya akan menunggu."

Lucian kembali duduk di kursi yang berhadapan dengan Rhys. Dia memilih untuk mengalah, dan menunggu waktunya untuk memeriksa kondisi pangeran ke-5.

Rhys kembali bersikap acuh tak acuh.

* * *

Rune memiliki seulas senyum kecil yang terlukis di wajahnya, setelah menyelesaikan makanannya.

Hingga suara ketukan terdengar oleh telinganya. Rune memasang wajah datar, lalu melirik ke arah Noah.

Noah segera berjalan menuju pintu, lalu membukanya. Dia melihat pangeran ke-4 dan Dewan ketujuh sedang berdiri di depan.

"Silahkan masuk."

Noah mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam.

Rhys langsung masuk dan duduk di kursi yang berada tak jauh dari lokasi tempat tidur Rune.

Lucian memiliki ekspresi datar, melihat pangeran ke-5 yang masih memakai pakaian tidur setelah dia menunggu lama hampir setengah jam.

"Apa yang kau lakukan di sana? Datang dan periksa kondisiku."

Lucian menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan.

Dia melangkah mendekati tempat tidur, dan mulai melakukan tugasnya untuk memeriksa kondisi tubuh pangeran ke-5.

"Pangeran, anda akan segera mati."

Lucian berkata dengan suara tenang, begitu dia selesai memeriksa kondisi tubuh pangeran ke-5.

Rune menatap dengan datar.

'Dia dokter yang buruk.'