webnovel

chapter 24

Hari mulai terik, rasa lelah setelah seharian mengerjakan pekerjaan rumah membuat Nathan terbaring di atas sofa.

Matanya perlahan meredup di terpa hawa sejuk dari AC.

Sayup-sayup terdengar dari ruang belakang suara mesin cuci yang sedang menyala.

Secara diam-diam ternyata Aluna membantu pekerjaan rumah.

Dia menunggu kakaknya terlebih dulu beristirahat, untuk menghindari potensi "gesekan" yang mungkin terjadi bila mereka mengerjakan tugas rumah berbarengan apalagi sampai bertemu muka.

Aluna ingin menghindari itu.

Mesin cuci berputar di dalam bersama pakaian kotornya.

Tak luput dari pakaian yang ia kenakan, Aluna melepas kaos putih yang nampak kebesaran di badan padat berisi nya, kotor oleh bekas keringatnya sendiri. Lalu memasukkannya kedalam mesin cuci bersama pakaian lain.

Ia hanya nampak mengenakan celana jeans mini abu, dengan bh hitam yang melekat di tubuh bagian atasnya saja. Memperlihatkan seluruh lekuk tubuh sensual nan menawannya.

Terutama di bagian perut langsing, nampak pusarnya yang dapat terlihat kemanapun ia bergerak.

Tiga kali putaran di mesin cuci telah ia lewati, tinggal membilasnya di sisi kanan mesin cuci yang berfungsi untuk membilas dan mengeringkan.

Ia mengatur waktu selama lima belas menit di mesin pembilasan, lalu mengeringkan selama lima menit masih dalam di mesin pembilasan itu.

Semua pakaian telah bersih dan wangi, mengeluarkan seluruh cucian dari dalam mesin memindahkannya pada keranjang. Lalu membawanya ke luar untuk di jemur.

Sinar matahari terasa menyengat di kulit mulusnya.

Belahan dada putih nampak basah kembali berkeringat.

Sesekali ia menyeka keringat di dahinya di tengah aktivitas penjemuran yang ia lakukan.

Ia segera menuntaskan pekerjaannya, satu persatu pakaian itu ia pasangi gantungan baju, lalu menaruhnya pada besi memanjang di tempat jemuran.

"Akhirnya selesai juga,, fyyiuuhh."

Nathan yang sudah terbangun dari tidur sesaat, memperhatikan aktivitas adiknya dari pintu luar yang terbuka.

Aluna masuk melalui pintu itu, Nathan segera menutup matanya kembali berpura-pura masih terlelap.

"Kruyuk" alarm tanda lapar berbunyi dari perut Aluna.

Rasa capek dan lapar kini ia rasakan.

Bergegas ke dapur membuka kulkas berharap ada sesuatu yang dapat mengganjal perutnya.

"Hmmm, tak ada sesuatu yang bisa langsung di makan, gimana ini?

Apa aku harus pergi ke luar dulu untuk mencari makanan.?"

Ia membuka rak makanan siap saji, biasanya suka terdapat mie instan dan sarden. Tapi kali ini tak ada, orang tuanya belum belanja rutin bulanan malah pergi ke kantor.

"Uuughhh mama kejam sekali, membiarkan anaknya akan mati kelaparan rupanya!!"

Pergi keluar pun sepertinya percuma, uang jajan bulanannya belum di kasih. Karena ia keburu ngambek dan sok-sokan mengurung diri di kamarnya.

"Aarrggh, Mama tau begini mending aku diam saja tak melakukan apapun di kamar biar tak kecapean dan kelaparan."

Satu-satunya cara yaitu meminta uang kepada kakaknya.

Tapi itu tak mungkin ia lakukan, rasa jaim serta tengsin harus meminta pada orang yang masih ia kesali menjadi penghalang untuk meminta pertolongannya.

Namun rasa lapar membuat ia pergi menemui sang kakak, dan duduk di sofa kecil di sampingnya sembari melipat kedua tangan di dada.

Menyalakan TV di depan pandangannya.

"Kruyuk"

Alarm itu kembali terdengar, sang kakak hanya terkekeh mendengar bunyi itu.

Nathan bangun dari rebahan, matanya tertuju pada sang adik. Aluna memalingkan wajahnya seketika, pas bertatapan dengan sang kakak.

Ia tahu adiknya tengah di landa rasa lapar, tapi ia juga tahu adiknya belum mau berbicara langsung padanya. demi menjaga perasaan sang adik, tanpa pamit dan sepatah katapun Nathan meninggalkan rumah untuk beberapa saat hendak membelikannya beberapa makanan.

"Ih dasar kakak keras kepala, tau adiknya kelaparan malah pergi begitu saja" pikirnya.

Sekitar dua puluh menit, Nathan pun segera kembali dengan sekantong kresek berisi aneka macam cemilan, minuman dan makanan.

Aluna berbinar saat melihat kakaknya membawa kantong itu, dan menaruhnya di atas meja.

Sang kakak mengambil sebotol minuman segar pengganti ion tubuh, membuka tutup lalu menenggaknya.

"Legk legk legk legk,, ahh"

Aluna nampak menelan ludah sendiri menyaksikan kesegaran yang di rasakan kakak nya menenggak minuman segar.

Ingin sekali ia ikut merasakan kesegaran tersebut.

Namun ia masih jual mahal dengan sikapnya.

Sang kakak lalu mengambil sebungkus cemilan dari kantong itu.

"Kresek kresek".

Menyobek bungkus cemilan ringan itu.

"Krekk.. krekk"

Cemilan ringan itu nampak renyah di mulut sang kakak.

Tapi apa daya ia hanya bisa melihat sang kakak menikmatinya sendiri tanpa menawarinya untuk ikut makan.

"Ekhem" (pura-pura mendekhem) lalu menenggak minuman segarnya kembali.

Aluna memalingkan kembali wajahnya dari memandangi sang kakak yang tengah asyik menikmati cemilan.

"Kruyuk kruyuk"

Alarmnya tak tertahankan lagi,

"He he, kasian juga liatnya"

Nathan menghentikan aktivitasnya lalu beranjak menuju kamar dengan meninggalkan sekantong makanan di meja.

Aluna menoleh ke atas, memastikan sang kakak sudah masuk ke kamarnya.

Tanpa basa-basi ia mengambil minuman yang sama dari dalam kantong.

"Legk legk legk legk".

Dahaga yang di deritanya sekejap sirna,

Menaruh minuman itu di atas meja, lalu mengambil burger yang masih terbungkus dari dalam kantong. Cepat-cepat membuka, dan langsung melahap dimasukkan ke dalam mulut yang sudah tak sabar menahan rasa lapar sedari tadi.

"Nyam nyam nyam" burger itu terasa nikmat di lidah, saus tomat bercampur saus keju nampak meluber membasahi tangan yang menggenggam makanan itu.

Aluna tengah asyik memuaskan rasa lapar dan dahaganya, tanpa disadari bahwa sang kakak telah kembali keluar kamar menyaksikan dirinya dari atas, melahap makanan yang di bawanya dengan nikmat.

Sejujurnya Aluna sangat berterimakasih atas pengertian sang kakak, meski tadi ia sempat berprasangka buruk terhadap sang kakak. Namun sekarang ia telah melupakan prasangkanya.

Ia bersyukur telah di beri seorang kakak yang sangat sayang dan pengertian pada dirinya.

Walaupun dalam situasi yang kurang menyenangkan, si kakak rela mengesampingkan egonya terlebih dulu, demi kebaikan sang adik.

..

Nathan tampak kegirangan melihat tingkah lucu dari sang adik yang tengah menyantap makanan.

Sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mulut yang penuh makanan yang di kunyah, hanya untuk memastikan tak ada yang memperhatikan waktu ia makan.

Aluna hendak menenggak kembali minuman segar di atas meja, tapi Nathan tiba-tiba mengagetkan dengan suara candaannya.

"Ekhem, makannya pelan-pelan, santai aja sih gak usah buru-buru."

"Uhuk,, brushh."

Karena saking kagetnya ia pun tersedak.

Memukul-mukul dadanya sendiri.

"Tuhkan, biasa aja sih makannya"

"Uhuk uhuk uhuk, uuuhhh ngagetin aja sih, eh?"

Aluna baru tersadar bahwa yang mengajak bicara adalah kakaknya.

Sikap jaim dan sok jual mahalnya kembali ia tunjukkan,

Sembari menyeka noda makanan di mulut.

Ia tidak mau di sangka dirinya gampang luluh begitu saja.

Meski sebenarnya ia telah melupakan perbuatan sang kakak yang pernah menyakiti hatinya. namun ia tetap memaafkan karena semata-mata apa yang di perbuat oleh kakaknya adalah untuk kebaikan dirinya.

.

.

.

.

.

.

Cilincing 11-07-2022 03:37

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

TitikCahaya03creators' thoughts