webnovel

Dia Mirip Denganmu

"Pras, jangan jadi pria yang bermulut pedas. Itu membosankan" Kata Lilian tiba-tiba.

"Tidak ada yang mau kepada laki-laki membosankan, wanitamu akan mencari pria lain untuk dipeluk" sambung Lilian. Semua yang ada disana tahu untuk siapa kata-kata itu.

Mendengar sindiran Lilian, Davin hanya memberinya lirikan sinis saja, tidak ingin melanjutkan lemparan kata-kata lagi. Jika ini dilanjutkan, toh akhirnya dia juga yang akan kalah tanpa pendukung. Ada empat pria disini yang akan membenarkan semua kata-kata gadis didepannya, gadis ini penyihir.

"Ketika kau sudah bersikap manja, pasti itu akan ada sesuatu yang buruk" Pras menengahi dua orang itu. "Apa itu?" sambung Pras bertanya.

Kini, semua mata memandang Lilian penuh selidik.

Lilian yang masih menggandeng lengan Mono, memberikan senyum menyerah. Pria-pria ini begitu mengerti trik dirinya, batin Lilian dalam hati. Lilian memberikan senyuman bersalah didepan lima pria itu lalu mengatakan " Seseorang akan datang sebentar lagi, aku mengundangnya" Lilian berhenti sejenak memperhatikan ekspresi kelima pria didepannya yang belum berubah lalu lanjut berkata " Dengan seorang bayi perempuan, aku akan menjaganya beberapa hari ini" begitu kata-katanya berakhir ekspresi semuanya berubah. Davin dengan spontan sedikit menjambak rambut Lilian.

"Kapan kamu akan berpikir panjang?" Tanya Davin dengan nada marah.

Kelima pria itu tahu siapa yang akan datang dan bayi yang dikatakan Lilian.

"Kau tidak bisa terlalu dekat dengan bayi itu Yan" Nada bicara Pras penuh keluhan.

Lilian yang masih meringis karena jambakan Davin hanya bisa memberi tatapan polos penuh permintaan maaf. Dan ketika jurus terakhir keluar, maka semua sudah tahu hasilnya.

" Aku harus melihat, terlihat mirip siapa bayi itu, apakah dia sudah punya nama?" Kata-kata Bram adalah mewakili hasil akhir, mereka tak lagi menghiraukan masalah bayi itu akan datang.

"Aku pernah melihat ibunya di televisi, mereka mirip. Bayi itu belum punya nama, apakah kamu punya saran yang bagus?" Jawab Lilian penuh semangat

"Hei, hei,, dia bukan anak kalian berdua. Mengapa begitu bersemangat!" Davin menyela percakapan Lilian. Jelas-jelas itu anak orang lain, mengapa mereka memikirkan nama dengan begitu manisnya. Sungguh tak tahu malu. Davin menggeritu dalam hatinya.

Mono hanya bisa membelai rambut Lilian, tak perduli apa, sebesar apa bahaya yang akan datang, dia selalu akan berdiri didepan adiknya. Biarkan Lilian melakukan apa yang dia suka, dia siap melindungi adik kecilnya.

"Mbak Yayan, ada yang mencari mbak" Seorang pelayan datang dan menyampaikan pesan.

"Bawa masuk ke ruang tamu " Mono langsung memberi perintah kepada sang pelayan.

Rombongan enam orang itu berjalan masuk menuju ruang tamu.

Tidak lama menunggu, seorang pria masuk di ikuti seorang wanita muda yang tampak menggendong bayi dibelakangnya.

Mata semua orang hanya sekilas saja memandang sang pria, tatapan lima pria itu lebih fokus tertuju ke wanita yang dibelakang.

Adiyaksa merasa heran melihat semua tatapan para pria didedapannya begitu terfokus dengan orang yang dibelakangnya.

"Anda disini, ayo saya kenalkan dengan lima saudara laki-laki saya" kata-kata Lilian menyadarkan kembali kelima pria itu. Mereka cepat-cepat mengalihkan pandangan mereka.

"Saudara-saudaraku, ini Tuan Adiyaksa Sujana. Aku rasa kalian sudah pernah melihatnya" Lilian memberi perkenalan singkat kepara pria itu. Perkenalan yang dirasa tidak perlu. Siapa dikota ini yang tidak mengenal Tuan muda dari keluarga Sujana ini.

"Nah kini saya kenalkan saudara saya satu persatu" Kini giliran Lilian mengenalkan saudara-saudaranya.

Diantara kelima pria yang berdiri didepannya, hanya satu pria yang terlihat termuda yang tidak dikenal Adiyaksa, keempat pria lainnya adalah pebisnis kelas atas dan politikus muda dikota ini, bahkan satu diantaranya adalah putra konglomerat negara ini. Mereka lebih terkenal dari dirinya, batin Adiyaksa.

Lilian selalu memanggil keempat pria adalah saudaranya, tapi ketika tiba giliran Davin, Lilian mengatakan ini saudara angkatnya, yang segera menimbulkan percikan api untuk memulai perang.

Baru saja Davin akan mengatakan perlawanan tapi terdengar Mono menengahi mereka

"Apakah itu bayinya? " Mono bertanya langsung tanpa basa-basi.

" Ya, ini dia" Adiyaksa cepat menjawab.

"Apakah orangtuanya punya musuh?" Bram tiba-tiba bertanya. Sebuah pertantaan yang bersifat pribadi.

Semua yang ada disana terdiam, pandangan semuanya tertuju kepada Adiyaksa, menunggu jawaban dari pria itu.

"Sebelum saudaraku menikah secara diam-diam, dia sebenarnya telah memiliki tunangan yang dijodohkan oleh keluarga" Adiyaksa diam sejenak sambil melihat perubahan wajah disekitarnya, lalu melanjutkan " Kedua keluarga tidak pernah menerima pernikahan saudaraku, apakah ini bisa menimbulkan dendam dan menjadikan musuh?" Adiyaksa balik bertanya.

"Semua kemungkinan harus dihitung, dan kami tidak ingin itu menyeret adik perempuan kami jika dia merawat bayi itu" Mono memberi jawaban yang masuk akal.

" Aku akan meninggalkan beberapa pengawal disisi Lilian " Adiyaksa memberi jaminan.

" Itu tidak perlu, kami bisa memberi pengamanan untuk Lilian" jawab Bram, " Tapi usahakan tidak ada yang mengetahui bayi itu bersama kami, bisakah anda menjanjikan itu" pinta Bram

"Tentu saja bisa" Adiyaksa memberi anggukan.

Lilian segera mengambil bayi itu dari pengasuh dan membawanya kepada Bram, "Lihat, dia cantik sekali" ujar Lilian sambil menunjukkan wajah bayi itu.

"Dia mirip denganmu"

"Dia mirip denganmu"

Suara Bram dan Mono terdengar serempak mengeluarkan kata-kata yang sama.

maaf, terlalu lama update

kabut_malamcreators' thoughts