webnovel

DAISY: The Princess of Agony你好嗎?

你好嗎?

AyaLiliput2 · Fantasy
Not enough ratings
3 Chs

AGONY 2

Carolus bersama dengan Barbarous dan didampingi oleh berpuluh-puluh prajurit bergerak ke utara dengan kereta kuda terbaiknya. Mereka sepakat menjelajahi Lembah Dewi Fortuna sebelum akhirnya mendaki Gunung Dark Shadow. Gunung yang belum pernah dijamah oleh siapapun setelah setengah abad lalu kakek Carolus menyimpan senjata perangnya di sana.

Udara semakin dingin menembus kulit meski hari masih siang. Gelap menyelimuti rombongan itu karena pepohonan cukup rimbun, ditambah lagi kabut tebal yang nampak jelas. Penduduk setempat yang sedang bercocok tanam dan mendapati Sang Pangeran, terkejut dan berlarian menyambut kehadiran Sang Pangeran.

Carolus bercakap-cakap dengan mereka dan menanyakan tentang batas akhir Lembah Dewi Fortuna serta wilayah yang mulai memasuki Dark Shadow. Tak ada yang buka suara tentang gunung tersebut. Mereka hanya tinggal di lembah saja karena tanahnya subur dan kondisi udaranya mendukung.

Konon kata tetua penduduk setempat, tak ada yang berani menjamah Gunung Dark Shadow karena bahayanya gunung tersebut. Mereka yang nekat pergi ke sana tak ada yang pulang dengan selamat. Ada yang pulang dalam kondidi sudah meninggal, ada pula yang pulang dalam kondisi sakit keras dan hilang ingatan hingga akhirnya meninggal.

"Mohon maaf Paduka Pangeran, belum ada di antara kami yang bisa menjamah gunung tersebut. Apalagi berjelajah di dalamnya," ucap salah satu penduduk.

"Betul Tuanku, orang-orang berguguran tanpa sebab yang jelas," sambung penduduk yang lain.

"Tuanku, izinkan saya menanyakan kepada cahaya rembulan malam. Siapa tahu ada sedikit petunjuk malam nanti," ucap Barbarous meminta izin.

"Baiklah, lakukan yang terbaik yang kalian bisa," titah Carolus.

Prajurit dan beberapa penduduk setempat mendirikan tenda untuk beristirahat Carolus. Sementara itu Barbarous bersiap-siap menyambut rembulan yang terbit di ufuk timur dengan rapalan mantranya. Perempuan-perempuan menyiapkan jamuan makan malam untuk Pangeran Carolus, sementara anak-anak bermain dengan riangnya di sekitar tenda yang ditempati Pangeran.

Carolus berbaring tanpa memejamkan netranya, Ia menghela nafas dalam-dalam. Hidup sebagai Putra Mahkota di tengah peperangan yang tak kunjung usai membuatnya tak pernah merasakan ketenangan. Emblem kehormatannya sebagai keluarga Kerajaan Carollie membuatnya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar dan berlatih keras.

Ayahnya, Raja Gabriel bersama Ibunya Putri Idolize memberi nama Carolus seperti nama negerinya agar kelak putranya selalu ingat dari mana Ia berasal dan untuk siapa Ia hidup. Kini Sang Ayah sedang sakit keras sementara Sang Ibu sudah wafat beberapa tahun lalu. Tampuk pemerintahan diserahkan kepada Carolus sebagai Pangeran sekaligus Putra Mahkota.

"Tuan," suara Barbarous mengisi keheningan isi kamar Carolus. Ia melihat Sang Pangeran sedang berbaring di ranjangnya dan menyesal telah mengganggu.

"Bagaimana, Paman?" Carolus bangkit dengan semangat memancar di wajahnya.

"Maaf mengganggu, Tuan. Perbatasan Lembah Dewi Fortuna dan lereng Gunung Dark Shadow penuh dengan kegelapan, banyak makhluk hitam berkeliaran menjaga sesuatu di sana," ujar Barbarous.

"Makhluk hitam seperti apa, Paman?" Ujar Carolus penasaran.

"Saya tidak bisa melihatnya secara jelas, Tuan. Mohon maaf," jawabnya.

Sudah cukup bagi Carolus mendengar penuturan dari ahli nujum tua itu bahwa lereng gunung yang mereka tuju dijaga oleh makhluk asing.

"Terima kasih, Paman," ucap Carolus.

"Mohon maaf mengganggu istirahat Anda, Tuan," jawab Barbarous.

Barbarous menabirkan bahwa tetua dari makhluk kegelapan itu meminta tumbal untuk membuka gerbang yang mereka jaga dengan sepenuh hati. Tumbal itu tak lain adalah gadis cantik jelita yang tak diinginkan oleh manusia dan dianggap berdosa. Sungguh berat bagi Barbarous menyampaikan berita buruk kepada Sang Pangeran. Carolus yang luhur budinya pasti tidak sampai hati jika harus mengorbankan seorang perempuan demi ambisi kemenangan akan kekuasaan.

Maka dari itu Barbarous akan mencoba bernegosiasi dengan makhluk kegelapan itu agar mereka dengan suka rela mengizinkan Carolus dan pasukannya berjelajah di lereng Gunung Dark Shadow. 

Pagi hari adalah saat-saat yang menyenangkan bagi para penduduk Lembah Dewi Fortuna. Mereka pergi berkebun dan bercocok tanam, ada pula yang menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan. Carolus mengamati pemandangan desa yang damai dengan bahagia. Ternyata di balik porak porandanya hasil perseteruan dengan tentara musuh, masih ada penduduk yang hidup dengan damai.

"Tuan, sarapan sudah siap," ujar salah satu prajuritnya saat Carolus mengamati kehidupan pedesaan dari panggung tendanya.

"Terima kasih," sahutnya dengan semangat. Prajurit memberi hormat dan meninggalkan Carolus yang masih menikmati udara segarnya.

Di sisi lain, Barbarous sedang menyambut mentari pagi dengan mantra-mantra saktinya. Cahaya matahari yang menembus rimbunnya hutan menimbulkan pemandangan yang sangat indah. Kicau burung tak henti-hentinya bersahut-sahutan. Anak-anak mandi di sungai yang jernih bersama-sama.

Suasana di Lembah Dewi Fortuna memang sangat berbeda jauh dengan pusat kota di mana Carolus dan para keluarga kerajaan hidup. Carolus berpikir alangkah indahnya tempat ini untuk berlibur anak-anaknya nanti. Tapi pada kenyataannya hingga memasuki usia kepala tiga ini Ia belum juga menemukan wanita yang cocok untuk menjadi calon permaisurinya.

Hari ini Ia harus kembali ke tempat asalnya dan menyusun strategi baru untuk mnemukan serta membuka pintu gudang senjata peninggalan Sang Kakek. Tapi sebelum itu, Ia akan meminta pertimbangan kepada Barbarous. 

"Tipu muslihat makhluk-makhluk gelap itu sangat licik, Tuan," ujar Barbarous menjelaskan pertanyaan Carolus. "Hamba takut terjadi korban jiwa jika Tuan memaksakan diri untuk menerobos perbatasan itu," lanjutnya.

"Lalu?" Carolus tidak mengerti apa yang direncanakan oleh orang tua itu.

"Izinkan hamba untuk bermalam di sini sekali lagi. Ada yang ingin hamba negosiasikan dengan makhluk-makhluk itu," pinta Barbarous.

"Baiklah Paman kalau itu membuat Paman lebih nyaman," jawab Carolus dengan lega.

Kali ini Barbarous mendapat mimpi yang Ia tabirkan sendiri bahwa pintu gerbang perbatasan Lembah Dewi Fortuna dan Lereng Gunung Dark Shadow akan terbuka dengan sendirinya. Namun hal itu tidaklah mudah, makhluk-makhluk kegelapan itu sudah mencium kehebatan Barbarous. Mereka ingin Barbarous bergabung dengan mereka atau jika Ia tidak mau maka akan disihir menjadi anjing tua yang tidak berguna. 

Barbarous tidak peduli, demi negeri dan kecintaannya pada Sang Pangeran Ia rela menerima itu semua. Ia akan melaporkan bahwa dirinya telah berhasil bernegosiasi dan para prajurit bisa melakukan pemeriksaan ke lereng gunung. Setelah Carolus mendapatkan gudang senjata seisinya, Barbarous akan dikutuk menjadi seekor anjing hitam. Itulah perjanjian Barbarous dengan makhluk hitam penjaga lereng gunung yang tak diketahui oleh keluarga kerajaan. 

"Tuanku, Tuanku tiga hari lagi sudah bisa memasuki wilayah lereng gunung setelah melakukan beberapa ritual," ujar Barbarous.

"Oh baguslah, Kau berhasil, Paman. Ritual apa yang harus kulewati?" Ucap Carolus dengan puas.

Barbarous tidak berani mengatakannya, bahkan Ia sendiri jijik mengetahuinya. 

"Tuan harus berhubungan badan dengan satu gadis selama sehari semalam, maka Tuan dan para parjurit akan bisa melewati pintu gerbang dengan bebas," tapi kemudian hamba tidak akan bisa pulang. Barbarous mengucapkan kalimat terakhirnya dalam hati hingga Carolus hanya mendengar kalimat pertama dan kedua saja.

Carolus tertawa terbahak-bahak. Baginya itu adalah keinginannya selama ini yang tidak pernah terwujud.

"Mohon maaf Tuan," ucap Barbarous menghentikan euforia sementara Carolus.

"Ada apa, Paman?"

"Mohon maaf karena gadis itu diharuskan bukan gadis yang Tuan inginkan." 

Tenda tempat istirahat Carolus yang luasnya tak kurang dari luas lapangan balap kuda mendadak hening seketika. Barbarous tertunduk, para prajurit membisu. Carolus terkejut bukan kepalang, ini sungguh penghinaan untuk dirinya.

***