webnovel

Konspirasi.

Gedung tua dengan dua lantai yang letaknya berada jauh di pusat kota itu kini ramai dengan suara sirine mobil polisi.

ada setidaknya sepuluh orang lebih yang tak sadarkan diri dengan tiga lainnya yang terduduk dengan sisa sisa tenaga.

para petugas kepolisian terlihat sibuk mengintrogasi dua orang yang menjadi dalang di balik konspirasi itu terjadi.

di antara ketegangan itu, seorang remaja tengah duduk nyaman mengangkat kaki sembari menyulut rokok di sela sela jari tengah dan telunjuknya, persis seperti seseorang yang tengah menonton sebuah film.

lelaki itu menyaksikan nya dengan raut wajah datar. baginya, aksinya melumpuhkan orang orang itu sudah cukup membantu para awak polisi.

selama ia menjabat sebagai ketua The Lion, ia akui jika ini adalah konspirasi terbesar yang musuhnya lakukan,

mereka bekerja sama dengan para geng motor kecil namun dengan jumlah yang tak bisa di katakan sedikit untuk mengotori nama geng nya agar di benci masyarakat dan di bubarkan secara paksa oleh pihak yang berwajib.

namun..

kekehan kecil keluar dari mulutnya saat musuh bebuyutannya, sang dalang konspirasi ini menatap tajam ke arahnya.

hey.. dia Arshaka Gabriel Madava, kata takut tak pernah ada dalam kamus hidupnya, tentunya kecuali pada tuhan juga kemarahan mommy nya.

masalah seperti ini, tak ayal hanya seperti menendang sebuah batu dari tengah jalan bagi Arshaka.

selama tujuh belas tahun hidupnya, banyak kejadian, hal dan kasus yang lebih berat dari pada ini.

Arshaka pernah di penjara selama seminggu karna kasus narkoba, nyatanya ia tak takut sama sekali karna bukti sudah ia dapat, tak hanya itu ia bahkan berhasil meringkus lima orang pecandu sekaligus melalui penyamaran nya.

Arshaka juga pernah hampir mati karna menjadi korban penyekapan musuh bisnis opa nya.

tentu.. jangan panggil ia Arshaka jika tak bisa mengelabuhi musuh, mereka bahkan bingung dengan akal cerdik Arshaka yang tak bisa di terima akal manusia.

Dirgantara, daddy nya sendiri turut bingung dengan tingkah Arshaka, putra sulungnya itu tak pernah bosan menantang maut, ada saja yang ia lakukan,

beruntung, maut sepertinya turut takut pada anaknya itu, buktinya anak itu seperti punya sembilan nyawa.

satu keluarganya pernah di buat panik dengan nomor tak di kenal yang tiba tiba melakukan panggilan vidio yang menampakkan wajah Arshaka yang penuh lebam, darah dan sayatan, Arshaka juga di nyatakan meninggal dalam Vidio itu.

namun konyolnya.. lelaki itu malah sadar lima menit setelah mereka sampai seperti orang yang habis bangun tidur,

Astaga.. Raga bahkan mengumpat berkali kali.

dan Aleasha menangis histeris tak mau pisah dengan putranya itu walau untuk tidur dalam jangka waktu tiga hari tiga malam.

kembali pada lelaki yang kini menginjak puntung rokoknya, ia mengeluarkan ponsel berwarna hitam dari saku jeans nya, menghidupkan benda yang sedari tadi ia non aktifkan dan mendengus malas saat mendapat lebih dari lima puluh panggilan tak terjawab dari Raga, tiga puluh satu chat dari nomor yang sama, lima panggilan tak terjawab dari lima nomor yang yang berbeda beda.

ah.. pasti mereka tengah kelimpungan mencarinya saat ini, dan Arshaka sedikit geli mengingat itu,

ia tak perlu menghubungi mereka dimana lokasinya sekarang. ia yakin tak selang sepuluh menit akan ada setidaknya lima orang bodyguard yang akan menemukannya.

lokasi ponselnya akan terhubung otomatis dengan ponsel Raga jika benda sejuta umat itu aktif, dan itu sudah menjadi syarat dari Raga bagi keluarga mereka tanpa terkecuali.

beranjak dari kursi kayu yang di duduki nya dari lima belas meit yang lalu, Arshaka melangkah santai menuju lelaki paruh baya yang tengah mengamati introgasi dari empat orang polisi di depannya.

Arshaka memicingkan mata, menatap ke empat polisi yang bertanya dengan kesan tegas tanpa melakukan kontak fisik apapun pada dua orang yang sangat di kenalnya.

dua orang ketua dari geng motor berbeda yang dari awal tak pernah bisa santai jika berhadapan dengan geng nya.

orang begini di baikin, di tunggu lima beas tahun juga itupun kalau ngaku batin nya berkata sinis.

tangannya mengambil kayu yang entah kebetulan atau apa, berada di bawah kakinya, hasil dari sebuah kursi yang ia rusak tadi saat melawan para cecenguk kurang kerjaan itu.

Bughh..

Arrggggh...

"ARSHAKA..." Arshaka tersenyum smirk saat kayu itu meluncur mengenai perut lelaki dengan tato ular di lehernya.

Bersyukurlah seorang Sandi Abraham karna sebelumnya, Arshaka bahkan berniat membidik kepala msuh nya itu.

Arshaka berjalan santai dengan tatapan tajam kearah dua orang itu, satu diantaranya terlihat sedikit gemetar, sedang Sandi masih membalas dengan tatapan menantang meskipun tak ayal ringisan terdengar dari bibirnya.

Cih.. tinggal sekarat aja nyolot.

"Arshaka.. biar mereka menjadi urusan kami--"

"gue gak bakal ikut campur kalau mereka gak ganggu geng gue" getaman rendah dari Arshaka membuat sang komandan yang berada di balik punggung pemuda itu berdehum pelan, menetralkan bulu kuduknya yang tiba tiba berdiri.

Arshaka mengambil kembali kayu yang sama dan menekannya pada bahu Sandi.

"Masih gak mau ngaku kalah huh?"

Sandi menggeram marah, decihan sinisnya keluar seiring dengan kakinya yang berniat menendang kaki Arshaka, namun di balas tawa keras lelaki itu.

Arrgggg....

bahkan Arshka dengan sigap membalik keadaan dengan menginjak kaki Sandi hingga teriakan kesakitan tak mampu lelaki itu tahan.

"Arsha--"

"Diam..! Lo denger, ini akibat karna lo udah cari gara gara sama gue"

Arshaka menekan kakinya lebih kuat hingga bunyi retakan kaki terdengar bersahutan dengan teriakan Sandi.

hembusan nafas pelan Arshaka terdengar seiring dengan kakinya yang terangkat.

"sekarang jawab, apa tujuan utama lo ngelakuin ini?"

"Lo Goblok?"

Bughh..

"Akhh.. Shitt!"

pukulan keras kembali terdengar saat balok kayu itu beradu dengan bahu Sandi.

"mirror, siapa yang Goblok disini? apa perlu gue suruh mereka pada bawa kaca buat lo biar sadar diri? sekarang jawab pertanyaan gue sebelum gue hilang kesabaran"

Masih sabarnya gitu, gak sabarnya sekarat nih orang gumam salah satu awak polisi sembari meneguk ludah susah.

"atau.. lo mau kalau gue gunain tuh cewek biar lo buka mulut"

"ANJING, JANGAN SENTUH CEWEK GUE KEPARAT"

Arshaka terkekeh sarkastik, Sandi punya pacar saja Arshaka tak tau, lelaki bodoh itu sendiri yang masuk kedalam jebakan nya.

sadar jika ia di bodohi Sandi mengumpat keras, bunyi gemelatuk gigi gigi yang beradu bahkan terdengar menandakan betapa marahnya lelaki itu.

"Lo pengen tau banget kenapa gue mau ngancurin lo kan? Lebih tepatnya gue pengen ngancurin keluarga lo sehancur hancurnya,

kalau gitu dengerin biar lo tau alesannya, gara gara kakek bajingan lo itu, keluarga besar Aditama hancur, bokap gue ngejual nyokap buat jadi pemuas nafsu para keparat keparat itu, sampai akhirnya dia bunuh diri karna gak kuat sama hidupnya sendiri.

disaat gue hancur, Lo dan Keluarga lo malah seneng seneng aja, gue gak terima apalagi saat liat lo selalu ada di atas gue, Lo bisa hidup bebas tanpa gangguan apapun sedangkan gue? GUE SELALU DI TUNTUT BUAT JADI KAYAK LO, GUE SELALU DI SIKSA, APAPUN YANG GUE LAKUIN GAK PERNAH BISA BERHARGA DI MATA MEREKA, MEREKA CUMAN BISA BANDINGIN GUE SAMA LO, GUE SELALU DI KATA KATAIN, SEDANGKAN LO.. lo gak pernah tau sesakit apa ada di posisi gue Arshaka"

Arshaka terdiam, masih menantikan apa yang akan lelaki itu katakan, ada binar dendam juga kesakitan yang ia lihat pada manik seorang Sandi.

jangan kalian fikir Arshaka akan kasihan, karna.. tidak, rasa kasihan nya terlalu berharga untuk orang yang sudah berkali kali berniat menghancurkan nya.

apalagi mengganggu keluarganya, well keturunan Aditama memang akan tetap menjadi seorang sampah, tentu.. kecuali kakek nya, Hell.. bisa diceramahi habis habisan Arshaka jika menganggap kakeknya itu sampah.

Arshaka tersenyum miris, menatap mengejek Sandi yang masih menatapnya penuh kebencian

dendam oh.. dendam..

"Iri bilang.., kasih tau tuh bokap lo, jangan jadi Brengsek kalau gak mau di Brengsekin balik, Cuih.."

selanjutnya Arshaka melangkah menuju salah satu polisi dengan Balok kayu yang masih di genggamnya.

orang yang di dekati otomatis mundur sembari menelan ludah

"tuh.. ngerti kan lo sekarang gimana cara ngintrogasi orang, Jangan Bacot mulu di gedein"

dan Arshaka melenggang begitu saja, bahkan komandan polisi itu menggeleng dramatis melihat tingkah Arshaka

anak itu.. bener bener lebih Licik dari pada Langit dan Raga.