1 BAB 1. Rel Takdir Zay

Hari Selasa, pukul sembilan pagi. Ars tiba lebih dulu di kampus dan menyadari sesuatu pada alas sepatunya seusai memasuki gerbang.

"Ah, Bangsat! Ini kotoran ayam siapa?!" Gumam Ard dengan kesal sembari menggosokkan alas sepatunya.

"Yo, Ars. Sial lagi?" Ujar Dyon dengan tiba-tiba menepuk bahu kanan Ars.

"Ha? Aaaah~ begitulah. Semenjak Gachaku bagus, ini yang kudapat. Suram!" Balas Ars dengan kesal.

"Pagi." Sapa Hiruma menyusul Dyon.

"Yo. Pagi." Balas Dyon sembari menoleh.

"Pagi. Heeee~ Ars sial lagi? Akibat menggarami, dapat karmanya, hahahahaha!" Ujar Zay dengan tiba-tiba ikut mengejek Ars dan berjalan lurus.

Ars yang kesal, memasang kuda-kuda dengan posisi kaki berbentuk sembilan puluh derajat. Kaki kiri berada di depan dan kaki kanan menyamping ke kanan sembari menekuk kedua kakinya menjadi posisi duduk di udara dan menyampingkan posisi badan.

Ia pun dengan segera mengangkat kaki kiri dan menghantamkannya ke tanah hingga membuat tanah beton yang diinjaknya, terangkat dengan kencang berbentuk lurus kedepan tepat dari bawah selangkangan Zay yang berniat mengenai 'Kelereng'nya.

"Untuk adegan ini kami sensor demi bayangan sensasi anda masing-masing." Ujar narator sembari menggelapkan layar di waktu yang tepat.

*Yang dilakukan Ars ialah Pengendalian Bumi seperti Toph dari serial Avatar : The Last Airbender.

"F." Ujar Dyon dan Hiruma sembari menyaksikan hal tersebut.

*F yang dimaksud adalah referensi dari sebuah Game Call of Duty : Advanced Warfare. Tepatnya, "Push F to pay respect" pada salah satu tampilan pemakaman.

Seusainya, bel tanda jam belajar berbunyi. Ketika mata kuliah akan berlangsung, seisi kelas menutup hidungnya. Ars yang merasa bingung, menatap heran pada suasana saat itu.

"Kelas ini kenapa lagi?" Gumam Ars dengan heran.

"Punya kawan tak ada akhlak." Ujar Dyon dalam hati sembari menutup hidungnya.

"Katakan padanya, bodoh." Sanggah Hiruma dalam hatinya.

"Lah, kok dengar?!" Balas Dyon dalam hati sembari berbalik.

"Tanya Sutradaranya." Lanjut Hiruma dalam hati sembari menatap dingin.

"Apa?!" Sanggah Sutradara dari belakang sembari menutup ikut menutup hidungnya.

". . ." Hening Dyon dan Hiruma berbalik.

"Ini Anime apa sih?" Ujar Hiruma dalam hati.

"Jangan tanya." Lanjut Dyon.

"Kurasa kau harus lebih khawatir pada Zay. Dia seperti ibu hamil." Ujar Hiruma sembari menunjuk Zay di sebelah Dyon.

"Zay. Kau baik-baik saja?" Tanya Dyon sembari melirik Zay.

"Kau buta, kah?" Balas tanya Zay sembari menahan rasa sakit di selangkangannya.

Seusai mata kuliah pagi, mereka beranjak keluar kampus. Ketika Ars sedang berjalan, dia melihat Zay di sebelah kiri yang memancarkan aura suram lagi. Ars pun menghentikan langkahnya sembari menahan langkah Hiruma Dyon.

"Dia masih memikirkannya, kah?" Tanya Ars.

"Untuk semacam Zay aku tak akan heran. Dia lebih kosong daripada kita." Ujar Hiruma.

"Zay. Zay!" Seru Ars.

"Huh? Ars. Ada apa?" Tanya Zay sembari berbalik.

"Aku yang seharusnya bertanya. Kau masih memikirkannya?" Balas tanya Ars.

"Itu terpikirkan olehku setiap hari. Inginnya aku menyembunyikan ini. Tapi, jika kau terus melihat raut wajahku, bagaimana aku melakukannya?" Lanjut tanya Zay sembari menundukkan sedikit kepalanya.

"Kau tak harus menanggung seluruhnya sendiri. Ini hanya masalah waktu. Mustahil untukmu tidak menemukan apapun seumur hidupmu. Dan kami tak akan tinggal diam." Ujar Hiruma.

"Aku tak ingin terlalu bergantung pada orang lain!" Bantah Zay sembari berbalik.

"Kau hanya belum melihat kelebihanmu. Singkatnya seperti sayap kupu-kupu." Lanjut Ars menunjuk kupu-kupu di kiri dengan ibu jarinya.

"Begitu, kah? Hahaha. Kurasa aku memang terlalu memikirkannya. Tapi, tetap saja ..." Lanjut Zay melihat kupu-kupu yang ditunjuk Ars.

"Zay ..." Gumam Dyon.

Ketika mereka sedang berbincang, ponsel Zay bergetar di sakunya. Ketika ia periksa, pesan masuk terlihat dari Moccha untuk menyuruhnya datang ke kamar milik Zay. Zay yang melihatnya, terkejut bahwa Moccha membobol kamar kesekian kalinya.

"Kali ini apa lagi?" Gumam Zay sembari memasukkan ponsel ke saku nya.

"Jangan bilang, gadis gila itu mengajakmu main di kamar lagi." Sanggah Ars dengan gurau kotornya.

"Kau justru membuatnya terdengar cabul, bodoh !" Ujar Dyon menampar leher belakang Ars.

"Minta di-Cut kau, ya?" Ujar Hiruma.

"Jika bisa di-Cut, dari dulu juga sudah di-Cut." Ujar Sutradara dalam hati.

"Jika begitu, aku duluan. Dah." Ujar Zay sembari berlari meninggalkan mereka.

"Mau ketempat biasa?" Tanya Hiruma.

"Jelas. Sekarang lagi banyak promo." Balas Ars sembari lanjut berjalan.

"Banyak promo, awas sial lagi." Sanggah Dyon.

"Bangsat! Tak perlu disumpahi juga!" Seru Ars dengan kesal.

Mereka bertiga segera menuju tempat pertama yang dituju Hiruma berupa Toko Buku. Seperti biasa, Hiruma dengan rutin mencari Manga Volume terbaru dan PhotoBook idolanya. Seusai dari Toko Buku adalah toko yang dituju Ars berupa Toko Hobi untuk membeli GunPla karena sedang promo.

"Sebenarnya berapa lama untuk merakit ini? Satu jam pun selesai." Tanya Dyon dengan heran.

"Kuakui kau bukan manusia jika begitu. Yang seukuran koper seperti ini satu jam? Jika kau bisa Kagebunshin itu lain cerita, sialan." Bantah Ars dengan kesal.

*Kagebunshin yang dimaksudkan adalah jurus seribu bayangan dari Serial Naruto.

Seketika, Dyon mengangkat tangan kanan dengan menekuk jari kelingking, manis dan ibu jari serta jari telunjuk dan jari tengah diacungkan sembari dirapatkan.

Dalam sekejap, muncul ledakan asap di sebelah nya dan menampilkan tiruan Dyon.

"Serius. Ini anime apa?" Tanya Ars dengan kesal.

"Tanya Sutradaranya." Sanggah Hiruma sembari menoleh menatap Sutradara.

"Authornya!" Seru Sutradara dengan kesal.

"Woi!" Bantah Author yang menonton acara.

Ketika Ars dan kawan-kawan sedang bersenang-senang. Zay tiba di depan kamar apartemen. Zay menarik nafas dan sedikit khawatir dengan apa yang diinginkan Moccha kali ini.

Ketika Zay membuka pintu, ruangan di dalam kamar pun gelap gulita. Zay yang semakin khawatir, seketika mendapat serangan dari belakang yang menyekap hidung dan mulutnya dengan kapas beraroma menyengat. Zay yang mendapatinya, menjadi tak sadarkan diri dan tergeletak di lantai.

Seusainya, Arisu menyalakan lampu sembari memakan cemilan.

"Moccha, kau yakin tak berlebihan?" Tanya Arisu dengan wajah polosnya.

"Hmm hmm hmm~ Zay adalah subjek sempurna. Lagipula dia harus tenang jika ingin tahu kemampuan dari alat-alat ini." Balas Moccha sembari membuka koper besar yang berisi alat-alat Make Up terbaru.

"Tadi kau bilang dapat dari Lotere, ya? Entah kenapa akhir-akhir ini banyak yang laksek." Ujar Arisu dengan heran.

*Laksek/LuckSack adalah istilah untuk orang yang memiliki keberuntungan tinggi dalam segala hal.

"Tapi, katanya yang laksek juga banyak yang sial." Balas Moccha.

"HACCYIIH!" Seru Ars akan bersin kerasnya.

"Pilek?" Tanya Dyon sembari menoleh.

"Tidak. Ada yang membicarakanku." Balas Ars sembari mengelap hidungnya.

"Jika begitu, kita mulai saja pengujiannya." Ujar Moccha sembari menekuk jari-jarinya kebelakang tangan.

Satu jam telah berlalu. Ars dan kawan-kawan merasa penasaran dengan Zay dan berniat menghampiri apartemen. Disisi lain, Moccha selesai melakukan uji coba mendandani Zay. Ketika mereka melihatnya, Arisu dan Moccha merasa tak percaya dengan kekuatan dari kualitas Make Up yang dimilikinya, dan paras yang dimiliki Zay menjadi sangat sempurna. Moccha menjerit kegirangan.

"Oi. Kalian dengar itu?" Tanya Ars dari bawah apartemen.

"Moccha? Kurasa ada yang tidak beres." Lanjut Hiruma.

"Kali ini apa lagi yang dilakukannya?" Gumam Dyon dengan heran.

"Arisu! Arisu! Arisu! Ini bohong, kan?!" Seru Moccha menggoyangkan kedua bahu Arisu.

"Aku ... merasa gagal menjadi gadis. Moccha ..." Balas Arisu dengan nada sedihnya.

Ketika Zay sudah terbangun, dia menatap heran dan merasa takut dengan apa yang telah dilakukan Moccha dan Arisu. Moccha pun membujuk Zay untuk tetap tenang.

Zay mempersiapkan diri dan mencoba menuruti Moccha. Moccha menunjukkan cermin dan membiarkan Zay melihat yang sebenarnya. Zay yang melihatnya, melebarkan pandangan mata dan berteriak dengan keras.

"Kak Moccha! Apa yang sudah kau lakukan?!" Seru Zay sembari bertanya.

"Hmm hmm hmm~ tentu saja menguji coba untuk mengeluarkan potensi dari alat baruku." Balas Moccha dengan penuh percaya dirinya.

"Permisi." Ujar Ars sembari membuka pintu.

"Keributan apa kali--" Ujar Dyon terpotong.

Mereka pun menatap satu sama lain dan terjadi keheningan sesaat.

"AAAAAAAA!!!" Seru Zay, Ars, Xion san Hiruma bersamaan

"AKU TAK BISA MENIKAH LAGI!" Seru Zay menutup wajah ke lantai dengan kedua tangannya.

"Oi! Moccha! Siapa itu?! Dimana Zay?!" Seru Dyon sembari bertanya.

"Hmm?" Gumam Moccha sembari tersenyum dengan mata tertutup menunjuk Zay dengan jari telunjuk kanannya.

Mereka yang melihat arahan Moccha, pandangan mata mereka seketika menggelap seperti anime-anime komedi sebelah, seakan tak percaya dengan yang terjadi.

Kemudian, Ars maju beberapa langkah mendekati Zay yang membelakanginya. Zay mengenakan tampilan Wig Silver panjang sepunggung dan setelan Dress Overall berwarna putih dengan bagian luar berwarna biru gelap bertipe rok di atas lutut.

"Zay. Zay." Ujar Ars membujuk Zay yang menutup wajahnya.

"Apa?!" Seru Zay meresponnya dengan sedikit berlinang air mata.

"Sungguh Zay, kah?" Tanya Ars memastikan Zay.

"Iya! Ini aku! Tertawalah!" Seru Zay sembari berdiri meyakinkan Ars.

Ars pun memalingkan wajah melihat Dyon dan Hiruma. Kemudian, mereka mengangguk sekali pada Ars. Ars merespon mereka dengan anggukan yang sama sembari kembali menatap Zay.

"Apa?" Tanya Zay dengan takut.

Kemudian, Ars menundukkan kepala selama dua detik, lalu membungkukan sedikit tubuhnya sembari mengepakkan rok Zay ke atas.

Hingga terlihat jelas akan keraguan mereka yang terjawab setelah melihat barang terlarang tersebut.

"KYAAAAAAAAA!!! Apa yang kau lakukan dasar bodoh?!" Seru Zay yang terkejut hebat sembari menampar Ars dengan tangan kanan pada pipi kiri nya dan menahan rok dengan kedua tangannya bagai gadis tulen.

"Gila. Gadis tulen." Ujar Hiruma dalam telepatinya.

"Ini bukan Zay. Ini bukan Zay!" Ujar Dyon dalam telepatinya.

"... Zay. Zay." Ujar Ars membujuk Zay.

"Sekarang apa?!" Balas tanya Zay dengan emosinya sembari menatap Ars.

Tanpa terduga, Ars menarik perlahan tangan kanan Zay dan bertekuk lutut bagai ksatria sembari menunjukkan sebuah Cincin Pertunangan yang entah darimana.

"Menikahlah denganku." Ujar Ars melakukan proposal dengan tiba-tiba.

Dyon yang habis kesabaran, seketika melakukan gerakan SmackDown dengan melakukan German Suplex sembari dilanjutkan menginjak-injak Ars dengan kaki kanan. Zay yang terkejut, terdiam membatu hingga Hiruma melanjutkan kejutan pada Zay dengan mendorongnya dan melakukan Kabedon sembari memainkan wajah Zay bagai pria nakal di siang hari.

"Kualitas wajah ini, bentuk ini, lapisan dan keindahan yang sempurna." Ujar Hiruma dengan nada penggodanya sembari memainkan dagu Zay.

"H-Hiruma?!" Gumam Zay dengan takut.

Dyon yang sedang memukuli Ars, seketika menghentikan injakannya dan berganti melirik Hiruma bersama Ars yang ikut terganggu.

Dengan seketika, Ars dan Dyon melakukan kombinasi German Suplex dengan memegangi masing-masing tangan dan kaki Hiruma dan dilanjutkan menginjaknya berkali-kali dengan kesal.

"Kak Moccha! Kumohon! Kembalikan seperti semula! Hwaahaaaa!!!" Seru Zay sembari melangkah kedepan Moccha dan meringkuk menutupi wajahnya.

"Ahaa~ Kurasa mustahil untuk sekarang karena kekuatan Make Up itu jauh dari perkiraanku. Dan tampaknya permanen." Balas Moccha sembari mengipasi dirinya dengan begitu santai.

"Permanen?! Aku tidak bisa menikah jika begini caranya! Kak Moccha!!!" Bantah Zay semakin memohon pada Moccha.

"Jangan khawatir. Mereka bertiga bisa kau pilih." Lanjut Moccha sembari menunjuk kawanan Ars.

"Jangan hitung aku, sialan." Bantah Dyon sembari menoleh.

Ketika keributan dari Zay sedang terjadi, Hiruma yang sedang dipukuli, mengangkat tangan kiri yang menandakan untuk berhenti.

Ars dan Dyon yang melihatnya, menghentikan kekerasan pada Hiruma dan lanjut berdiri. Dengan seketika, Hiruma merangkul Dyon, Dyon merangkul Ars dan Ars merangkul Hiruma. Mereka melingkar bagai klub Rugby.

"Kuharap kau punya hal bagus, Hiruma." Ujar Ars.

"Tentu. Pertama, lihat ini." Balas Hiruma sembari mengeluarkan selebaran brosur yang berisi berbagai tawaran.

"Bagian ini?" Tanya Dyon.

"Benar. Lalu, lihat dia." Balas Hiruma mengajak mereka melihat Zay dengan seksama.

"Lihat ini lagi." Lanjut Hiruma kembali melihat brosur.

"Hmm ..." Gumam Ars dan Dyon bersamaan.

Seusainya, mereka melepaskan diri dari rangkulan melingkar dan menatap satu sama lain sembari terdiam beberapa saat.

Dengan seketika, mereka bertiga menatap Zay dengan senyum bengisnya. Zay yang masih berbincang dengan Moccha, dihampiri oleh Ars.

"Zay." Panggil Ars dari belakangnya.

"Apa?!" Balas tanya Zay.

"Kita harus bicara. Tak akan ada yang tertawa. Ini serius." Lanjut Ars dengan nada dinginnya.

"Ugh ... baik." Ujar Zay dengan merenung.

"Kami pinjam sebentar. Ayo." Ujar Ars membawa Zay diikuti oleh Hiruma dan Dyon keluar dari apartemen.

"Hati- hatiiii~" Seru Moccha dan Arisu.

Moccha dan Arisu yang berada di pintu masuk, duduk dan menatap bersamaan. Dengan seketika, mereka menyilangkan salaman ala pria hingga tangan mereka berotot dengan tiba-tiba yang entah datang darimana.

"Kita berhasil, Arisu!" Seru Moccha.

"Kerja bagus, Moccha." Balas Arisu dengan senyum lebarnya.

Sesampainya di Rumah Ars. Mereka memasuki kamar di lantai dua. Keadaan menjadi hening untuk beberapa saat hingga Ars mengangguk pada Dyon dan Hiruma untuk keluar kamar.

"Zay. Kau belum menyadarinya?" Tanya Ars sembari mendekati jendela kamar dengan kedua tangan disaku nya.

"Menyadari apa ... yang kau maksud?" Balas tanya Zay sembari mengangkat wajahnya menatap Ars.

"Potensimu. Kelebihanmu." Ujar Ars mendorong Zay pada cermin besar.

"Potensiku ... ?" Tanya Zay dengan bingung.

"Lihatlah dengan seksama. Kau berpikir kami akan tertawa? Kau berpikir ini memalukan? Kau lihat reaksi mereka ketika kita berjalan kemari?" Lanjut tanya Ars.

"Maksudmu ... aku cocok dengan ini? Ini diriku yang sebenarnya?" Tanya Zay memastikan.

"Aku tahu persis apa yang kau harapkan hingga kau jelas menolak ini. Tapi, ini bukanlah hal aneh, Zay. Setiap orang punya bagian dirinya sendiri, karena itulah mereka menyebut bahwa manusia adalah ras yang unik." Ujar Ars sembari menyerahkan brosur.

"Bagian ... dirinya sendiri? Dan ini ... ?" Lanjut tanya Zay sembari menerima dan melihat brosur.

"Jika terlihat bahwa ada yang memanfaatkanmu oleh kami, kau boleh membunuhnya." Lanjut Ars memalingkan wajahnya menatap jendela.

"Ars keparat! Kaulah yang mengatur idenya!" Seru Dyon dalam telepatinya.

"Bocah tolol. Justru cari mati." Lanjut Hiruma dalam telepatinya.

"Maaf!" Seru Ars dalam telepatinya.

"Tapi! Bagaimana jika---" Seru Zay terpotong sembari berbalik menghadap Ars.

"Kau berpikir kita hanya berdiam diri menyuruhmu beraksi?" Tanya Ars.

"Eh?" Gumam Zay.

"Kami tak akan berdiam diri. Kami akan melindungi segala hal yang penting untukmu, bahkan menjadi bawahanmu jika perlu." Ujar Ars.

"Anak setan! Bicaranya kelurusan!" Seru Dyon dalam telepatinya.

"Ada benarnya, tapi tetap menjengkelkan, Ars." Ujar Hiruma dalam telepatinya.

"Kubilang maaf!" Seru Ars dalam telepatinya.

"Ini anime apa sih?" Tanya Sutradara sembari mengipasi wajahnya.

"Idol ... kah?" Gumam Zay.

"Alasan utama kau menjadi Idol adalah ... kau bisa keluar dalam sekejap dari kegelapanmu dan kita melakukannya bersama-sama. Ini bukan perihal menjadi kaya atau terkenal. Melainkan, Masa Muda." Ujar Ars menepuk kepala Zay sembari membujuknya.

"Omong Kosong! Oi, sialan!" Seru Dyon dalam telepatinya.

"Anak ini belajar doktrin darimana?" Ujar Hiruma dalam telepatinya.

"Berisik!" Seru Ars dalam telepatinya.

"Idol ... baiklah. Aku tak ingin ragu lagi! Aku ingin menikmati Masa Mudaku, dengan orang yang kupercaya! Dengan kalian!" Seru Zay meyakinkan tekadnya.

"Kau siap, Zay? Kau sudah memikirkannya dengan matang? Yang paling penting adalah hati kecilmu ikut setuju agar kita bisa melakukan ini bersama." Ujar Ars menunjuk dada kiri Zay.

"Uh ... Ars. Hati di sebelah sini." Balas Zay menunjuk tengah kanan dadanya.

"Ah, ya. Maaf." Ujar Ars memindahkan telunjuknya.

"Aku siap. Aku sangat yakin!" Seru Zay dengan percaya diri.

"Kita lalui ini bersama. Tak akan ada yang tertinggal lagi." Balas Ars menepuk kepala Zay.

"Uhm! Idol, kah? Kurasa Masa Muda kita akan menggemparkan!" Ujar Zay dalam hati dengan rasa senangnya.

"Seluruhnya untuk Gundam!" Seru Ars dalam hati sembari tersenyum bengis.

"Seluruhnya untuk Nona Enako." Ujar Hiruma dalam hati.

"Seluruhnya untuk Customing!" Seru Dyon dalam hati sembari tersenyum bengis.

"Tunggulah, Sayang!" Seru mereka bersamaan dalam hati.

Zay telah memutuskannya akan ide dari mereka. Zay siap menjadi Top Idol dengan menjaga kerahasiaannya sembari dibantu oleh mereka. Dengan ini, Rel Takdir Zay telah menyala untuk hal baru.

avataravatar