webnovel

Pergulatan Sengit

Di tengah hari siang bolong, Qimons dan Jamilah tampak berlari engos-engosan karna di kejar oleh Kong Oesman.

 

"Hosh hosh hosh! Udah! Udah aman nih ...," ucap Jamilah sambil menopang tangan di atas lutut dan menghela nafasnya.

"Iya, tu Aki-aki, udah gak mungkin ngejar kita, pasti dia udah bengek duluan," kata Qimons.

"Ayo duduk, Bang," ajak Jamilah.

"Iya,"

Dan mereka berdua pun beristirahat, duduk di atas batu besar.

"Bang Qimons, tadi padahal mah dari pada lari mendingan Abang keluarin jurus tentakenya!" usul Jamilah.

"Ah, gak mau!" sahut Qimons.

"Loh, kenapa? Kan kalau begini kita jadi lari-larian, nanti kalau betis aku gede gimana?"

"Ya ampun! Masih mikirin betis, mau betis kamu segede tales bogor pun, Abang tetap sayang kok,"

"Eww, tapi aku gak mau, harusnya Bang Qimons tadi ngeluarin jurus!" paksa Jamilah.

"Ya, kalau sama orang yang kuat sih, gak papa! La kalau yang tadi kan udah usia uzur, jangankan Abang keluarin jurus, kita lari aja pasti sekerang dia udah asma," jelas Qimons.

"Iya, juga ya," sahut Jamilah sambil mengangguk-angguk.

 

 

***

 

Sementara itu Kong Oesman rupanya tidak jadi mengejar Qimons dan Jamilah.

Dan dia malah berhenti di tengah jalan, saat melihat ada gerobak dangdut keliling yang sedang mangkal di perempatan.

 

"Asyik ... tarik mang ...!"

"Sawerannya, Abaaang ...!"

"Ashiap!"

Kong Oesman sedang asyik berjoget bersama biduan, sambil memegang lembaran 10 ribuan.

Dan gerobak dangdut keliling itu pun semakin lama semakin ramai saja, karna banyak para warga lain yang berdatangan dan turut berjoget bersama Kong Oesman beserta para biduan.

 

Namun keseruan itu tak bertahan lama karna tiba-tiba saja geng Kill Rabbits datang dan membuat keributan di tempat itu. Tapi mereka hanya datang berdua saja yaitu, Didi Blue dan Rudolf, karna Qimons sedang pergi bersama Jamilah.

 

"Woy!" teriak Didi Blue.

Dan seketika mereka semua pun berhenti. Dan suasana mendadak hening.

Tapi Rudolf yang melihat bodi para biduan yang aduhai membuatnya tidak tahan dan berkata, "LANJUUUT!"

Teng teng teng dut! "Sudah mabuk minuman, di tambah mabuk judi, ah ... masih saja Abang, tergoda janda kembang! tak syudi tak syudi ...,"

Akhirnya Rudolf, Kong Oesman dan warga kampung Rawa Goceng yang lainnya pun kembali asyik bergoyang.

 

Sementara Didi Blue mulai tampak kesal, karna Rudolf malah ikut-ikutan dangdutan. Padahal niat awal mereka datang kemari adalah membuat keributan sekaligus mencari adik bungsu mereka yaitu Qimons.

Dan saking geramnya,  Didi Blue pun sampai mengeluarkan jurusnya.

"Jurus Power Blue Streak Neptunus!"

 

Zzzz ... zzzz  ... Zzzz ....

Seketika seluruh orang yang ada di tempat itu mematung, dan berubah menjadi biru, termasuk Rudolf.

Namun berbeda dengan yang lain, yang tak bisa berbicara, Rudolf sendiri masih bisa bicara bahkan masih bisa memaki Didi Blue.

 

"Woy! Kampret! Bebasin gue!" teriak Rudolf.

Dan Diblue pun mengacungkan telunjuknya lalu keluar sebuah cahaya, kebiruan dan bersinar menyilaukan lalu dia arah kan ke tubuh Rudolf.

Seketika Rudolf pun langsung terbebas dari jeratan jurus aneh milik Didi Blue itu.

 

Dan tak berselang lama, geng Cute Alligators pun datang ke tempat itu. Karna mereka mendengar ada keributan di kampung tercinta mereka.

Melihat pelaku pembuat onar itu adalah geng Kill Rabbits, tentu hal tersebut membuat ketiga jagoan itu tak tinggal diam.

"Hey! Kalian ini sedang apa di wilayah kami?!" tanya Patria sambil bertolak pinggang.

"Kalian ini sudah bosan hidup ya?!" ucap Juju sambil memegang dagu dengan sombong.

Sementara Prof. Wans hanya menatap sinis sesaat lalu kembali fokus lagi dengan ponsel di tangannya.

 

Clung clung  cling jlep!

 

Dan Patria langsung menarik ponsel itu.

"Sini, udah main mobile legend-nya saatnya perang beneran nih!" bentak Patria.

 

Karna melihat musuh di hadapannya ada tiga, sementara mereka hanya berdua saja, Didi Blue atau yang kerap di sapa Diblue itu pun langsung mengeluarkan kekuatan anehnya.

"Jurus Blue Savier Neptunus ...!"

Jegler!

Terdengar suara petir dan langit pun langsung mendadak gelap dan seketika terjadi hujan meteor di sekitar tempat itu, dan membuat orang-orang yang mematung pun mulai tersadar karna tertimpa bongkahan-bongkahan benda-benda langit yang perlahan membuat kepala mereka menjadi benjol.

 

Patria, Juju dan Wans pun tak tinggal diam. Mereka langsung memasang kuda-kuda dan Wans pun mulai menyiapkan suntikan yang berisi ramuan pelemas otot. Dan dia memberikan kepada kedua temannya. Lalu Wans pun berlari menyingkir dari tempat itu dan mencari tempat berindung bersama warga-warga  yang lainnya.

 

Sedangkan Patria dan Juju langsung berlari dan menghampiri Diblue serta Rudolf.

Rudolf mulai sadar jika Juju datang dan membawa suntikan yang berisi cairan yang mencurigakan, akhirnya dia menghindar dengan gerakan salto-salto dan kepalanya sedikit memar karna menabrak sound sistem grobak dangdut.

Melihat hal itu Juju pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Juju langsung menusukkan suntikan di bagian bokong Rudolf.

Rudolf pun masih sempat berlari, setelah terkena suntikan itu, karna ramuan beru akan bereaksi setelah 6 jam kemudian.

Oleh sebab itu Juju pun tak puas dan ingin menghajar Rudolf lagi.

Juju berlari kencang mengejar Rudolf, hingga Rudolf pun berhasil di tangkap.

Juju memegang bagian belakang kemeja Rudolf, sampai membuat Rudolf terjatuh, tapi Rudolf tak menyerah dan dia kembali bangkit, tapi kali ini dia tidak berlari, dan malah berbalik menyerang Juju.

"Hiyaat!" Rudolf mengepalkan tangannya.

Juju pun langsung memasang kuda-kudanya, Zenkutsu-dachi untuk menahan serangan dari Rudolf.

Rudolf pun mulai melayangkan bogeman mentah ke tubuh Juju. Tapi Juju sama sekali tidak merasa kesakitan.

Melihat Juju yang masih biasa saja, akhirnya Rudolf mempercepat tinjauannya.

 

Duk duk duk duk!

Duk duk duk duk!

Duk duk duk duk!

Hosh hosh hosh ....

Rudolf mulai lelah tinjuannya mulai melemah, dan tepat saat itu Juju menggunakan gerakan saiken atau pukulan mengepal ke depan, dan meninju dengan dua ruas jari tepat mengenai bibir Rudolf.

Seketika Rudolf pun langsung terjatuh dan pingsan.

 

 

 

Sementara itu Patria malah sudah berhasil menyuntikan ramuan itu tepat di bagian bokong Didi Blue, 5 menit lebih awal dari Juju.

Karna saat itu Didi Blue sedang asyik mengontrol kekuatannya untuk memunculkan hujan meteor. Dan tepat saat itu juga tanpa basa-basi Patria langsung menusukkan suntikannya.

Didi Blue yang kaget langsung menengok ke arah Patria namun Patria langsung strike atau menggunkan pukulan kedepan yang tepat mengenai hidung Didi Blue dan seketika dia pun pingsan dengan hidung yang mimisan.

 

Setelah itu badai meteor pun berhenti, lalu ketiga jagoan itu pun pergi meninggalkan lokasi kejadian.

Dan membiarkan tubuh Didi Blue dan Rudolf tergeletak di pinggir jalan.

 

Setelah beberapa saat kemudian Qimons dan Jamilah pun berpisah karna Jamilah takut ketahuan Patria sang kaka, karna sudah pergi terlalu lama.

Setelah cipika-cipiki dan kiss bye jarak jauh Qimons pun pergi meninggalkan Jamilah sambil melambaikan tangannya sesaat.

Dan saat perjalanan pulang, Qimons pun kaget karna melihat kedua kakanya yang sudah tergeletak di jalanan dengan wajah babak belur.

Rudolf dengan rambut awut-awutan dan masih botak sebelah karna belum tumbuh pasca terbakar waktu itu. kini di tambah dengan bibirnya yang bengkak, dan membesar karna bekas pukulan Juju.

"Astaga, Kak Rudolf habis ciuman dengan tawon ya?" kata Qimons.

Dan Qimons pun beralih menghampiri, Didi Blue, yang kondisinya pun juga tak kalah memprihatinkan.

Karna hidung Didi Blue yang mancung tegak berdiri sempurna itu pun kini berubah menjadi bengkok 90° ke utara, akibat pukulan yang dilakukan oleh Patria.

"Haduh, ada apa dengan Kaka-kakaku yang ganteng ini?! Pasti baru saja terjadi sesuatu dengan mereka!"

Qimons pun langsung menelpon ambulans dan segera membawa mereka ke rumah sakit.

 

Kedua kakanya langsung mendapat perawatan oleh pihak medis dan keadaannya sudah mulai membalik hanya butuh sedikit waktu untuk pemulihan. Dan tak lama mereka pun juga mulai tersadar.

Lalu mereka mulai mengoceh kepada Qimons, karna Qimons yang tak hadir saat pergulatan sengit tadi.

Tak terasa sejak perkelahian tadi hingga saat ini, waktu pun sudah berjalan selama 6 jam.

Dan tepat saat itu ramuan yang berasal dari suntikan tadi mulai bereaksi, tubuh Didi Blue dan Rudolf pun mulai melemas dan mengalami kejang-kejang.

Selanjutnya tubuh mereka tidak bisa bergerak selama satu minggu penuh, dan itu artinya mereka berdua harus terkurung di rumah sakit tanpa gerak sampai ramuan obat pelemas otot itu mulai hilang.

Oleh sebab itu, Rudolf mulai galau karna dia tidak bisa bertemu dengan Ce Mimin wanita  pujaannya dan hanya bisa memandangi Suster-suster cantik rumah sakit tanpa bisa  beraksi.

 

Sementara Didi Blue, terpaksa harus di terbangkan ke Korea dalam keadaan yang masih tidak bisa bergerak, karna dia harus melakukan operasi plastik untuk memperbaiki hidungnya yang bengkok.

 

 

 

 

 

To be continued

Next chapter